08 • Want to Open Your Third Eye?

86 18 0
                                    

Istirahat kali ini berbeda. Hyunjin pilih menghabiskan waktu dengan berdiam diri di dalam kantor, alih-alih makan siang bersama Jisung seperti biasa.

Bukan tanpa sebab, semalam suntuk Hyunjin memikirkan hantu—mungkin lebih sopan jika ia menyebutnya teman hantu— yang kini bertambah satu. Urusannya dengan Seungmin saja belum menemui titik terang, masalah lain datang.

Ampun. Hyunjin ingin jadi jamet saja daripada jadi indigo. Pernah ia mendengar orang bilang kalau jadi indigo itu keren, bisa berinteraksi dengan makhluk dari alam gaib. Pret. Keren darimananya, sialan? Jadi indigo itu merepotkan dan membuat stres. Keren mbahmu.

"Aarrrgghh!"

Frustasi, Hyunjin merenggut sebagian rambutnya kemudian menjatuhkan kepala ke atas meja. "Bisa gila gue lama-lama. Masalah satu belum kelar, muncul—"

"Ngapa, Jin?"

"—aaa, sialan!"

Rutukan Hyunjin berubah menjadi teriakan melengking ketika Jisung tak ada angin tak ada hujan tiba-tiba muncul dari balik sekat komputer. Dengan polos pemuda itu menatap Hyunjin yang nyaris menelannya bulat-bulat karena membuat terkejut.

"Tumben gak ke kantin. Bawa bekal sendiri?" Jisung mendekat, dengan santai menarik salah satu kursi terdekat kemudian duduk di sisi lain meja Hyunjin. Di tangannya tergenggam dua cup jus alpukat yang kini ia letakkan di atas meja.

Hyunjin menggeleng lemah sebagai balasan atas pertanyaan Jisung. Tangannya terampil menerima uluran jus dari Jisung lantas ia sedot sedikit isinya. Cukup untuk melegakan tenggorokan, tapi tak cukup untuk menenangkan suasana hatinya yang berantakan.

"Lo harus bantu gue, Sung."

Suara serak dan tatapan sayu Hyunjin membuat Jisung mengerutkan kening. Jus yang semula ia sesap lantas diletakkannya. "Kenapa lo?"

Hyunjin tak langsung menjawab. Malah, pemuda itu kembali menenggelamkan wajah ke lipatan lengan di atas meja.

Satu alis Jisung terangkat. "Jin, lo kalau diem aja gue siram—"

"Hantu di rumah gue sekarang ada dua, Sung!" Tembak Hyunjin, mengangkat wajahnya hingga mendapati raut Jisung yang menatapnya dengan ekspresi tak terbaca.

"Dan kalau tuh hantu baru minta tolong juga, mampus aja deh gue." Hyunjin kembali terkulai, ia lemas selemas-lemasnya.

Jisung yang melihat jadi kasihan. Meskipun Hyunjin itu menyebalkan dan kadang-kadang minta disleding, Hyunjin tetaplah sahabatnya. Jisung yang baik hati ini mana tega membiarkan Hyunjin merana.

"Gue bisa bantu gimana, Jin? Sedangkan wujud mereka aja gue nggak tau."

Rasanya tak ada yang salah dengan kalimat Jisung, tapi Hyunjin tiba-tiba menegakkan punggungnya dan menatap Jisung penuh harap. "Lo mau bantu gue, Sung?"

"Emang bisa?"

"Gue bisa bantu buka mata batin lo."

"Ndasmu!" Cecar Jisung tanpa tedeng aling-aling. Refleks menoyor kening Hyunjin cukup keras, kesal dengan saran kurang ajar pemuda itu. Mana mungkin Jisung mau dibuka mata batinnya. Bisa-bisa ia lebih gila dari Hyunjin. Tidak, tidak. Jisung tidak ingin mati muda. Menikah lalu memiliki anak yang lucu terdengar lebih menarik daripada dipendam dalam tanah.

Hyunjin mencibir, manik gelapnya memandang Jisung sengit. Jisung abai, malah ia perbaiki posisi duduknya sebelum memajukan tubuh dan menatap Hyunjin penuh keseriusan.

"Gue cuma bisa bantu kasih saran." Ucapnya yang menimbulkan sedikit harapan untuk Hyunjin. Jisung berdehem singkat. "Hantu baru namanya siapa?"

"Yongbok."

Bibir Jisung membulat sementara kepalanya mengangguk-angguk. "Udah tau sesuatu soal Yongbok?"

Hyunjin mendengus. "Abstrak tuh setan. Gue gak tau kalau setan bisa kena gangguan jiwa juga."

Kedua alis Jisung menyatu mendengar penuturan Hyunjin yang terdengar sewot. "Emang gimana?"

"Dia bilang dia lagi nyari kakaknya yang hilang sampai nyasar ke rumah gue. Udah sinting."

Hyunjin tiba-tiba sensi. Teringat Yongbok yang semalam mengatakan jika ia tersesat waktu berkeliaran mencari kakaknya. Sedikit lucu mengetahui jika hantu bisa tersesat.

Melihat bagaimana sebalnya Hwang Hyunjin, Jisung mengangguk-angguk seraya mengusap dagu. Sepertinya ia punya satu saran. "Kata gue, mending lo fokus sama Seungmin dulu deh. Seenggaknya dia sedikit lebih jelas daripada Yongbok yang kata lo abstrak itu."

Kedengarannya saran Jisung tidak buruk. Setidaknya ia tahu identitas Seungmin. Tiba-tiba Hyunjin menoleh heboh, menatap Jisung penuh puja buat empunya menaikkan sebelah sudut bibir. "Sung, kayaknya lebih afdol kalau mata batin lo gue buka aja deh. Lo selesaiin gih masalah tuh setan-setan."

Memang benar adanya, penyesalan itu datangnya belakangan. Dengan kesal Jisung kembali menoyor Hyunjin. Sedikit lebih kerasa daripada yang tadi.

"Gak tau diuntung ya lo emang. Udah dikasih hati mintanya pankreas."

Setelahnya, Hyunjin hanya bisa menahan jeritan yang tertahan di dalam tenggorokan ketika Jisung bertolak pergi. Sejujurnya Hyunjin bukan tidak rela ditinggal pergi oleh Jisung, tapi karena pemuda itu melenggang sambil membawa kembali jus alpukat yang tadi berikan pada si Hwang.

-•••-

March, 21th '22.

𝙁𝙞𝙣𝙙 𝙏𝙝𝙚 𝘿𝙤𝙩 | 𝔖𝔢𝔲𝔫𝔤𝔧𝔦𝔫Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang