"Berapa bi?" Tanya Angga pada pemilik kantin harga minuman yang ia beli.
"Sepuluh ribu den."
Angga mengeluarkan uang dalam saku celana lalu membayar minuman itu diakhiri senyum manis khas dari nya.
"Nih" ucap Angga sambil menyodorkan minuman ke wajah Cilla.
"Makasih" jawab Cilla agak sungkan.
Angga meneguk minuman itu hingga jakunnya turun naik. atensi Matanya kemudian beralih melirik Cilla yang masih termenung.
Angga sedikit menyenggol lengan Cilla membuat gadis itu menatap kearah nya "La? Kalau Lo gak minum nanti Lo sakit."
Gadis itu hanya tersenyum dangkal lalu kembali masuk kedalam lamunan "Gue tau la apa yang Lo pikirin. Tapi untuk sekarang Lo harus sehat dulu, ingat penyakit Lo!"
Mata gadis itu menutup rapat menghadap ke langit-langit "Penyakit Cilla gak penting ga. Yang penting itu Cilla bisa hidup sama kak Rasya." Dia akui memang kalau dirinya sedikit terobsesi dengan Rasya tapi hanya dia satu-satunya keluarga yang Cilla anggap untuk saat ini. Ia kemudian memutar tutup botol minum dengan tenaga yang sudah terkuras habis.
Angga yang Melihat nya pun tidak tega lalu menawarkan diri untuk membukakannya "maksud Lo, hidup Lo gak berarti kalau gak ada Si Bedebah itu?" Balas Angga, memikirkan si kakak tak bertanggung jawab itu membuat tenaga Angga naik sehingga Tutup botol langsung terbuka hanya dengan satu kali putaran.
Cilla termenung agak lama memang benar apa yang dikatakan Angga, apakah dia harus terus hidup untuk mengejar sang kakak? Tapi jika dia tidak bersama sang kakak lantas dengan siapa? Orang tua? Mereka sudah cukup menyiksa!
"Nih, minum!"
"Makasih ga." Jawab Cilla.
Melihat Cilla yang terluka membuat hatinya tak tega. Ia selalu berpikir jika dirinya adalah sesuatu bagi Cilla mungkin di akan bisa selalu membantu nya namun siapa dia bisa ikut campur urusan keluarga Cilla? Karena sedikit pusing angga lalu membaringkan kepalanya ke pangkuan Cilla yang saat ini sedang duduk di kursi kantin. Cilla mulai panik sebab keadaan kantin saat itu masih tergolong ramai.
"Ga"
"Maaf la, untuk saat ini gue cape. Biarin gue kayak gini dulu ya?" Pinta Angga membuat Cilla tidak tega. Gadis itu akhirnya memberi anggukkan tanda setuju.
Cilla menaikkan pandangan nya menatap lurus kearah depan, sementara Angga masih memandangi wajah Cilla dari bawah.
"Jadi begini rasanya terabaikan?" Rasa sakit menjalar keseluruh tubuh. Memang benar cinta akan selalu menyakiti.
Angga bangun dari pangkuan lalu pergi meninggalkan Cilla seorang diri setelah berpamitan. Hal itu membuat Cilla merasa Angga sedikit aneh, apakah dia sedang sakit?
Cilla terus menatap punggung Angga hingga hilang ditelan jarak.
•••
Rasya melihat sekelilingnya, sambil menarik resleting jaket kulit miliknya. Jam di layar ponsel menunjukkan pukul 3 sore dini hari tapi orang yang dia tunggu tak kunjung muncul. Hati nya mulai gelisah ada perasaan tak enak yang tak bisa dijelaskan.
Raut wajah yang berubah masam ia tampakkan pada Diki yang saat itu berada disamping dirinya. "Weh bro muka Lo kenapa kek kuda?" Tanya Diki dengan sedikit nada meledek.
Rasya tetap diam, pikirannya mulai kacau.
"Rayen? Lo gak niat mau pulang belai janda?" Tegur Diki lagi, namun ia seperti bicara dengan batu.
KAMU SEDANG MEMBACA
RayCilla destiny [Hiatus]
Teen FictionApakah takdir akan menuntun kita untuk saling melengkapi atau malah menyakiti? pada dasarnya manusia ada untuk saling menyembuhkan kemudian saling menyakiti. ~Garis Takdir~ Note: cerita ini mengandung es mocci dan Bau bawang! harap bersiap jiwa dan...