7. Complicated

192 45 6
                                    

Segerumbulan orang memadati pintu gerbang sekolah untuk menyaksikan korban dan pelaku atas tindak pelecehan itu. Para polisi yang di panggil oleh para warga datang menangkap pelaku yang berjumlah sepuluh orang tersebut. Dengan wajah yang membiru akibat di amuk massa.

"Kasian, masih gadis tapi masa depan nya sudah dihancurkan."

"Mungkin setelah ini dia akan trauma berat."

"Iya, kita hanya bisa mendoakan yang terbaik untuknya."

Berbagai opini menyebar tentang kasus ini, mereka ada yang merasa kasihan tapi tak sedikit juga yang mentertawakan karena tidak melawan ujar mereka.

Suara gemuruh motor karena tancapan gas yang tinggi membuat semua warga berdiam diri. Mereka menatap Rasya yang melepas helm dengan tergesa-gesa, tangannya menggempal kuat lalu berlari kearah sang pelaku yang sekarang berada di depannya.

Dengan kuat ia berhasil melepaskan tinjauannya ke wajah sang pelaku. "Brengsek, Lo apain Cilla?" Tangan Rasya terus memukul pelaku yang kini sudah ter sungkur di tanah.

"Mati Lo Brengsek. Mati...mati...mati" teriaknya menggila, cipratan darah dari pelaku mengenai wajah Rasya membuatnya semakin menggila. para warga bergidik ngeri menyaksikan perkelahian brutal itu.

Tak ingin pelaku mati ditempat polisi langsung mengamankan pelaku masuk kedalam mobil lalu berpamitan pergi dan meminta Rasya kembali sebagai saudara korban nanti.

Rasya mengigit bibirnya lalu menyugarkan rambutnya yang basah karena keringat. Mata nya menatap tajam para warga yang menertawakan kejadian itu.

Rasya kemudian berjalan masuk dengan cepat ke area sekolah menuju UKS. Hatinya bergejolak tak karuan. Membayangkan betapa takut Cilla pada saat kejadian membuat Rasya ingin membunuh semua pelaku itu.

Sesampainya di sana Rasya mendorong kuat Pintu UKS membuat dokter disana terkejut dengan tatapan ngeri "Cilla? Cilla dimana?"

Dokter itu sedikit menaikkan satu alisnya, "maksud kamu cerly? Kamu siapanya Korban?"

Mata Rasya membelalak sempurna, "Cerly? Ternyata bukan Cilla" ia menghembuskan nafas lega.

"Iya, kami sedang menunggu keluarga korban tapi sepertinya kamu mengira dia pacar mu. Tampaknya kamu sangat mencintai nya."

Rasya terdiam seribu bahasa setelah mendengar ucapan sang dokter , "Anak muda, tak peduli seberapa keras kau menjaga yang ditetapkan takdir akan tetap terjadi. Jadi sebelum semuanya terlambat kau hanya bisa memberinya kenangan indah sebelum dia pergi." Ujar dokter itu lalu kembali fokus memeriksa korban.

Rasya menutup pintu uks namun sebelum tertutup sempurna ia berkata "terima kasih tapi kau tidak tau seberapa rumitnya hubungan ku dengan nya sekarang ini." Dokter itu sedikit menyunggingkan senyum.

Setelah keluar dari gedung sekolah Rasya melajukan motornya kearah rumah Cilla. Untuk memastikan gadis itu sudah ada ditempatnya.

Sesaat sampai disana lekas-lekas ia menekan bel hingga berulang kali. Badannya bergetar degup jantungnya memompa hebat. Berulang kali ia katakan dalam hatinya "pasti Lo ada dirumah. Pasti!"

Tubuh nya menegang bersamaan dengan orang yang keluar membuka gerbang. Tak tahan lagi membendung rasa khawatirnya Rasya langsung mendekap Cilla membuat gadis itu terkejut.

"Kak?"

Merasakan tubuh Rasya yang bergetar hebat Cilla lantas bertanya. "Kak Rasya kenapa?" tanya nya namun tak ada balasan "kak?"

"Diem klo Lo mau selamat."

Cilla langsung menurut setelah mendengar ancaman itu, ia tak berani bergerak selama beberapa menit.

"Sial, gue gak tahan lagi." Cicit Rasya, ia kemudian mengakhiri pelukan itu lalu beralih mencium ke kening cilla sambil mengacak Rambutnya dengan gemas.

Merasakan sensasi hangat yang menjalar dari kening nya membuat Cilla justru merasakan nyeri di sekitar punggung nya.

