Dirga menunggu Sunmi di pelataran parkir hotel, ketika gadis itu keluar dari hotel dia memanggilnya.
Sunmi mengerutkan kening melihat Dirga. 'Kenapa dia masih di sini? Bukannya tadi sudah lama keluar?' pikir Sunmi heran.
Gadis itu pun menghampiri Dirga dengan ragu, dia hanya sekali bertemu dengan pemuda itu, saat ngopi di cafe dekat kampus bersama Dessy, dengan kata lain Sunmi tidak merasa akrab dengan Dirga hingga bisa ditunggui seperti sekarang.
"Apakah kamu benar-benar ingin bekerja di hotel ini?" tanya Dirga setelah Sunmi sampai di hadapannya.
Pemuda itu sudah turun dari mobil dan bersandar di badan mobil, sejak melihat Sunmi di pintu keluar hotel.
"Begitulah," jawab Sunmi acuh tak acuh.
"Kenapa?" tanya Dirga ingin tahu.
"Apakah kita sedekat itu untuk saling memberitahukan setiap keputusan yang diambil?" kata Sunmi sambil mengerutkan kening tidak suka.
"......" Dirga terdiam.
Dia menatap Sunmi rumit, apa yang dikatakan gadis itu memang benar, mereka tidak terlalu dekat untuk saling menceritakan sebab setiap keputusan yang diambil. Tapi Dirga sungguh merasa penasaran kenapa gadis secantik Sunmi dan masih kuliah ingin bekerja di hotel?
"Kalau tidak ada apa-apa lagi aku pulang dulu," kata Sunmi memecah keheningan.
"Ayo aku antar," ajak Dirga.
"Apakah kamu tidak sibuk?"
"Tidak! Hari ini aku luang," kata Dirga sambil membuka pintu mobilnya dan mengisyaratkan Sunmi untuk masuk.
"....." Sunmi masuk ke dalam mobil Dirga dan duduk dengan tenang di sana sampai Dirga masuk dan mulai mengemudi.
"Dimana alamat kamu?" tanya Dirga sambil mulai menyetir mobilnya.
"Jalan Dirga!" Jawab Sunmi
"Kamu bercanda?" tanya Dirga sambil tersenyum dan menggelengkan kepalanya.
"Tidak! Aku serius, nama jalan di rumahku itu benar-benar jalan Dirga," kata Sunmi menjelaskan.
Gadis itu juga bingung kenapa nama jalan di rumahnya sama dengan nama orang di sebelahnya.
"Kebetulan sekali," kata Dirga sambil tersenyum.
"Iya, kebetulan yang aneh!" Cetus Sunmi membenarkan.
"Mungkin kita memang jodoh," kata Dirga sambil melirik Sunmi.
"....." Sunmi memutar bola matanya bosan.
Sesampainya di depan rumah Sunmi, gadis itu merasa heran ketika melihat rumahnya tampak ramai dan di depan pagar juga telah berjejer mobil keluaran terbaru.
"Apakah di rumah kamu sedang ada acara?" tanya Dirga heran.
"Rasanya tidak," kata Sunmi sambil keluar.
Dirga juga ikut keluar mobil dan mengikuti Sunmi dari belakang. Sementara gadis itu seperti tidak menyadari kalau Dirga sedang berjalan membuntutinya.
"Sunmi! Sini...kenalin ini keponakan teman mamah sama keluarganya, mereka ingin kenalan dengan kamu," kata Shinta sambil menggamit tangan Sunmi.
"......" Sunmi menatap Edo, laki-laki yang sedang duduk di ruang tamu dan tersenyum menatapnya, laki-laki yang sama yang kerap berada dalam mimpinya dan menyiksanya.
"Eh?...ini siapa?" tanya Shinta heran saat melihat Dirga.
"Sore Tante, saya temannya Sunmi," jawab Dirga sopan
"Teman apa teman?!" sahut Leni dengan nada sinis, dia saat ini duduk di samping keponakannya, Edo.
"Mau teman atau bukan, memangnya apa urusannya dengan Tante?" tanya Sunmi sinis.
Dia ingat Tante ini juga yang di dalam mimpinya kerap mengadu domba antara dia dan Edo, suaminya di dalam mimpi, yang juga merupakan keponakan Leni yang saat ini duduk di sampingnya itu.
"Sunmi! Kapan mamah ngajarin kamu jadi gak sopan begitu?" cela shinta.
"Kenapa Sunmi harus sopan kalau dia sendiri tidak sopan? Berani-beraninya tamu mempertanyakan urusan tuan rumah? Siapa sih dia? Sunmi sama sekali tidak mengenalnya jadi kenapa dia kepo dengan urusan Sunmi?" cibir Sunmi ketus.
"Sunmi!" Sentak Shinta sambil melirik leni, merasa tidak enak.
"Aku adalah Tante calon suami kamu," kata Leni bangga.
"Oh?! Siapa juga yang mau nikah sama keponakan anda? Aku tidak merasa memberikan persetujuan sebelumnya," cibir Sunmi.
"....." Leni terdiam.
Dirga menyembunyikan senyumnya, tidak menyangka kalau Sunmi bisa bersikap ketus seperti itu.
"Mah, mamah harus ingat! Sunmi sudah mengatakan sebelumnya bahwa Sunmi tidak tertarik dijodohkan dengan keponakan teman mamah ini, jadi tolong jangan paksa Sunmi kecuali mamah memang sengaja ingin mengusir Sunmi dari sini!" kata Sunmi sambil menarik tangan Dirga keluar dari rumah.
"Benar-benar anak gadis yang sangat sulit untuk dikendalikan," kata Leni sambil menggelengkan kepalanya dan menghela napas lalu menatap keponakannya yang hanya terdiam.
"Maaf, Sunmi memang keras kepala, nanti aku akan bujuk dia lagi supaya mau menerima perjodohan ini," kata mamah Sunmi sambil meringis malu.
"Tidak apa tante, saya bisa sabar menunggu," kata Edo sambil tersenyum santai.
Dalam pandangan matanya Sunmi tidak ubahnya seperti kuda liar yang harus ditaklukan dan dikendalikan. 'Sangat menantang dan menarik,' pikir Edo sambil tersenyum.
"Syukurlah kalau nak Edo bisa sabar dalam menghadapi sikap anak Tante itu," kata Shinta merasa tenang dan lega.
Sementara itu Sunmi yang sudah di luar rumah meminta Dirga mengantarnya ke rumah Dessy.
"Jadi, apakah ini alasannya mengapa kamu melamar kerja di hotel?" tanya Dirga hati-hati.
"Bisa dibilang begitu," sahut Sunmi.
"I see," kata Dirga sambil mengangguk.
Kalau alasannya seperti tadi, jelas pilihan Sunmi untuk bekerja adalah jalan keluar yang terbaik untuk situasi yang saat ini dialami oleh gadis itu.
"Maaf, kamu jadi ikutan terlibat dalam masalah keluargaku," kata Sunmi merasa tidak enak.
"Tidak masalah, bahkan jika kamu ingin menjadikan aku sebagai tameng untuk menolak perjodohan itu juga aku bersedia," sahut Dirga.
"Maksudmu?" tanya Sunmi tidak mengerti.
"Bilang saja kepada mereka kalau aku calon suami kamu," jelas Dirga.
"...." Sunmi terkekeh." Kamu pikir mereka akan percaya?" tanyanya sambil tersenyum tidak berdaya sambil menggelengkan kepalanya.
"Kita belum akan tahu kalau belum mencobanya," sahut Dirga mencoba meyakinkan.
"Apa kamu tidak takut, kalau nanti akhirnya kamu malah ditodong orang tua aku dan disuruh nikahin aku?" tanya Sunmi sambil mengerutkan kening heran.
"Why not? Aku juga belum punya calon, sama seperti kamu," jawab Dirga santai.
"Tapi kita kan baru kenal," bantah Sunmi.
"Ya terus? Apakah untuk menjadi pasangan semua orang harus saling mengenal terlebih dahulu?" tanya Dirga sambil terus fokus memandang ke jalan.
"......" Sunmi terdiam.
"Kita kan bisa saling mengenal setelah kita menikah," katanya lagi hingga membuat Sunmi tidak dapat berkata-kata.
"Aku tidak memaksa, tapi kalau kamu setuju, kamu bisa hubungin aku, ini nomer aku," kata Dirga sambil memberikan kartu namanya.
Sunmi mengambil kartu nama Dirga dan menghela napas. " Aku akan memikirkannya."
"Silahkan, aku akan menunggu hasil keputusanmu," sahut Dirga mantap.
Walau belum mengenal Sunmi lebih dekat, entah kenapa Dirga merasa sangat yakin kalau gadis yang duduk di sampingnya itu bisa menjadi istri yang baik untuk dirinya dan ibu yang baik untuk anak-anaknya.
KAMU SEDANG MEMBACA
Dejavu
ParanormalSunmi tak henti hentinya meneteskan air mata, dipenghujung kehidupannya tidak ada satupun kerabat yang hadir menemaninya. adik yang dulunya diurus dan dibiayai sekolahnya pun menghindarinya dengan berbagai alasan apalagi sanak kerabat lain. Sunmi t...