Halaman keenam belas🍂; Maaf karena tidak bisa menjadi sempurna.

44.9K 6.5K 1.2K
                                    

Chapter ini panjang banget,semoga ngga bosen ㅠ

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Chapter ini panjang banget,
semoga ngga bosen ㅠ.ㅠ

Anw, kalau ada typo
tolong komen ya

Happy Reading!

Sesuai dengan apa yang Hanan tulis pada wish list nomor 8, setelah selesai membersihkan tubuh dan menyiapkan peralatan sekolah, Hanan melangkahkan kaki menuju dapur hanya untuk mengajak bi Ama belanja sesuka hati di hari libur nanti. Meski awalnya bi Ama sempat menolak ajakan Hanan karena merasa tidak enak, tapi lagi-lagi Hanan meyakinkan kalau itu bukan masalah.

“Ngga usah, uang nya kan bisa Hanan pakai untuk keperluan yang lain. Lagian bibi sudah gajian kok kemarin, atau kita mau jalan-jalan aja? Nanti bibi temani.” ucap bi Ama sembari tersenyum kecil setelah berhasil merapikan beberapa piring yang baru selesai ia cuci.

“Hanan sudah minum obat?” sembari melangkah mendekat, bi Ama menatap lurus manik kecokelatan milik Hanan.

Lantas Hanan mengangguk setelah mendengar pertanyaan yang baru saja bi Ama lontarkan. Kemudian tersenyum singkat, “Tapi boleh saya mohon, bi? Saya pingin belanja bareng bibi.”

Hembusan napas panjang terdengar jelas setelah Hanan mengucapkan kalimat itu. Dan tanpa bisa menolak, bi Ama lantas mengangguk kecil dengan senyuman yang tidak pernah lepas.

“Boleh, tapi Hanan harus izin dulu ya sama Ayah atau Bunda.”

Kini giliran Hanan yang mengangguk,
“Kalau gitu nanti hari minggu kita jalan berdua, ya? Saya sama bibi.”

Kemudian tersenyum canggung,
“Bibi ngga keberatan, kan?” 

“Ngga dong, bibi malah seneng bisa jalan-jalan sama Hanan.” sembari terkekeh kecil bi Ama usap lembut puncak kepala laki-laki dihadapannya.

Namun baru saja tangan itu mendarat di puncak kepala Hanan, tiba-tiba saja suara menggelegar milik Jason dari arah luar terdengar begitu kencang dan menggema sampai seisi ruangan. Hanan dan bi Ama yang mendengar suara itu seketika langsung saling pandang untuk beberapa detik, sebelum akhirnya Hanan beranjak karena Jason baru saja memanggil namanya dengan volume yang lumayan besar.

“Hanan!”

“Bi, saya berangkat dulu, ya? Semangat kerja nya.” lantas langsung berlari menuju teras rumah.

“Hati-hati, Hanan!" teriak bi Ama yang sayangnya tidak bisa Hanan dengar karena langkah panjangnya sudah membawa pemuda itu pada di mana sang ayah tengah berdiri di samping mobil. Terlihat Jason melipat tangan di depan dada sembari menunggu kedatangan Hanan.

“Simpan kunci motornya.” mata Jason masih diarahkan sepenuhnya pada sang anak yang berdiri di ambang pintu, “Hari ini ayah yang antar kamu ke sekolah.”

Manik tajam milik Jason menatap lurus ke arah Hanan yang entah sudah berapa banyak kehilangan berat badan. Dengan ekspresi yang sulit diartikan Jason menghembuskan napas panjang sebelum kembali berucap.

Tinta Terakhir ✔ Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang