E Y E S 1 3

18 7 0
                                    

me

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

me



Happy reading!

•••

Rafa pergi ke rumah sakit untuk ke sekian kalinya hari ini. Dengan mengunakan pakaian rumahan dengan celana panjang sudah cukup baginya.

Begitu pintu di tutup, Rafa mengembuskan nafas lega. Ia menarik kursi yang terletak di samping ranjang Anna, meneliti wajah Anna.

"Lo ngapain di sini?" Pertanyaan Jaasir yang di sambut dengan tatapan tidak peduli Rafa.

Jaasir yang kesal karena merasa terabaikan, pergi menuju ke ujung ruangan yang terdapat kulkas mini itu, mengambil minuman berwarna oranye itu lalu meneguknya.

Detik selanjutnya, Rafa berdiri dengan tatapan tidak percaya. Penglihatannya tidak salah, Anna barusan saja menangis.

Suara Rafa tercekat, "Anna."

Jaasir yang sedang meminum minuman menyemburkannya kaget. "Pencet tombolnya goblok!"

Rafa segera menekan tombol darurat yang langsung terhubung ke para medis.

"Anna bangun?" Bisiknya pelan, Rafa menggelengkan kepalanya tidak tahu.

Mereka berdua menunjukkan ekspresi kaget dan kebingungan. Pintu ruangan terbuka, muncul dokter dan para medis yang selalu membantunya membuntuti di belakang.

Jaasir dan Rafa reflek menundukkan badan, memudahkan dokter dan para medis untuk mengecek Anna.

Di saat dokter sedang memeriksa Anna, Jaasir berjalan mondar-mandir mengigit kukunya. Rafa terduduk diam di sofa, membeku.

"Apa Anna bakal bangun?" Tanya Jaasir, suaranya rendah hampir tidak terdengar dengan jelas.

Anna meneteskan air mata dalam tidurnya. Tidak ada yang tau itu pertanda baik atau buruk, yang jelas Rafa tidak senang melihat Anna menangis. Bahkan dalam keadaan seperti ini.

"Belum" dokter Ahmad menggeleng kecil.

"Kenapa Anna nangis?" Rafa berdiri mendekatkan jarak, sorot matanya penuh harapan.

"Biasanya ada dua kemungkinan kenapa Anna menangis, dalam kondisi saat ini. Pertama mungkin di saat tidurnya Anna merasakan sakit yang amat dalam. Yang kedua, kemungkinan Anna sedang bermimpi buruk, sesuatu yang membuatnya menangis."

"Dia belum bangun." Rafa berucap dengan suara pelan.

"Kabar baiknya, ini membuktikan bahwa otak Anna masih berfungsi. Jika ingin dia bangun, terus berharap dan memberikan dukungan penuh. Harapan itu pasti akan datang."

Dokter yang sedang berdiri ini tidak tahu sudah berapa banyak Jaasir dan Rafa berharap. Sudah dari sebulan yang lalu, mereka berdua selalu berharap penuh terhadap Anna.

Semoga saja harapan itu akan terwujud.

•••

Rafa terisak dalam tangisannya. Ia menutup wajahnya, sementara bahunya terguncang. Seluruh memori ingatan dengan gadis itu lewat begitu saja. Senyumannya, tawa bahagianya, suara-suara yang selalu memberikan harapan.

Rafa menarik kursi, lalu duduk. Menahan sesak di dadanya. Ia tidak bisa berhenti menangis. Tangan Rafa bergetar saat memegang tangan Anna. Tangan yang dulu selalu membalas genggamannya.

Rafa mendekatkan wajahnya ke arah telinga Anna. Ia berbisik, disusul isakan tertahan.

"I love you, please stay with me."

"Lo tau, hari ini gue di jadwalin buat cek kaki gue ke dokter." Tepat pagi hari saat sarapan, ayah Rafa memberitahukan ini kepada Rafa. "Tapi kayaknya gue nggak bakal dateng." Memang seperti Rafa tidak akan datang. Dia juga tidak berniat untuk pergi kemana-mana.

"Gue bawa sesuatu buat lo." Rafa merogoh tas belanjaan yang ia bawa saat datang kemari. Di dalam tas itu terdapat boneka kelinci, sepasang kaos kaki bergambar kelinci, dan bunny hat berbentuk kelinci. "Gue nggak tau kenapa bentuknya kelinci semua. Lain kali gue bakal kasih ke lo sesuatu yang beda."

Rafa membiarkan dirinya menatap Anna. Lalu meletakkan tas belanjaan di bawah nakas. Menoleh sekilas ke arah di mana seseorang membuka pintu.

"Hi, sleeping princess!" Jaasir mengakhiri sapaannya dengan menutup pintu kamar Anna dengan perlahan.

Menoleh arah di mana Rafa terduduk dengan menundukkan kepalanya, dia terus memegang tangan Anna. Sepertinya dia menangis. Lagi.

•••

'Gue tau saat gue pertama kali ketemu sama lo

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.


'Gue tau saat gue pertama kali ketemu sama lo. Lo penyelamatan yang datang buat ngehancurin hidup gue.'
-Rafhael Hadrian Darmawan-



Terimakasih,

EYES || Another World (END)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang