Trigger Warning:
This story contains sensitive content such as depression, cursing, mentions of blood/wounds, traumatic disorder, death, and bloody imagery.
Jadilah pembaca yang bijak.
≈≈≈
Semua orang masih berduka atas kepergian Juna yang terkesan begitu mendadak. Suasana sekolah yang dahulu ramai dan terkesan sedikit ricuh, kini berubah menjadi sunyi dan sepi dalam konotasi negatif. Akreditasi sekolah dicabut, dan kini SMA Swasta yang dulunya merupakan yang terbaik di kota itu berubah menjadi sekolah dengan banyak masalah dan sistem keamanan yang buruk. Apalagi setelah para mantan korban perundungan di sekolah itu muncul ke permukaan satu demi satu—baik itu korban dari Allen atau pelaku-pelaku lain yang ada sebelum pemuda itu, membuat image SMA Mentari Pagi semakin hancur.
Joice menyalahkan Allen untuk semua perubahan ini. Sejujurnya, gadis itu masih belum mengerti bagaimana Allen bisa menghirup udara bebas setelah semua ini. Baiklah bila memang ia tidak membunuh Juna, tetapi mengapa ia malah berhenti datang ke sekolah sekarang? Itu membuat semua orang semakin curiga padanya.
Gadis itu kesal hanya dengan memikirkannya. Teman-temannya berubah sejak kala itu, menjadi lebih pendiam dan murung. Mereka adalah sumber kebahagiaan Joice beberapa waktu yang lalu, dan kini mereka tak lagi sama. Gadis itu sendiri masih belum sepenuhnya pulih dari kesedihan akibat perilaku keluarganya, dan di sisi lain ia juga harus menguatkan Artha sekeluarga supaya mereka terus berjalan ke depan. Rahasia Biru juga harus ia jaga, sementara gadis itu tak mungkin hanya berdiam diri ketika mengetahui pemuda yang lebih tua darinya itu kesulitan. Ia harus apa? Joice bisa membantu Biru, namun tak bisa sendiri. Jadi, dengan siapa? Semua temannya sedang bersedih, dan ia tak mau menambah beban pikiran mereka juga.
Kini jadi Joice yang banyak beban pikiran.
"Duh! Lama-lama aku gila!" ucapnya frustrasi ketika sedang sendiri di kamarnya.
Arsel sedang ada acara keluarga sore itu, dan Joice memutuskan bahwa dirinya akan diam menjaga rumah saja. Namun kini ia malah berada di halaman rumah, menyiapkan sepeda kayuh milik Arsel untuk ia pakai berkeliling. Niatnya ia ingin healing dan menghirup udara segar kala itu, namun ada sesuatu yang lebih besar sedang menunggunya, dan gadis itu belum mengetahuinya.
Ia kayuh sepeda itu sekencang mungkin setelah dirinya keluar dari rumah. Dengan earphone yang terpasang di telinganya, ia memutar lagu-lagu di playlist Spotify miliknya. Kebetulan lagu yang berputar kala itu adalah 'Biru', oleh Banda Neira dan Layur.
KAMU SEDANG MEMBACA
Laut di Utara: The Northern Sea
Teen Fiction[Telah Dibukukan] Karena laut di utara tak pernah damai, meski tak pernah terdengar kabarnya. Tetapi ini bukan cerita tentang laut. Ini cerita tentang hati manusia, tentang apa-apa yang terjadi ketika suatu kesalahan telah diperbuat. Ini tentang ap...