Melihat ekspresi Cilla, Rasya langsung menggendong Cilla ala bridal style kedalam rumah kemudian meletakkan nya di sofa.

"Kenapa hm?"

"Perut Cilla sakit."

"Lo datang bulan?" Tanya Rasya lalu menutup tubuh Cilla denga jaket miliknya.

Cilla tak menjawabnya dengan ucapan melainkan dengan anggukan. "Dimana?" Tanya Rasya lagi.

Merasa pertanyaan nya yang salah Rasya langsung menjelaskan "maksud gue dimana pembalut nya Lo simpen?"

Cilla menggeleng kuat "Cilla belum beli."

Rasya kemudian berdiri lalu mengambil kunci motor miliknya yg berada di atas meja. "Tunggu disini gue beliin."

Baru hendak melangkah Cilla malah menarik tangannya "Jangan kak diluar hujan." Ucap nya setelah mendengar suara gemuruh petir. "Cilla bisa tahan kok, nanti Cilla pesan aja." Gadis itu melingkarkan kuat kedua tangan keperut nya yang terasa nyeri.

Merasa tak tega Rasya terus berjalan keluar dan tak menghiraukan larangan gadis itu. Ia mengendarai motor ke Indomaret terdekat dengan waktu 20 menit pulang pergi.

Cilla merasa khawatir ia duduk dengan mengunci kedua lutut di depannya sambil menunggu kedatangan Rasya. Sesekali ia berpikir kalau sifat kakaknya akhir-akhir ini sangat sulit ditebak. Kadang tak peduli padanya tapi sesekali juga sangat peduli. Seakan seperti dua orang yang berbeda.

Pintu terbuka menampakkan seorang pemuda yang basah kuyub diguyur hujan. Rasya berjalan kearah Cilla dengan membawa paperbag lalu meletakkannya di atas meja.

"Makasih" cicit Cilla.

Rasya tersenyum dangkal lalu kembali ke mimik datarnya "kamar mandi?"

"Ha?"

"Kamar mandi tetap sama kan letaknya?"

"Iya, gak pernah berubah."

Rasya meninggalkan Cilla seorang diri menunju kamar mandi. Sementara Cilla masih menunjukkan wajah yang sangat sulit di artikan.

"Kak Rasya baik lagi sama Cilla? Berarti dia gak benci sama Cilla?" Gadis itu melompat dari atas sofa hingga pijakannya meleset membuat nya tersungkur di atas lantai namun senyuman nya malah bertambah riang "gak apa-apa, sekarang waktunya melayani bos supaya mau tinggal disini lagi." Ujarnya antusias.

Setelah beberapa menit berselang Rasya keluar dengan handuk Sepinggang. Ia memperhatikan sekeliling mencari gadis itu. "Dimana dia?"

Cilla keluar dari kamarnya setelah memakai pembalut senyuman terukir lebar di wajahnya.

"Selamat malam bos, pakaian sudah disiapkan dikamar."

"Hm" Rasya langsung berjalan masuk kedalam kamar lalu ketika Cilla membuntutinya dibelakang dia membanting pintu yang hampir mengenai wajah Cilla.

"Kenapa Cilla gak boleh masuk?" Teriak Cilla dari luar.

"Jadi gadis itu yang patuh, jangan suka nyelonong masuk." Balas Rasya.

Cilla mendengus kesal, tapi ia tetap berusaha bersabar selagi menunggu dia kembali kedaput menyiapkan makan malam yang sudah ia masak. Lalu ia berlari lagi kedepan pintu Rasya menunggu dengan patuh disana.

Setelah pintu terbuka, nampak Rasya yang mengenakan kaos hitam dengan celana berwarna cream. Cilla langsung menarik Rasya ke arah meja makan tanpa mendengar pendapat nya terlebih dahulu.

"Duduk" titah Cilla, dan dengan mudah nya Rasya menurutinya.

Semua makanan diatas meja Cilla sajikan dengan satu piring kepada Rasya. "Lo mau pelihara babi? Ngasih gue makan sebanyak ini?"

Cilla tertawa geli sebelum menjawab nya "klo kak Rasya babi Cilla yang jaga lilinnya." Balasnya lalu menambahkan lagi nasi kedalam piring Rasya.

Rasya mendorong piring kedepan sebagai tanda ia tak terima denga porsi nya, namun tatapan tajam Cilla membuatnya kembali menarik piring itu lalu memakannya.

Langkah pertama dalam membuat kak Rasya betah dirumah, perlakukan dia seperti babi. Makanan yang banyak akan membuat nya betah dirumah.

Tbc

Sabtu, 19 Maret 2022






RayCilla destiny [Hiatus]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang