lembar satu

2.3K 227 65
                                    

Chouzhu, kota kecil dan letaknya paling terpencil di bagian timur laut Tiongkok (anggap aja gitulah).

Seorang pria dua puluh enam tahun sudah bersiap dengan sepedanya, keranjang sepedanya sudah penuh dengan plastik makanan yang harus segera ia antarkan ke rumah rumah pelanggan setianya.

Xiao Zhan, pria lajang dengan status ibu satu anak itu memilih menetap di kota kecil itu berdua bersama putera semata wayangnya, mencari lembaran cuan dengan cara berjualan makanan secara online, beruntung tangannya piawai mengolah makanan hingga setiap hidangan yang di masaknya selalu laku keras.

"Xiao Yi, ayo cepat nak, jangan lama-lama di dalam, kau harus sekolah." Xiao Zhan masih menata barang dagangannya di keranjang sepeda, rumah yang dia tempati adalah rumah peninggalan seorang nenek tua yang dulu pernah menampungnya saat ia melarikan diri dikala perutnya sudah mulai membesar, di saat banyak orang mencibirnya karena statusnya yang hamil tanpa pernikahan, saat nenek renta itu meninggal xiao zhan sangat kehilangan, karena hanya nenek itulah yang tak pernah memandangnya dengan cara berbeda, siapapun dirimu jika tuhan menganugerahkan seorang bayi dalam rahimmu itu adalah anugerah jangan di sesali meskipun banyak yang mencaci.

Xiao Yi bocah tujuh tahun dengan paras rupawan itu keluar rumah dengan kepala tertunduk, kedua tangannya memegangi tali tas gendongnya dengan erat.

Zhan tersenyum kecil, ia berjongkok untuk menyamakan tingginya dengan sang putera.

" Ada apa?"

Xiao Yi hanya menggeleng.

" Apa ada yang menghinamu lagi di sekolah?" Tanya Zhan. Tak sekali dua kali dia mendengar dari ibu teman xiao yi jika di sekolah puteranya sering di olok-olok dan di hina karena ibunya seorang pria, xiao zhan tak pernah sakit hati, ini sudah Tuhan anugerahkan untuknya.

Xiao Yi perlahan mendongak, dia mengeluarkan buku dan pulpennya lalu menulis disana.

"Yiyi tidak mau masuk sekolah hari ini, yiyi takut, yiyi tidak mau mendengar mereka menghina ibu lagi." Tulis bocah itu jujur.

Zhan mengerjap beberapa kali guna menghalau air matanya yang mulai merembes, sudah cukup ia menanggung derita ini jangan sampai xiao yi yang tak bersalah apapun ikut menanggung dosanya.

" Dengar sayang, jika ada yang menghina yiyi atau ibu jangan di dengar, sebetulnya mereka iri karena yiyi memiliki ibu seperti ini, jangan marah pada teman-teman yiyi, kau anak yang kuat, ibu percaya." Xiao Zhan menjelaskannya sambil tersenyum.

Xiao Yi mengangguk, dia lalu menulis kembali.

" Untuk hari ini saja yiyi ingin bersama ibu, yiyi izin tidak masuk sekolah hari ini saja bu."

Zhan terkekeh pelan, puteranya sangat polos, dia mengusap lembut pipi chubby xiao yi. " Boleh, tapi yiyi janji hari ini saja ya." Jawabnya.

Yiyi mengangguk antusias lalu mengecup pipi ibunya semangat, dia berubah ceria.

" Nah, apa yiyi ingin di rumah atau yiyi mau menemani ibu berkeliling mengantarkan pesanan pelanggan ibu?" Tawar Xiao Zhan, dia melepaskan tas punggung dari gendongan xiao yi.

Xiao Yi menunjuk sepeda ibunya, itu artinya ia ingin ikut bersama ibunya berkeliling mengantarkan pesanan.

" Kalau begitu yiyi ganti baju dulu, simpan tasmu di lemari ya, ibu tunggu disini."

Xiao Yi segera saja berlari masuk ke rumah, dia buru-buru berganti pakaian.

Xiao Zhan duduk di teras menunggu Xiao Yi selesai berganti pakaian, dia selalu mengingat seraut wajah tampan yang selalu memenjarakan hatinya, wajah xiao yi terlalu mirip dengan Wang Yibo, dia takut jika suatu saat nanti ada orang-orang dekat Yibo yang tahu perihal xiao yi, xiao zhan tak rela jika harus kehilangan puteranya.


Lost In Love (End Di Pdf)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang