Tiga Minggu berlalu dengan cepat, aku sudah mulai disibukkan dengan perkuliahan dan segala tetek bengeknya. Saat ini aku tengah duduk di kursi selasar, bersama teman sekelas yang lain.
"Eh nanti kita belanja yu, ada diskon gede, lumayan." Salah satu temanku berujar mengajak.
"Wahh seriusan?! Ayo deh, nanti bareng ya." Yang lain menanggapi dengan antusias.
Yang mengajak menoleh kepadaku. "Na, lo mau ikut?"
Sebenarnya aku tidak terlalu akrab dengan mereka, dan aku juga tau jika itu hanya sekedar basa-basi saja, untuk itu aku menggeleng, tersenyum, lalu berterimakasih.
Keduanya kembali mengobrol seru, ditambah dua orang lagi yang baru keluar dari dalam kelas, kali ini mereka memilih topik selebritis sebagai objek perbincangan.
Aku tidak terlalu mendengarkan, fokus ku sudah beralih pada ponsel yang tertera nama Serly.
Serly.
Nanaa, sini kantinnn
Aku tersenyum tipis, kemudian membalas cepat.
Oke.
"Eh gue ke kantin dulu ya, kalian mau sekalian nggak?"
Salah satu menggeleng, "lo duluan aja."
"Oke, gue duluan ya."
Mencoba ramah sebisa mungkin adalah hal yang aku usahakan di lingkungan baruku, waktu aku SMP, tidak sekali dua kali aku dikatai sombong, atau aneh, gara-gara aku terlalu pendiam, memangnya apa yang salah dari orang yang pendiam? Aku hanya tidak terbiasa mengutarakan perasaan lewat kata yang terucap, aku terbiasa menuangkan apa yang ku rasa lewat dialog-dialog tersirat, yang pada suatu kalimat aku mencari makna yang lewat.
Sesampainya di kantin, aku menoleh kesana-kemari, Serly di tengah kantin melambaikan tangan, bersama seorang laki-laki didepannya, juga perempuan di sampingnya.
"Hai." Serly menyapa antusias, seperti biasa.
Aku membalasnya dengan senyum, kemudian duduk dihadapan perempuan satunya, di samping teman laki-laki Serly karena itu satu-satunya tempat yang tersisa.
"Kalian baru dateng?" Aku bertanya ketika tidak mendapati satu makanan pun di meja.
Serly mengangguk, "Tenang, lo udah gue pesenin kok. Soto dengan daun bawang yang enggak kebanyakan?"
Aku tertawa kecil, Serly paham betul apa yang aku suka.
"Minumnya?" Aku bertanya iseng.
"Es teh manis buatan amang-amang yang nggak kalah manisss."
Seisi meja tertawa, lalu Serly baru tersadar jika dia belum memperkenalkan kedua temannya.
"Oh iya, ini," dia memegang lengan perempuan di sebelahnya. "Namanya Dara."
Dara mengulurkan tangan, aku balas seraya tersenyum tipis, "Jesna."
"Terus yang disebelah lo, namanya Kala."
Aku beralih ke laki-laki di sebelahku, kembali mengajak berjabat tangan, "Jesna."
"Jesna ini lumayan kaku kalau sama orang baru, maklumin ya." Serly berkata, Dara dan Kala tampak mengangguk.
Aku melotot ke arahnya, "heh."
"Oh iya, Na, gue baru tau kalo lo udah jalan sama Zefran."
Mendengar nama yang disebut Serly, ingatanku dipaksa melompat ke kejadian tiga Minggu yang lalu.
Aku mengernyit ke arahnya. "Kapan?"
"Alahh nggak usah pura-pura nggak tau deh, iya kan, Dar? Orang fotonya udah kesebar."
![](https://img.wattpad.com/cover/298236715-288-k439704.jpg)
KAMU SEDANG MEMBACA
Antara
Teen FictionDi antara banyaknya tempat singgah di dunia, lantas kenapa kamu lebih memilih tinggal dalam sempitnya ruang di kepala? Di antara banyaknya tempat peraduan, lalu kenapa kamu memilih mengutarakan pada heningnya malam yang bahkan tidak mampu mendengar...