Di bawah temaram lampu kuning yang menyebar hingga ke ujung ruang, sepasang kelopak Hyunjin bergerak pelan. Sampai terbuka sepenuhnya, pemuda itu sedikit menyipit kendati cahaya yang menerobos masuk ke dalam netra bisa dikatakan tak terlalu terang, cenderung redup.
Ia mengerjap pelan, beberapa kali. Posisinya masih sama seperti sebelum dirinya ambruk tak sadarkan diri. Tergeletak mengenaskan di atas lantai, tepat di tengah-tengah ruangan. Sampai akhirnya sepasang mata tajam itu menangkap eksistensi wajah pucat yang menatapnya tanpa kedip, Hyunjin kembali menegang.
"Woi, woi, jangan takut jangan takut!" Seungmin heboh sendiri. Sejujurnya ia takut Hyunjin akan pingsan lagi. Tolong, meskipun setan, Seungmin juga lelah karena terus menghadapi Hyunjin yang kerap pingsan manakala bersibobrok tatap dengannya.
Ada banyak hal yang ingin ia tanyakan pada Hyunjin, jadi kalau pemuda itu pingsan lagi, lebih baik Seungmin bawa pemuda itu ke alam gaib untuk ia wawancarai. "Gue gak bakalan gigit, gak bakalan nyekek lo. Jangan takut!"
Hyunjin sebenarnya ingin pingsan lagi, namun ketika Seungmin tiba-tiba berdiri dengan mata melotot, Hyunjin kehilangan nyali.
"Gue gampar lo, kalau pingsan lagi, ngerti!?" Seungmin tanpa sadar mengancam, yang anehnya malah membuat Hyunjin menurut. Melihat bagaimana respon yang pemuda Hwang berikan padanya membuat Seungmin menghembuskan napas panjang. Dipandangnya Hyunjin yang masih menatapnya dengan kucuran keringat dingin di sekujur kening.
"Sekarang mending lo bangun, terus mandi."
Sekali lagi, Hyunjin tak bisa berbuat banyak selain menurut. Pemuda itu seolah dikontrol ketika Seungmin mengulurkan tangan kemudian menariknya hingga mereka berdiri sejajar.
"Ada banyak pertanyaan yang mau gue tanyain ke elo."
Setelah melontar satu kalimat hingga menemui titiknya, Seungmin berbalik pergi. Meninggalkan Hyunjin yang menatap punggungnya dengan penuh tanya. Pemuda itu merunduk sekilas, memandang telapak tangan, bekas telapak dingin Seungmin yang beberapa detik lalu bersentuhan dengan miliknya. Hyunjin tercekat. Kemudian tangannya mengepal, lantas tergerak untuk menyelinap masuk ke dalam kemeja teratas.
Sebuah kalung dengan salip logam Hyunjin dapatkan. Pemuda itu menatap kalung yang melingkari lehernya dengan alis menyatu.
"Kok tuh setan gak kepanasan sih? Apa nih kalung yang udah expired doanya? Aneh."
-•••-
Kim dan Hwang duduk berhadapan, saling berikan tatap tanpa sepatah kata terucap. Hyunjin telah rapi dengan setelan baju tidur bermotif batman dan rambut basah yang dicepol sembarangan. Sementara di hadapannya, Seungmin dengan wajah datar pucatnya masih mengenakan kaos putih dengan kardigan krem kombinasi hijau, penampilan yang tak berubah sejak pertama kali Hyunjin melihatnya.
"Udah berani natap." Celetuk Seungmin tiba-tiba, pemuda itu menarik punggungnya untuk bersandar pada badan sofa membuat lawan bicara berkedip singkat sebelum melakukan hal yang sama—membawa punggung untuk bersandar. "Jadi, udah nggak takut sama gue?"
Bibir tebal Hyunjin sedikit terbuka, sepasang matanya menatap Seungmin seolah terpukau sebelum mengerjap dan menggeleng pelan. Ada sedikit keraguan untuk menjawab pertanyaan Seungmin, tapi Hyunjin rasa, jawaban yang hendak ia lontar tak salah.
"Iya."
Hyunjin tak lagi takut.
Untuk sementara jawabannya itu. Tidak tahu kalau besok pagi, apakah masih sama atau malah sudah berubah.
Seungmin menipiskan bibir mendengar jawaban Hyunjin, sepertinya pemuda hantu itu sedikit tidak percaya. Beberapa hari bertemu Hyunjin, Seungmin sepertinya telah hapal jika pemuda Hwang tipikal manusia plin-plan. Seungmin yakin, mungkin jawaban Hyunjin akan berubah esok hari.
"Oke, kalau gitu gue mau tanya." Seungmin memulai konversasi. Tatapnya serius memandang Hyunjin yang berikan tatapan tak terbaca. Hyunjin diam.
"Lo bisa liat gue cuma karena kebetulan, atau alasan lain?"
Tanpa perlu berpikir keras, Hyunjin menimpal santai, cenderung tergesa. "Gue indigo."
"Udah gue duga." Seungmin berseru, merasa bangga dengan tebakannya yang benar. Sedikit norak memang. "Tapi bentar." Hantu itu membenahi posisi duduk, sedikit mencondongkan tubuhnya hingga lima senti lebih dekat dengan Hyunjin. "Lo beneran manusia?"
"Maksud lo?"
"Gue bisa nyentuh lo, disaat tangan gue akan selalu tembus pandang waktu nyoba nyentuh tubuh orang lain."
Ini, kebingungan Hyunjin juga berada di titik ini. Pertanyaannya sama dengan pertanyaan yang Seungmin berikan. Kenapa mereka bisa bersinggungan?
"Ah, lupain soal lo manusia atau siluman jadi-jadian. Gue gak peduli." Tingkah Seungmin berubah seratus delapan puluh derajat. Pemuda hantu itu mengibaskan tangan, lebih memilih untuk memutar pembicaraan daripada diam karena satu pertanyaan tanpa jawaban. "Lo bisa bantu gue?"
Hyunjin tanpa sadar mendengus. Dugaannya tepat. Seperti yang sudah-sudah, pasti ada satu atau dua roh penasaran yang meminta bantuannya. Hyunjin sendiri tak yakin, tapi daripada terus digentayangi, sepertinya bukan masalah besar jika harus mengiyakan permintaan Seungmin.
"Apaan?"
"Bantu gue...."
-•••-
M I D N I G H T • T A L K S
-•••-
KAMU SEDANG MEMBACA
𝙁𝙞𝙣𝙙 𝙏𝙝𝙚 𝘿𝙤𝙩 | 𝔖𝔢𝔲𝔫𝔤𝔧𝔦𝔫
Fanfiction𝑯𝒘𝒂𝒏𝒈 𝑯𝒚𝒖𝒏𝒋𝒊𝒏 | 𝑲𝒊𝒎 𝑺𝒆𝒖𝒏𝒈𝒎𝒊𝒏 ft all. --He lost himself, so I help. ©stayshcer,2021. Started: August 23rd, 2021.