"nyari makamnya."
Frappuccino dingin yang baru saja Jisung tenggak, terpaksa tersendat di tengah kerongkongan usai mendengar kalimat terakhir yang Hyunjin katakan. Empunya terbatuk brutal, membuat Hyunjin yang duduk berhadapan dengan pemuda tupai itu cepat-cepat mengulurkan sebotol air mineral dengan gerakan kilat. Sepasang matanya sedikit melotot, pertanda jika pemuda itu panik melihat rekannya tersedak.
"Ati-ati, anjir, minumnya. Keselek kan lo, mampus."
Rasanya tak afdol jika Hwang Hyunjin tak mencela Jisung. Kendati tangannya sibuk menepuk-nepuk punggung sang sahabat, mulutnya tetap lancar mencecar.
"Gara-gara lo, setan." Balas Jisung, mengelap sisa-sisa air yang menempel di ujung mulut dengan mata memicing tajam menatap Hyunjin.
Uluran gelas dari Hyunjin ia terima, Jisung lantas menenggaknya dengan kalap. Nyaris menghabiskan setengah gelas jus jeruk milik Hyunjin andai empunya tak buru-buru menoyor keningnya.
"Punya gue jangan diabisin, goblok."
"Pelit, anying!" Jisung mencibir, namun Hyunjin tak menghiraukan. Pria berbibir tebal itu malah mencibir balik, kemudian menenggak minumannya cepat-cepat.
"Terus, gimana, Hyun?" Tanya Jisung, menyesap sedikit frappuccinonya membuat sang lawan bicara menaikkan sebelah alis.
"Gimana apanya?"
Mendengar pertanyaan tolol yang Hyunjin lempar buat Jisung memutar bola matanya malas. "Dongo ya lo emang."
Hyunjin melotot, ingin protes namun Jisung keburu menyela.
"Soal hantu yang lo maksud tadi," Jisung dengan sengaja menggerakkan jari telunjuk dan tengahnya ketika menyebut kata hantu. "lo mau gimana?"
Hyunjin lemah hanya dengan mendengar pertanyaan Jisung. Tubuhnya terkulai lemas, membawa punggung yang semula tegap pada sandaran kursi. Hyunjin menyugar rambut panjangnya, mendesis pelan membuat Jisung mengerutkan kening.
"Kayaknya pertanyaan lo cuma butuh satu jawaban deh, Sung."
Bersyukur dewasa ini kinerja otak Jisung bekerja dengan baik. Tanpa perlu mencerna lebih lama, Jisung paham dengan apa yang Hyunjin katakan. "Bener juga sih. Kalaupun lo nolak, tuh setan bakal terus ngejar lo sampai lo iyain dia."
Hyunjin mengangguk setuju. Telunjuknya terangkat mengarah pada Jisung, pertanda ia menyetujui pernyataan rekannya itu.
"Yang jadi pertanyaan," Hyunjin mengambil napas. Menegakkan punggung, memajukan sedikit tubuhnya dan meluruskan pandang pada Jisung yang serius menatap Hyunjin. "gue harus kemana buat nyari makamnya?"
Jisung sedikit mengerutkan alis, lantas memundurkan wajah menjauh dari Hyunjin. "Aneh banget deh lo. Kan bisa tanya ke setannya?"
"Ah," Hyunjin menyesap jusnya, kemudian mempertemukan pantat gelas dengan permukaan meja. Sudut bibirnya dilap singkat. "Gue lupa cerita kalau tuh setan nggak ingat apapun kecuali namanya. Itupun karena ada kartu pelajar di saku kardigan yang dia pake."
Hyunjin tidak bohong. Semalam ketika pembicaraannya dengan Seungmin setelah hantu itu meminta bantuan, Seungmin menceritakan semua hal yang ia ingat kepada Hyunjin.
Tentang dirinya yang benar-benar tak ingat bagaimana bisa ia telah berada di dalam rumah itu tepat setelah membuka mata. Seungmin bilang ia sudah berada di sana sejak empat tahun lalu. Dan selama itulah ia hidup-setelah mati- tanpa memori apapun yang melekat dalam kepala.
Jisung menghela napas cukup panjang. Cerita Hyunjin cukup rumit untuk didengar. Bagaimana bisa ia membantu Hyunjin untuk mencari makam hantu itu kalau hantunya sendiri tak ingat apapun tentang dirinya.
Jisung pikir, Hyunjin benar-benar harus memulai semuanya dari awal. Tak ada apapun yang bisa menjadi petunjuk. Seungmin bahkan tak ingat apapun-ah, sebentar. Apakah Hyunjin tadi menyinggung soal kartu pelajar?
