1

32 2 0
                                    

"Sudah sampai kampus kan? Oke, semangat kuliahnya

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

"Sudah sampai kampus kan? Oke, semangat kuliahnya."

Pemuda itu langsung memutuskan sambungan telepon lalu kembali fokus pada batang nikotin yang ada ditangannya.

"Rion bangsat! Kenapa lo hembusin asapnya ke muka gue!" Protes Ezra saat wajah tampannya disembur dengan asap rokok oleh Rion. Raefal yang baru sampai dengan membawa makanan untuk mereka hanya bisa tertawa saat melihat kejadian itu.

"Fal, suruh deh teman lo ini buat kurang-kurangi merokok. Kayak orang kesetanan dia merokoknya, udah dua bungkus yang dia habisin."

Raefal yang sedang memindahkan makanan yang dibawanya tadi ke piring lantas menoleh kearah tempat duduk dua temannya itu dan seperti yang dikatakan Ezra tadi, ada dua bungkus rokok yang sudah kosong didepan Arion.

" Udah, simpan dulu tuh rokok. Nih, makan." Raefal langsung mengambil bungkus rokok yang akan dibuka Arion lalu memasukannya kedalam saku. Gila aja, udah habis dua bungkus masih mau nambah lagi. Kalau uangnya dibelikan nasi Padang bisa kenyang tuh.

Arion menatap nasi goreng didepannya, biasanya sang ibu lah yang suka memasak makanan ini untuk sarapan. Sudahlah, mengingat hal itu hanya membuatnya sedih. Setelah selesai makan Rion langsung mencuci piring dan Ezra bertugas membersihkan meja tempat mereka makan tadi.

_____ _____ _____

Rion sekarang sedang menunggu Alma keluar dari gedung kuliahnya sambil merokok tentunya. Arion sengaja parkir di parkiran belakang gedung ini agar tidak ketahuan oleh supir yang sudah menunggu Alma di depan gedung kuliah gadis itu. Alma yang sudah keluar dari kelasnya langsung pergi ke parkiran belakang dengan menyelinap diantara mahasiswa lain. Setelah sampai diparkiran belakang ia malah disuguhkan pemandangan Arion yang sedang asik merokok di atas motornya, padahal sudah dilarang masih saja merokok.

"Kan udah dibilang kurang-kurangi merokoknya, Rion."

"Iya-iya, ini sudah dikurangi kok." Dikurangi apanya, ini saja sudah bungkus ke tiga hari ini. Arion langsung menginjak rokoknya lalu memasangkan helm Alma sambil merapikan rambut gadis itu.

"Langsung pulang?"

"Beli es krim dulu, yuk."

Disinilah mereka sekarang, di depan minimarket sambil menikmati es krim yang tadi mereka beli. Arion tau betul kalau mood Alma sedang kurang baik. Perempuan itu akan selalu memakan es krim untuk mengembalikan moodnya, seperti sekarang.

"Jadi, hari ini ada apa?" Alma menoleh ke arah Arion sambil mengerucutkan bibirnya.

"Kemarin ada tugas fonologi dan aku yang disuruh buat ngumpulin semua tugas sama dosen. Setelah kekumpul semua aku kirimin semua tugasnya ke email dosen itu, ternyata tadi kami dimarahi katanya nggak ada satupun tugas yang masuk. Aku sebagai yang ngumpulin tanggung jawab dong, aku liatin lah bukti email nya, dosen ini tetap ngeyel dan bilang kalau nggak ada email yang masuk. Katanya dia udah nggak nerima tugas itu lagi jadi kosong deh nilai kami sekelas. Padahal bisa aja kan kami diberi keringanan, tapi dosennya bilang nggak ada negosiasi lagi. Aku jadi merasa bersalah banget sama teman-teman yang lain, nilai tugas mereka jadi kosong. Ditambah sama si Nathan, udah tau mood aku lagi nggak bagus, dia malah terus ngikutin kemanapun aku pergi."

"Sudahlah, itu semua tidak murni kesalahan dari kamu, bisa jadi email nya terhapus. Tapi dosen kamu memang kejam tidak mau menerima penjelasan apapun, bisa saja dia menyuruh untuk mengirimkan ulang tugasnya, padahal sudah ada bukti email. Kalau untuk Nathan, manusia satu itu memang tidak waras jadi tidak usah dipikirkan."

Arion melirik sudut bibir Alma, ada sisa es krim disana. Arion langsung mengelapnya menggunakan jari lalu menjilat sisa es krim tadi, Alma terkejut dengan tindakan tiba-tiba Arion itu. Gadis itu melihat sekeliling mengingat keduanya masih di depan minimarket dan tersenyum canggung saat mendapati tukang parkir yang sudah senyum-senyum kearah mereka, pasti dia melihat kejadian tadi.

"Malu tau, ini masih di tempat umum." Ucap Alma sambil memukul pelan bahu Arion.

"Jadi kalau di tempat sepi, boleh?"

"Arion!"

_____ _____ _____

"Alma, kenapa kamu tidak pulang dengan Roy?" Baru juga menginjakkan kaki di rumah Alma sudah dihadapkan dengan ayahnya yang memasang raut wajah kesal.

"Males." Satu kata yang keluar dari mulut Alma itu membuat sang ayah memijat pangkal hidungnya. Berusaha untuk mengendalikan emosinya,  setelah lebih tenang Abian kembali menatap putrinya itu.

"Papa tanya baik-baik sekarang, kenapa kamu tidak pulang dengan Roy? Dia dari tadi pusing mencari-cari kamu, ternyata kamu malah asik berduaan dengan si Arion itu. Setidaknya beritahu Roy agar dia tidak kebingungan mencari mu." Abian seharusnya masih berada di kantor sekarang, tapi saat mendapat kabar dari supirnya bahwa Alma tidak ada dikampus membuatnya langsung pulang.

"Iya, Alma tau Alma salah karena udah bikin kalian nyariin, Alma minta maaf karena nggak ngabarin. Tapi pa, Alma nggak perlu supir. Jadi Roy nggak usah jadi supirnya Alma lagi, ya?" Gadis itu sudah memasang raut wajah memohon, berharap sang ayah mau mengabulkan permintaannya. Tapi apa yang dia harapkan, sang ayah tidak akan pernah mau menyetujui hal itu.

"Tidak, Roy tetap jadi supir kamu. Kalau hal ini sampai terjadi lagi, siap-siap saja Arion babak belur. Mulai sekarang jangan berhubungan lagi dengan Arion, tidak ada lagi toleransi untukmu." Ucapan Abian membuat Alma menatap kecewa pria dihadapannya ini.

"Papa egois." Setelah mengucapkan hal itu Alma segera berlari ke kamarnya dan langsung mengunci pintu. Abian yang melihat anaknya menghilang dibalik pintu hanya bisa menghela nafas.

"Papa bukannya egois, ini semua juga untuk kebaikanmu. Dari awal hubungan kalian memang sudah dilandasi kebohongan, kalau saja Arion tau kebenarannya dia akan sangat marah, Alma."

To Be Continue . . .

NuragaTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang