Pernikahan terjadi berawal dari rekan kerja kedua orang tua mereka. Fugaku menjabat sebagai Direktur Utama Rumah Sakit Konoha, sementara Kizashi menjabat sebagai Direktur Keuangan dan Barang Milik Negara. Karena sesama direktur, Fugaku dan Kizashi sering bertemu dan berbincang, hingga perbincangan mereka membahas mengenai anak mereka. Sasuke bekerja sebagai Dokter Spesialis Kandungan (Obgyn) di Rumah Sakit Konoha, sementara Sakura baru akan melanjutkan studi sebagai Dokter Spesialis Bedah Onkologi. Fugaku menceritakan semua tentang Sasuke, begitu pula Kizashi. Karena mereka berdua terlalu larut dalam pembahasan, muncul lah ide untuk menikahkan anak-anak mereka.
Selain itu, Mikoto pun bekerja sebagai Dokter Spesialis Anak di Rumah Sakit Konoha, begitu pula Mebuki yang bekerja sebagai Dokter spesialis penyakit dalam Kardiologi. Background keluarga mereka yang sama-sama berkecimpung dalam dunia kedokteran semakin memperkuat rencana perjodohan dua keluarga ini.
Sebelumnya, Sakura tidak pernah berkunjung ke rumah sakit tempat ibu dan ayahnya bekerja. Sakura sangat enggan berhubungan dengan tempat pekerjaan kedua orang tuanya. Sakura ingin lebih berjuang di tempat yang tidak mengenalnya sebagai anak direktur atau anak dokter. Maka dari itu, Sakura tidak pernah bertemu Sasuke.
"Aku tidak suka duda. Batalkan perjodohan ini." Kalimat pertama yang langsung Sakura ucapkan tanpa pikir panjang sebagai pembuka pembicaraan mereka.
"Kamu pikir saya suka? Segala penolakan sudah saya lakukan, tetap tidak ada perubahan. Batalkan saja sendiri, saya terlalu sibuk untuk mengurusi hal semacam ini. Saya juga tidak yakin kamu bisa menjadi ibu yang baik bagi Chiro." Balas Sasuke.
Sakura merengut tidak terima. "Siapa juga yang mau menjadi ibunya? Aku masih muda, malas sekali harus mengurus anak-anak. Apalagi bukan anakku."
Nyatanya, setelah pertemuan pertama, tidak ada hasil apapun. Sakura masih berperang dingin dengan kedua orang tuanya, hingga akhirnya dia terbangun di Desa Sichi. Karena keterkejutannya, keputusan menerima pernikahan begitu saja keluar dari mulutnya.
"Bagaimana? Apa mereka bersikap baik kepadamu?" tanya Ino penasaran, setelah mendengarkan cerita Sakura.
Sakura memutar bola matanya, sebenarnya ia sangat malas membahas keluarga barunya. Ia masih belum menerima nasibnya.
"Justru aku yang tidak bersikap baik kepada mereka." Aku Sakura dengan jujur. Tidak ada lagi keceriaan di wajahnya setelah menikah dengan pria itu.
"Ck ck. Belum menerima juga? Kenapa sih? Padahal orang tuamu juga tidak asal memilih calon suami untukmu. Karirnya bagus, postur tubuhnya menggiurkan, mannernya dan attitude bagus. Terus apalagi kurangnya?" tanya Ino dengan gemas. Padahal menurut Ino pilihan kedua orang tua Sakura pasti di idam-idamkan para wanita. Anak yang dibawa suami Sakura hanyalah bonus yang sebenarnya tidak perlu di permasalahkan.
"Kau tidak tahu sih rasanya Ino. Ketika suamimu bukan tipe idealmu. Terlebih sudah punya anak, mana mau aku mengurus anak orang lain, aku saja belum punya anak. Bocah itu juga tidak menyukaiku." Sahut Sakura malas seraya meminum americano pesanannya.
"Tapi kau sekarang ibunya, belajarlah menerima mereka. Tidak ada salahnya mencoba menjalani kehidupan bersama mereka, siapa tahu kau malah akan menyukai mereka."
"No, Ino. Selanjutnya aku akan tinggal di hotel demi menghindari mereka, dan aku akan mengurus perceraianku secepatnya." Ucap Sakura- enteng.
Ino melotot terkejut, baru sehari menikah sudah akan bercerai?
"Kau mempermainkan pernikahan! Astaga! Apa susahnya mencoba lebih dulu sebelum memutuskan bercerai. Umurmu berapa sih? Masih kekanakkan dan gegabah sekali!"
KAMU SEDANG MEMBACA
Menjadi Ibu Sambung 《PDF》✔
Fanfiction18+ 《11》 Sakura tidak pernah rela harus dinikahkan dengan lelaki yang memiliki seorang anak perempuan. Sakura belum siap menjadi seorang ibu dan istri dalam satu waktu, secara mendadak. Putri dari suaminya juga tampak tidak menyukainya, sama seperti...