Kadang kalian percaya bahwa garis takdir itu adalah keindahan, tapi nyatanya setiap keindahan pasti akan ada keburukan.
•••
Cilla menatap langit dengan tatapan kosong ia kemudian memejamkan matanya berusaha menikmati hembusan angin yang menerpa wajahnya.
Gadis itu kemudian mengalihkan pandangannya ke arah jalanan, entah kenapa melihat jalanan yang penuh dengan kemacetan membuat dia seperti merasakan kegelisahan.
Hatinya seolah berteriak kesakitan dan matanya mulai menampakkan bayangan hitam. Entah apa itu Cilla juga tidak tau.
Ia kemudian memeluk erat tas ransel dipangkuan nya, menunggu mobil yang lewat disana. Mulai merasa bosan ia pun memainkan ponsel nya sebentar, tak lama kemudian sebuah mobil berhenti di hadapannya "Tuan putri silahkan masuk."
Cilla tersenyum lebar "Terima kasih Tuan yang baik hati." Balasnya ramah.
Laki-laki itu berjalan ke sisi pintu mobil yang lain lalu menutup pintu mobil dengan keras. Cilla mulai mengeluarkan sesuatu dari tas yang ia pangku.
"Ini Ga makasih." Cilla menyerahkan hodie yang Angga pakaikan padanya pada saat ingin pulang tadi.
Angga sekilas meliriknya "Buat Lo aja La, Gue punya banyak dirumah."
Cilla kembali menarik tangannya, ia tersenyum usil seperti biasa Angga adalah orang yang sok Murah hati padahal Cilla tau kalau hodie ini adalah hodie favorit nya sejak SMP.
"Yaudah, tapi Angga gak boleh ngambil dari Cilla lagi ya? "
"Iya Cilla."
Setelah perbincangan itu mereka terdiam cukup lama hingga sampailah mereka di perempatan jalan menuju rumah Cilla. Mobil mereka terhenti karena kemacetan jalan.
Cilla yang mulai merasa bosan dengan hiruk pikuk itu pun membuang pandangannya ke luar jendela yang dipenuhi oleh pengendara bermotor.
Matanya seketika menajam melihat Rasya membonceng perempuan dibelakang nya dengan pelukan yang erat perempuan itu seolah sedang asik mengobrol dengan kakaknya.
"Siapa? Dista?" Tanya nya dalam hati.
Namun Cilla berusaha tak peduli ia kembali membuang mukanya ke arah Angga yang masih setia menatap kearah depan.
"Ga, kita pergi makan-makan gimana?" Ajak Cilla.
"Makan?"
"Iya, kita makan diluar. Cilla bosan dirumah cuman makan itu- itu aja." Jawab Cilla.
Angga kembali menoleh ke arah depan, Angga penasaran kenapa Cilla mengajaknya? Bukankah dia sering mengajak Cilla pergi makan namun selaku ditolak dengan berbagai alasan. "Oke, mau makan dimana?" Balas Angga tanpa Ragu.
Cilla mulai memikirkan nya dan lalu menyarankan agar pergi ketempat makan favorit nya dulu. Angga pun hanya menggangguk lalu mulai menjalankan mobil setelah kemecetan mulai mereda.
Cilla kembali mengeluarkan handphone nya membuka WhatsApp miliknya. Jari jemari nya asik menekan Chat dengan kontak baru yang ia punya.
Mata ajaib nya Cilla
Kak
Kak Rasya
Pesannya terkirim namun belum dibaca oleh sang penerima pesan. Ternyata tak sia-sia Cilla bernegosiasi dengan Diki yang penuh dengan permintaan yang diluar nalar.
FLASHBACK
"Lo adek nya Ras eh bukan Rayen?" Tanya Diki hampir keceplosan karena Rasya telah memperingatkan nya agar tidak memanggil dengan nama itu.
KAMU SEDANG MEMBACA
RayCilla destiny [Hiatus]
Teen FictionApakah takdir akan menuntun kita untuk saling melengkapi atau malah menyakiti? pada dasarnya manusia ada untuk saling menyembuhkan kemudian saling menyakiti. ~Garis Takdir~ Note: cerita ini mengandung es mocci dan Bau bawang! harap bersiap jiwa dan...