11

2.6K 214 12
                                    

Selama proses pemulihan, Sasuke yang menjadi dokter kandungan Sakura

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Selama proses pemulihan, Sasuke yang menjadi dokter kandungan Sakura. Sasuke selalu memeriksa Sakura, melihat perkembangan calon bayi mereka. Bersyukur kondisi janin dalam kandungan Sakura terus membaik, begitu pula kondisi ibunya.

Sebenarnya Sakura sudah boleh pulang dan beristirahat di rumah. Sasuke yang menahan Sakura untuk tetap berada di rumah sakit. Sasuke cemas dan tidak tenang jika membiarkan Sakura jauh dari pengawasannya. Jika Sakura tinggal lama di rumah sakit sampai benar-benar pulih, maka Sasuke bisa terus mengontrol keadaannya dan sesekali melihat keadaannya. Sasuke bisa kerja sekaligus merawat Sakura.

Sakura menoleh ke arah pintu yang terbuka karena Sasuke kembali ke kamar rawatnya setelah membantu pasiennya melahirkan.

"Bagaimana pasienmu? Bayinya juga bagaimana?" tanya Sakura penasaran karena tujuh bulan ke depan Sakura akan merasakan lahiran.

Sasuke berjalan, lalu duduk di kursi dekat ranjang Sakura. Sasuke mengambil buah jeruk di atas nakas lalu melepas kulit jeruk itu.

"Semuanya lancar, bayi dan ibunya selamat. Makanlah." Jawab Sasuke dengan memberikan jeruk yang sudah dikupas pada Sakura.

Kening Sakura mengerut, memandang aneh pada sikap Sasuke yang melembut dan perhatian kepadanya. Kalau kita flashback beberapa hari setelah menikah, hubungan mereka sangat dingin dan Sasuke pun tampak tidak menyukainya. Lalu sekarang Sasuke di hadapannya memberikan jeruk hasil kupasannya.

"Kenapa? Jeruk bagus untukmu." Ucap Sasuke karena heran Sakura tidak mengambil jeruk yang ia sodorkan.

Sakura segera mengambil semua jeruk dari tangan Sasuke dan memakannya satu persatu dengan menatap aneh pada Sasuke atas perubahan pria itu. Tanpa Sakura sadari dirinya juga telah berubah, bukan hanya Sasuke.

"Aku tidak mengalami morning sickness, apa itu normal?" tanya Sakura penasaran. Sakura hanya merasakan badannya begitu lelah seperti sudah melakukan sesuatu yang berat, padahal aktivitasnya biasa saja.

"Normal, karena aku yang mengalaminya." Balas Sasuke dengan raut wajah datar sedari tadi.

"Kau?" Sakura mengerjapkan matanya dengan tidak percaya. "Memangnya bisa seperti itu?" sambung Sakura yang terperangah takjub.

"Bisa, ingat! Untuk sementara jangan dulu beraktivitas yang berat-berat, kalau perlu izin saja untuk tidak berkuliah. Janin dalam kandunganmu mulai membaik, tetapi tidak menutup kemungkinan kamu bisa keguguran." Ujar Sasuke, tersirat nada cemasnya.

Arah mata Sakura kembali turun ke perutnya, lalu mengusap perutnya dengan tidak rela calon anaknya pergi. Sakura ingin melihat anaknya terlahir, ingin melihat tumbuh kembang anaknya.

"Baby, mama menyayangimu, kamu harus bertahan." Gumam Sakura namun Sasuke bisa ikut mendengarnya.

Sudut bibir Sasuke tertarik membentuk senyuman yang disembunyikan. Sasuke tidak menduga Sakura bisa melembut pada janinnya, menerima anaknya untuk tumbuh di perutnya.

Tangan Sasuke terulur ikut menyentuh perut Sakura, sentuhan tiba-tiba Sasuke membuat Sakura menegang dan mematung. Lagi-lagi Sasuke menyentuhnya, respon tubuhnya seolah belum terbiasa, padahal nyatanya mereka pernah saling menyentuh tanpa malu. Sekarang hanya sentuhan kecil membuat Sakura mudah merona.

'Papa juga menantimu, sayang.' Ucap Sasuke dalam batinnya, siapa tau janin dalam kandungan Sakura memiliki ikatan batin dengannya.

"Kapan perutku kelihatan sedang hamil? Sudah hampir tiga bulan, tapi perutku tidak seperti ibu hamil yang lain." Tanya Sakura sedih perutnya masih tampak rata walaupun memang ada sedikit tonjolan.

Sasuke mengulum senyum memaklumi perkataan Sakura yang baginya lucu.

"Jangan terburu-buru, nikmati saja prosesnya. Setiap ibu hamil berbeda-beda, ada yang cepat membuncit perutnya, ada juga yang baru kelihatan di usia kandungan sembilan bulan. Semuanya normal selagi janin dalam keadaan sehat."

Sakura mengangguk mengerti, matanya kembali turun pada perutnya dengan sebuah senyum hangat di bibirnya.

MIS




Sakura diizinkan pulang oleh Sasuke setelah semua aman, baik janin atau ibunya telah aman dan kuat, Sasuke baru memberi izin. Sasuke juga mengantar Sakura pulang ke rumahnya, membiarkan Sakura tidur di tempat manapun yang Sakura sukai. Pilihan Sakura kembali jatuh pada kamar tamu. Beruntung kedua orang tua mereka hanya menemui mereka di rumah sakit, mereka jadi bebas mengambil keputusan.

Sasuke sendiri membiarkan Sakura tidur di kamar tamu karena meminimalisir kejadian tak terduga, kalau Sakura tidur di atas, bisa saja jatuh dari tangga dan Sasuke tidak akan tenang bekerja jika begitu.

"Istirahat. Kamu boleh melakukan kegiatan, tapi jangan sampai terlalu kelelahan. Jika perutmu kembali kram, segera hubungi saya, dan jangan ragu meminta bantuan kepada bibi Chiyo." Ucap Sasuke mengantar Sakura ke kamar yang Sakura inginkan.

Sakura mengangguk, ia mengerti semua perkataan Sasuke. Sasuke kemudian berbalik dan berjalan menuju pintu kamar untuk kembali bekerja. Namun langkah kaki Sasuke memelan ketika mendengar suara Sakura berbicara pada janinnya.

"Baby, kamu kuat ya. Padahal mama udah minum obat supaya kamu tidak jadi, eh tapi kamu sekarang jadi dan ada di perut mama."

Sasuke mendengus menahan sudut bibirnya yang berkedut ingin tersenyum. Sakura yang ia kenal rasanya tidak mungkin seperti itu, mengajak janin di perutnya berbicara dengan lembut. Aneh, tapi Sasuke duka perubahan Sakura.

Setelah di luar kamar, Sasuke melihat Chiro tengah berjalan menuju ke arahnya atau mungkin ke kamar tempat Sakura beristirahat.

"Tante Sakura sedang beristirahat, Chiro ikut papa dulu yuk." Ajak Sasuke dengan menuntun Chiro ke ruang keluarga, menuntun Chiro untuk duduk di sofa.

"Chiro kangen mama Sakura, pah, Chiro ingin menemui mama Sakura." Ucapnya. Sarada menatap bingung pada ayahnya yang membawanya ke tempat lain. "Chiro janji tidak akan membuat mama Sakura kelelahan." Sambung Chiro.

"Dari kapan Chiro dekat dengan tante Sakura? Dari kapan juga memanggil mama pada tante Sakura?" Tanya Sasuke penasaran, Sasuke belum sempat bertanya pada Chiro karena waktunya cukup sibuk di rumah sakit dan menjaga Sakura.

"Em.., rahasia pah." Balas Chiro dengan mimik wajah jenakanya.

Sasuke tersenyum, mengacak-acak rambut Chiro.

"Sejak kapan Chiro punya rahasia dari papa. Papa cuma ingin tahu kedekatan Chiro dan tante Sakura. Bukankah Chiro dulu tidak mau punya mama? Kenapa sekarang memanggil tante Sakura mama?" Sasuke masih terus mencari informasi dari putrinya.

"Tapi Chiro sudah berjanji pada mama Sakura agar tidak mengatakan apapun pada papa. Mama Sakura tidak mau papa tahu semuanya." Balas Chiro.

"Papa tidak pernah mengajari Chiro berbohong, nanti papa juga akan bertanya pada mam- eh tante Sakura." Sasuke segera meralat panggilannya, ia jadi ikut-ikutan memanggil Sakura mama.

"Chiro senang sama mama Sakura, pah. Mama Sakura tidak semenyeramkan yang Chiro pikirkan, mama Sakura selalu baik memikirkan Chiro, menemani Chiro, membantu Chiro, mengajari Chiro, semuanya mama Sakura lakukan untuk Chiro. Chiro jadi sayang pada mama Sakura, mama Sakura juga menolong Chiro waktu Sarada mau diculik."

Sakura mendengar semua percakapan ayah dan anak, hatinya menghangat mendengar perkataan Sarada.

'Mama, juga sayang Chiro.'

BERSAMBUNG


BAB 10 Sudah Ada di Karyakarsa
Harga : Rp. 2.000
Link karyakarsa: https://karyakarsa.com/Sasusaku08/menjadi-ibu-sambung-bab-10


17-02-2022/Kamis/09.24
By. Sasusaku08
Publik: 04-04-2022/Senin/07.29

Menjadi Ibu Sambung 《PDF》✔Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang