jeno kembali menatap keluar jendela tanpa minat, telinganya seolah olah tuli tak dapat mendengar apa yg tengah gurunya jelaskan di kelas, hanya ingatan 2 minggu lalu yg masih setia menemani hari harinya.
terlepas dari semuanya, jeno maupun jaemin kehilangan koneksi di luar sekolah ataupun di dalam sekolah, jeno tak pernah melihat lagi bagaimana surai cokelat jaemin mendekat lalu mengajak jeno untuk menghabiskan waktu istirahat dengannya.
itu sedikit mengganggu, memangnya apa yg terjadi dengan jaemin selepas keduanya bertemu di cafe? hanya jaemin yg bersusah payah menyeret hyunjin entah kemana itu dan meninggalkan jeno bersama kopinya.
dan setelah itu, jaemin seolah olah hilang dari dunia. jeno bertanya tanya mungkinkah jika jaemin jatuh sakit karena terkena air hujan, dan yg lebih penting lagi
'apa hubungannya dengan hyunjin.'
jeno berfikir setelah sesi pelajaran ke 2 selesai, mungkin ia akan berkunjung ke kelas jaemin.
'ah, bisakah pak tua itu berbicara lebih cepat?'
"oh, maksudmu jaemin?"
pemuda dengan surai agak blonde tersebut masih sibuk berkutat dengan catatannya, ketua kelas memang rajin.
"dia tidak masuk selama lima hari tanpa alasan yg jelas, dia memberiku pesan bahwa dia jatuh sakit, tapi sampai saat ini aku masih ragu dengan alasannya."
renjun, si ketua kelas, dalam diam mengasihani si kecil jaemin yg selalu menjadi sasaran bullyng, tapi apa yg bisa dilakukannya? terakhir kali ia menolong jaemin di toilet, memar di tubuh langsung menghiasinya.
"jeno."
renjun berdiri dari duduknya, dan segera menutup buku catatan miliknya.
"aku tidak pernah melihat jaemin dengan orang lain saat istirahat, jujur beberapa kali aku memergoki kalian berdua di lapangan basket belakang." jeno sedikit terusik dengan kata 'memergoki'.
"aku tidak bermaksud jahat kok! kau tau, aku hanya khawatir jaemin dirundung olehmu, setiap kali ada pria atau bahkan perempuan mengajaknya menghabiskan waktu istirahat, jaemin selalu berakhir setidaknya dengan seragam basah." renjun menggaruk tengkuknya yang tak gatal.
"kupikir kau bagian dari mereka." renjun menundukan kepalanya, merasa tak enak karena secara tidak sengaja menuduh jeno sembarangan.
jeno tertohok, apa parasnya yg tampan ini memang terlihat seperti karakter antagonis di film film? tapi sejujurnya, itu adalah kenyataan paling pahit jaemin yg diceritakan renjun. satu satunya orang yg peduli pada si kecil nana sebelum jeno datang.
"maaf lancang mengatakan ini,"
kepala renjun mengadah, menatap netra jeno dengan raut wajah memohon.
"tolong temui, jaemin."
dari lubuk hati yg paling dalam, renjun bertanya tanya.
'apa yang terjadi denganmu, na..'
***
"jeno, aku sudah berapa kali memberimu peringatan."
"coba kau hitung sudah berapa kali seorang jung jeno di skors bahkan dikeluarkan dari sekolah?!"
7 kali skors dan 2 kali dipindahkan secara paksa.
" jangan membuat ulah, jangan membuat ulah, jangan membuat ulah!"
'plak!'
tanpa disadari oleh jaehyun sendiri, ia menampar keras pipi putra semata wayangnya.
atmosfer di sekitarnya menjadi beku, nafas jaehyun terengah engah, keringat mengucur di pelipis keningnya. menatap tangan kanannya yg dipakai untuk menampar anaknya.
jaehyun sekejap mata kembali mengingat, bagaimana sikap tempramen jeno dengan segala sifatnya yg sangat, sangat mirip dengannya.
jeno tak pernah berniat untuk mengirim guru choi si bajingan yg hampir memperkosa salah satu murid perempuannya, ke rumah sakit.
kenyataan bahwa jaehyun meminta maaf atas nama jeno, mengalah dan membiarkan jeno dikeluarkan dari sekolah, jika jaehyun selalu adil, bijaksana, dan mempunyai banyak akal untuk membuat rakyatnya percaya sepenuhnya padanya, kenapa tidak sama sekali bersikap seperti itu pada jeno, walau hanya sekali saja?
'papa, dimana mama?'
'habiskan susumu dulu jung.'
'bisakah kita pergi keluar? jeno disuruh menceritakan apa yg jeno lakukan ketika musim panas oleh nyonya jang.'
'ya? tunggu sebentar, saya akan segera sampai, dimana letak rapat akan segera diadakan?'
'besok ke sekolah, jika papa masih peduli dengan rapotku.'
'panggil pamanmu saja ya?'
tak bisakah jeno mendapat perlakuan adil sekali saja?
***
"jeno, aku tak ber-"
"aku berharap ayahku bukan dari kalangan menafkahi obsesi rakyat, sepertimu."
nyatanya, jeno selama masih menginjak di sekolah dasar, mendapat perlakuan diskriminasi, dari teman sekelas, maupun guru.
'hei, kau dengar? dewan jung katanya korupsi lagi.'
'kenapa? ow aku takut, sembunyikan aku! bukankah dia anak pak jung yg korupsi itu?!'
'kau pasti kaya karena ayahmu bagian dari pemerintah, berapa banyak perempuan yang pernah kau tiduri jung?'
'OHH?! DIA BERJALAN KAKI?! KUDENGAR DIA PUNYA BANYAK MOBIL SPORT UNTUK DIBAWA FOYA FOYA! APA SEKARANG DIA TOBAT?! SI ANAK DEWAN ITU!'
tak bisakah jeno melawan?
dan siapa yg bilang jika mempunyai keluarga dari kalangan atas hidupnya akan selalu dipenuhi kebahagian?
KAMU SEDANG MEMBACA
siecle de vide | nomin [✓]
Fanfiction\siecle-devide;\ empty century. jaemin terkucilkan di tengah tengah padatnya bumi sebelum seseorang menyelinap masuk, dengan tidak sopan membuat hidupnya berubah 160 derajat.