"Jin, lo bisa mulai dari kartu pelajar dia." Kata Jisung buru-buru. "Mungkin lo bisa nyari identitas Seungmin dulu dari sana."
Sejenak Hyunjin menatap Jisung dengan pandangan terpana. Tepuk tangan meriah langsung ia berikan pada Jisung atas usulan brilian yang baru saja pemuda itu lontar, buat Jisung sedikit bersikap jemawa kendati terpercik sedikit keinginan untuk mencibir sikap Hyunjin yang berlebihan.
"Wah, Han Jisung. Sejak kapan lo jadi secerdas sekarang?" Hyunjin tetaplah Hyunjin. Selain plin-plan, pemuda itu juga suka mendramatisir keadaan. Ia menepuk-nepuk sekilas lengan Jisung namun keburu ditepis oleh empunya.
"Kemana aja, anjir, baru nyadar?"
Kalau saja Jisung tak memberi jalan keluar, Hyunjin tak akan segan untuk menoyor pemuda itu hingga terjungkal.
"Karena gue lagi baik hari ini, gue tahan keinginan gue buat ngeblender elu, Sung." Kata Hyunjin. Kedua sudut bibirnya ditarik panjang hingga sepasang matanya membentuk bulan sabit yang cantik.
"Iyu deh gelay."
Tanggapan yang diberikan oleh Jisung serta merta melenyapkan senyum Hyunjin. Air mukanya berubah seratus delapan puluh derajat, Hyunjin menatap malas pada Jisung yang kini sibuk menyesap frappuccinonya.
Niat hati ingin menggeplak kepala sang rekan, namun ketika sebuah suara berat yang terdengar sedikit terselip nada sindiran menyapa gendang telinga membuat Hyunjin urung untuk melancarkan aksi.
"Jam istirahat mau abis, gosip teruuussss. Ati-ati nyawa lo ketarik sama malaikat pas lagi ngerumpi."
Hyunjin spontan menoleh dengan mata melotot pada seseorang yang baru saja menduduki kursi kosong di sebelahnya. Minho datang dengan cup minuman di tangan. Dengan santai ia menyesap minumannya sebelum tercengir lebar pada Hyunjin yang kini mendengus.
"Sombrong amat. Mentang-mentang jadi bos songong ya lo sekarang." Roasting Hyunjin jor-joran. Melupakan jabatan Minho yang jelas-jelas lebih tinggi darinya.
"Mana ada, dongo!" Elak Minho. Tangannya enteng menebas kepala Hyunjin, menggeplak pemuda itu dalam sekali hentakan. "Heh, cumi dengerin ya. Kalau gue songong, gue ogah nerima lo kerja di sini. Jangankan gitu, mungkin gue bakal pura-pura gak kenal sama lo dan nolak lamaran lo dulu."
Alih-alih marah, Hyunjin justru terkekeh. Minho dan mulut cabenya benar-benar tak berubah dari dulu. Setidaknya satu fakta itu bisa Hyunjin tangkap.
"Dih, ketawa. Sehat eta?"
"Aahh, gue kangen main sama lo!" Hyunjin tanpa aba-aba main memeluk Minho dengan paksa. Buat empunya mengerang jijik sebelum melepaskan diri.
"Jijik, Hwang sialan Hyunjin!"
Lagi Hyunjin tergelak. "Kapan-kapan keluar bareng lah, Ho. Gue temenin lo hunting OOTD buat kucing-kucing lo."
"Bener? Janji kagak lo?"
"Iya dah."
Menit-menit selanjutnya Jisung harus rela menjadi pajangan di antara Hyunjin dan Minho yang sibuk nostalgia masa jaman jamet dulu. Ia hanya bisa tertawa ketika Hyunjin menceritakan betapa prik Minho waktu masih duduk di bangku SMP.
-•••-
February, 22th '22.
KAMU SEDANG MEMBACA
𝙁𝙞𝙣𝙙 𝙏𝙝𝙚 𝘿𝙤𝙩 | 𝔖𝔢𝔲𝔫𝔤𝔧𝔦𝔫
Fanfic𝑯𝒘𝒂𝒏𝒈 𝑯𝒚𝒖𝒏𝒋𝒊𝒏 | 𝑲𝒊𝒎 𝑺𝒆𝒖𝒏𝒈𝒎𝒊𝒏 ft all. --He lost himself, so I help. ©stayshcer,2021. Started: August 23rd, 2021.