#15 yang sebenarnya

2.2K 265 7
                                    

Di sudut ruangan terlihat seorang anak sebelas tahun tengah menangis memeluk sebuah boneka beruang yang ukurannya hampir lebih besar darinya. Suara gaduh dari kamar orang tuanya sangat tak nyaman di telinganya, ia takut kala suara-suara itu menjadi teriakan

Anak itu mengeratkan lebih boneka beruang besar dan menyembunyikan wajahnya di punggung boneka mencoba mengabaikan kegaduhan yang terjadi.

Tiba-tiba pintu kamar terbuka terpampang di sana ayah dari anak sebelas tahun itu dengan wajah berdarah. Sang ayah menyeka kasar setiap darah yang meleleh di wajahnya.

Bocah kecil dengan takut-takut bertanya apa yang membuat wajah sang ayah mengeluarkan darah.

"Ay- ayah apa-"

"Hey mau kemana kau?"

Belum selesai akan perkataannya, sang ibu keluar dari dalam bilik kamar.

"Bukankah kau seharusnya merasa bersalah telah mengkhianati ku?"

Tak peduli kehadiran sang putra, ibu menusukkan benda tajam berupa pisau dapur ke perut ayah hingga ia berteriak sangat kuat

Kedua telinga anak kecil itu ia tutup tak sanggup mendengar teriakan dari sang ayah.

Ayah jatuh terduduk lemas dan menjadikan tembok sebagai tempat sandarannya. Ia menutupi darah yang keluar terus menerus di perutnya.

"Kau menyesal honey?"

Ucap wanita Lee itu sembari membelai lembut pipi sang suami.

"Ibu? Kau mem-membunuh ayah?"

Wanita yang di panggil ibu menoleh dan mendapati putranya sementara menggigil tak henti bersama boneka beruang di pelukannya. Sang ibu menghampiri putranya, berjongkok di depan putranya.

"Ibu tak membunuhnya Mark, ayahmu mencoba mengkhianati perasaan ibu. Itu bentuk dari kasih sayang ibu, bukankah itu sepadan?"

Mark mencoba mengangguk seakan paham walaupun ia tau itu salah. Ibu membelai rambut putra kecilnya menenangkannya.

"Kau juga bisa melakukan ini jika seseorang yang kau cintai mengkhianati mu"

Anak kecil itu tak mampu menjawab, ia lebih menyembunyikan seluruh wajahnya di Boneka beruang berwarna coklat miliknya.

"Lebih baik kau keluar dan bermain, masih terlalu dini untukmu melihat ini"

Ibu membawa sang putra menuntun tubuh kecil itu ke pintu utama

"Kembali lah sebelum jam 6 sore"

V●ᴥ●V

Mark berjalan tanpa tujuan, boneka beruang nya ia seret hingga kaki-kaki beruang kotor karena menyentuh jalanan.
Tiba-tiba seorang anak lelaki menghampirinya

"Kau terlihat sakit."

Anak itu mencoba menatap netra Mark

"Ibu menyuruh ku bermain, kau siapa?"

Anak yang terlihat seumuran itu terlihat berbinar-binar kala mendengarnya.

"Ah! Aku tau tempat menyenangkan untuk bermain"

Tanpa aba-aba tangan Mark di tarik mengikuti anak di depannya.

Perlahan senyuman Mark mengembang merasa bahagia dengan ajakan itu.

"Hey siapa namamu?"

Tanya Mark

"Renjun, Renjunie. Dan kau?"

"Mark Lee"

• •

Mereka sampai di taman bermain yang besar. Banyak pengunjung dan hampir semua anak-anak yang terlihat lebih muda dari mereka

Renjun melepaskan tangannya, ia menatap kagum isi taman bermain begitu pula Mark.
"Wah disana terlihat ramai" ucap Renjun menunjuk kerumunan anak-anak di tengah taman bermain.

Mereka menghampiri kerumunan itu, sayangnya tinggi badan renjun tak mengizinkannya melihat lebih jelas apa yang terjadi di sana.

"Renjun ayo lebih mendekat"

Ajak Mark menarik renjun ke dalam kerumunan anak-anak

Terlihat disana seseorang berkostum badut lucu tengah menghibur anak-anak. Mark menghembuskan nafasnya kecewa, badut hanya untuk anak-anak dia tak begitu tertarik.

"Renjun ayo pergi ini hanya hiburan khusus anak-anak"

Renjun tak meresponnya ia begitu menikmati aksi konyol badut di depan sana yang membuat Mark terpaksa ikut berdiam diri mencoba menikmati pertunjukan itu

"Kau! Anak laki-laki dengan gambar matahari di bajunya"

Mark menoleh kanan-kiri tak begitu paham apa yang terjadi. Kini yang hanya ia lihat seorang anak kecil berbaju kuning tengah merona di atas panggung kecil bersama sang badut.

Mark sama sekali tak mengalihkan pandangannya pada anak itu. Wajahnya juga ikut merona melihat gerak-gerik anak di sana yang mengeratkan genggaman di bajunya.
Menggemaskan.

"Lee Donghyuck! Ibu sering memanggil aku Haechan"

Wajah Mark memanas tak tau jelas apa yang sebenarnya terjadi padanya. Mark merasa jantungnya berdegup kencang melihat tingkah malu-malu dari anak itu

"Hahaha Mark lihatlah anak kecil itu menggemaskan"

"Yeah"






Mark bergerak gelisah di atas tempat tidurnya, ia berkeringat dingin. Pikirannya masih pada anak kecil bernama Donghyuck tadi yang ia temui di taman bermain.
Donghyuck laki-laki sangat jelas terlihat

"Lee Donghyuck, Lee Donghyuck."

"Sangat di sayangkan jika aku tak bertemu lagi dengan mu"

Renjun menggelengkan kepalanya melihat tingkah laku temannya yang tengah memohon.
Jangan mentang-mentang Renjun masih berparas mungil dan seenaknya ia meminta renjun untuk menjadi siswa SMA lagi?
Renjun sudah delapan belas tahun, dan baru saja lulus dari sekolahnya.

"Lakukan sendiri"

Ucap Renjun membuang muka

"Kau hanya berpura-pura tapi jangan menyakiti Haechan"

Renjun terdiam sebentar memikirkan sesuatu

"Apa bayarannya jika aku sudah melakukan itu?"

"Kau bisa membunuh ayahku"

"Deal!"

Jangan salah paham Renjun bukannya ingin membunuh orang tua, ia bahkan sangat menghormati orang yang lebih tua darinya. Tapi khusus pria tua itu Renjun sama sekali tak bisa menghormatinya, pria tua itu menjadikan ibunya sebagai pelampiasan kekerasannya sehingga mental sang ibu terganggu dan harus berakhir di rumah sakit jiwa.

Ayah temannya merupakan bos kantoran tempat ibu bekerja, dan hampir tiap hari Renjun melihat sang ibu pulang dengan tangis yang membuat Renjun harus menaruh dendam pada pria tua itu.

- -📸



мr. Cιοωη  ╬ ⊰ MarkhyuckTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang