Baiklah, lupakan Soodam dan Jaemin. Mari kembali fokus pada Mark dan Minji.
Mark menggeser duduknya, mendekatkan dirinya pada Minji. Gadis itu tak mempermasalahkannya. Ia masih nyaman bermain ponsel.
"Sampai kapan kamu berpacaran dengan ponselmu?" tanya Mark.
Minji mendongak, mengalihkan perhatiannya pada Mark.
"Ada pesan dari Dita eonni kalau Soodam sudah sampai dorm. Ia menanyakan keberadaanku," jawab Minji.
"Berarti Jaemin juga sudah pulang?" tanya Mark monolog.
Mark kemudian membuka ponselnya. Benar, ada lima pesan belum terbaca dari Jaemin.
_____________________________________________
Jaemin
Maaf, aku pulang duluan
Soodam mendadak pusing
Jadi aku harus mengantarnya pulang
Tolong beri tahu Minji
Dan juga segeralah pulang, HyungBaik
_____________________________________________
Mentari sudah sepenuhnya tenggelam. Bulan lah yang menjadi penguasa langit malam ini.
"Hari sudah gelap. Ayo pulang," ajak Mark.
"Antar aku ke dorm," pinta Minji.
Mark mengangguk.
Mereka pun berjalan bersama menuju dorm Secret Number. Tidak, mereka tidak bergandengan tangan. Saat ini status di antara mereka hanyalah teman, tak lebih. Maka dari itu Mark ataupun Minji tak berani macam-macam, bahkan hanya untuk bergandengan tangan.
Sebelum sampai di dorm, manik mata Mark menangkap bunga mawar putih di salah satu toko bunga yang hampir tutup. Tanpa berpamitan pada Minji, ia berlari ke sana begitu saja.
Minji terkejut dengan kelakuan Mark yang tiba-tiba menghilang dari sisinya. Saat kedua matanya melihat Mark di toko bunga dan sebuket mawar putih, Minji menautkan kedua alisnya. Dia membeli mawar putih untuk siapa, pikir Minji.
Setelah itu Mark kembali pada Minji.
"Mawar putih?" tanya Minji.
"Kamu ingat?" tanya Mark balik.
Minji mengangguk, "bagaimana tidak? Bunga itu selalu hadir setiap minggu selama tiga bulan, sampai aku bosan," jawabnya.
"Maaf, saya tidak tahu harus memberi apa padamu. Dan saat saya memberikan hal lain selain bunga, kamu malah membuangnya," ucap Mark.
"Maafkan aku, saat itu aku begitu kalut. Aku ga bisa mikir saat itu," ucap Minji lesu.
"Tidak masalah, saya tahu. Gagal berulang kali itu memang mengecewakan. Saya salut, kamu tidak menyerah dan masih mau berjuang keras demi mimpimu."
"Yha begitulah," ucap Minji sembari menghela napas lesu.
Mark menyodorkan mawar dari tangannya, "untukmu," ucapnya.
Minji menerimanya dengan malu-malu, "terima kasih."
Tak terasa mereka telah sampai di depan dorm Secret Number. Mark segera memesan taksi online, sembari berpamitan.
"Tidak masuk dulu?" tanya Minji.
"Taksinya akan segera datang, kapan-kapan saja saya akan berkunjung. Oh iya, tadi kata Jaemin, Soodam mendadak pusing, apa dia sakit?"
"Aku juga tidak tahu, sepertinya dia kelelahan."
Tak lama sebuah taksi terparkir di depan dorm.
"Atas nama Tuan Lee Minhyung?" tanya sang sopir.
"Iya saya sendiri," jawab Mark.
"Hati-hati!" ucap Minji.
Mark tersenyum dari balik masker dan mengacak puncak kepala Minji pelan. Lalu ia masuk ke mobil.
Jangan tanyakan bagaimana Minji, dadanya bergemuruh tak keruan setelah mendapat perlakuan manis dari Mark. Lalu ia masuk dorm sambil membawa sebuket mawar, dengan senyuman yang masih terpatri.
KAMU SEDANG MEMBACA
Angujiwat
Short Story"Kenapa ada manusia seperti dia?" Karungrum #2 Sebuah cerita antara Park Minji dan Mark Lee.