My Alpha And His Soul Mate

2. Tinggal Sementara

Aira dan Axel berjalan beriringan menuju ke rumah Aira. Untung gadis itu memiliki ingatan yang cukup kuat, jadi tersesat di hutan seperti ini tidak terlalu membuatnya panik.

Axel berhenti tiba-tiba, Aira yang terheran melihat Axel yang menatap pohon yang tadi ia lewati dengan pandangan yang sulit di artikan. Aira menarik tangan Axel untuk segera kembali berjalan. Tapi tarikan dari gadis itu sama sekali tidak bisa membuatnya bergerak seinci pun.

Aku sudah menariknya, bahkan menggunakan seluruh tenagaku. Tapi, bagaimana bisa dia tidak bergerak sedikitpun dari tempatnya berdiri sekarang? Apa ada sesuatu yang menahan tubuhnya dengan kuat?

"Tuan Axel, ada apa? Ayo cepat, kita harus segera sampai ke rumahku."

Axel menatap Aira yang ada di depannya, "kamu tadi melewati lubang pohon itu, kan?"

Aira diam sejenak dan ikut memperhatikan pohon itu juga. "Iya. Tidak ada jalan lain lagi, jadi aku lewat sana saja."

Ya ampun, aku lupa! Pohon ini kalau di dunia manusia hanya terlihat saat bulan purnama saja dan siapapun bisa melewatinya, mau yang lemah ataupun yang kuat. Aku adalah seorang pemimpin, dan seorang pemimpin pastilah kuat. Aku lupa, seberapa besar pohon itu menyerap kekuatanku dulu saat aku berjalan melewatinya. Sudah bertahun-tahun aku tidak pernah pergi ke dunia manusia.

"Ayo, tuan Axel.  Apa yang kamu tunggu?"

"M-maafkan aku. Kalau begitu, ayo!"

Mereka berdua melewati lubang pohon itu bergantian. Aira dulu baru di susul oleh Axel. Tepat saat kakinya baru melangkah melewati lubang pohon tersebut, seketika itu tubuhnya mulai merasakan sedikit melemah. Kekuatannya di serap oleh pohon tersebut cukup banyak. Jika saja Axel adalah werewolf biasa, sudah di pastikan dirinya akan mati saat itu juga. Dan itu sudah menjadi pengetahuan umum di dunianya, agar mereka tidak dapat seenaknya memasuki kawasan manusia. Dan dengan terserapnya kekuatan itu, mereka tidak dapat melakukan hal semena-mena saat di dunia manusia karena kekuatan mereka hanya tersisa sedikit.

Pohon itu sendiri merupakan ciptaan seorang penyihir terkuat beberapa abad yang lalu. Berkat perjanjian nenek moyang dari dunia immortal dan dunia manusia dulu, agar salah satu penghuni antara dua dunia tersebut tidak saling menganggu.

Berbeda saat bulan purnama, pohon ini akan menampakan dirinya di dunia manusia. Sedangkan di dunia immortal pohon ini akan selalu tampak, tetapi hanya yang terkuat lah yang dapat melewatinya yang kebanyakan adalah seorang pemimpin suatu ras. Karena pohon ini akan menyerap besar kekuatan dari mereka yang berasal dari dunia immortal saja, jadi yang lemah sudah pasti akan tumbang saat seluruh kekuatannya di serap.

Axel setelah melewati pohon perbatasan antara dunia immortal dan manusia itu, tubuhnya langsung luruh ke tanah. Tapi untung Aira yang berada di dekatnya segera menahan tubuh yang sudah jelas lebih besar darinya.

Aira dan Axel terjatuh bersamaan ke tanah dengan posisi Axel berada di bawah tubuh Aira. Aira sendiri menahan tubuhnya dengan tangannya yang sekarang menempel pada dada bidang pria itu. Mata mereka bertemu dan ujung hidung mereka bahkan hampir bersentuhan.

Aira yakin sekarang wajahnya cukup memerah dan jantungnya sendiri sudah berdetak sangat cepat. Berbeda dengan Axel yang menatap lekat gadis di atasnya tanpa melepas pandangannya sedetik pun dari matanya. Karena indra pendengaran werewolf lebih tajam dari manusia, debaran jantung gadis di atasnya ini dapat  ia dengarkan. Debaran jantung yang cukup cepat, dan deru nafasnya... Ia menyukai wangi ini, wangi Vanilla.

"Hey, nona. Sampai kapan kamu akan menindih tubuhku? Hm?"

"E-eh...?"

Aira buru-buru berdiri dari atas tubuh Axel dan merapikan jaketnya yang terangkat beserta kaos dalamnya yang menampakkan perut ramping miliknya. Tak sengaja pula mata Axel melihat perut rata gadis itu, dirinya meneguk ludah dengan susah payah.