Trigger Warning:
This chapter containes sensitive issues such as cursing and violence.
Jadilah pembaca yang bijak.
≈≈≈
Allen merasa kebingungan setelah mendengar ucapan Karin di telepon itu. Maksudnya apaan sih? batinnya. Lalu sebelum ia sempat meminta penjelasan pada Karin, suara pintu yang dipukul kencang terlebih dahulu mengalihkan perhatiannya.
"ALLEN! BUKA PINTUNYA! DASAR ANAK NGGAK TAU DIRI!!!"
Ia tutup sambungan teleponnya saat itu juga. Allen gelisah. Ia sadar bahwa mungkin kedua orang tuanya telah mengetahui apa yang ia lakukan.
"CEPAT BUKA PINTUNYA!" bentak ayahnya. "NGGAK USAH PURA-PURA TIDUR!"
Pemuda itu benar-benar tak tahu harus menjawab apa. Ia takut, dan di posisinya saat itu, ia tak memiliki siapa-siapa yang bisa membantunya. Pemuda itu hanya bisa berdoa, memohon pada Tuhan agar situsi itu segera berlalu.
Lalu ponselnya kembali berbunyi. Kali ini bukan panggilan telepon, melainkan notifikasi pesan masuk. Dari Karin.
Allen menautkan alisnya kebingungan. Karin ngapain lagi? batinnya.
"This woman, Stefanny Budi Samoedra, used to be a person I adore," ucap Karin dalam video yang ia kirimkan pada Allen.
Pemuda itu sontak membulatkan matanya. "Lo ngapain, Rin?" tanyanya.
Tanpa ia sadari, perhatian pemuda itu telah teralihkan sepenuhnya dari kedua orang tuanya. Tautan yang dikirim Karin itu berisi rekaman livestream-nya kemarin. Di video itu ada Karin ditemani antek-anteknya, serta Mahesa yang ikut bergabung dari tempat lain.
KAMU SEDANG MEMBACA
Laut di Utara: The Northern Sea
Ficțiune adolescenți[Telah Dibukukan] Karena laut di utara tak pernah damai, meski tak pernah terdengar kabarnya. Tetapi ini bukan cerita tentang laut. Ini cerita tentang hati manusia, tentang apa-apa yang terjadi ketika suatu kesalahan telah diperbuat. Ini tentang ap...