Udara malam hari ini cukup dingin dan semakin gelap karena awan mendung yang menghalau sinar rembulan. Aira dan keluarganya, di tambah satu orang lagi sedang berkumpul di meja makan.
Lyra untuk kali ini menyiapkan makanan cukup banyak untuk mereka. Ketika dia baru pulang dari tempat kerjanya, dia menyempatkan diri untuk mampir ke mini market terdekat untuk membelikan anak-anaknya camilan dan beberapa keperluan lainnya yang sudah habis di rumahnya. Kebetulan tadi pagi bosnya memberikan ia bonus uang yang cukup banyak karena ia tidak pernah bolos dan telat dalam bekerja.
"Aira, tolong nanti letakkan barang yang ibu beli tadi ke dalam kulkas. Rasanya badan ibu capek semua."
"Iya, ibu. Ibu selesai makan malam ini langsung tidur saja, biar Aira yang akan membereskan sisa makan malam ini nanti."
"Aku akan bantu."
Aira dan ibunya reflek menoleh ke Axel. Aira menatap Axel dengan pandangan aneh, sedangkan Lyra justru tersenyum.
"Tidak perlu, nak Axel. Kamu adalah tamu kami, tidak pantas rasanya jika merepotkan seorang tamu."
"Yakin? Bisa-bisa pecah semua jika kamu ikut membantuku membereskan ini. Mending tidak, langsung kembali ke kamarmu saja nanti."
"Apa aku terlihat seperti monster di matamu sampai barang-barang akan pecah saat hanya aku sentuh?"
"Aku tidak mengatakan itu. Intinya pokoknya kamu jangan ikutan membantuku, biar nanti Aezar aja yang bantu."
Aezar yang semula tenang-tenang saja menikmati makanannya, langsung mendelik tajam menatap sang kakak yang sekarang acuh tak acuh dengan tatapannya. Aezar dengan cepat menghabiskan seluruh sisa makanannya yang tinggal sedikit, dan meneguk air putih dengan cepat. Dia seperti itu karena dia ingin menghindar dari kakaknya. Dan alhasil karena makan dan minum terburu-buru, dia jadi tersedak. Aira menertawakan adiknya itu.
"Makanya, kalau di suruh orang tua itu nurut! Mau mencoba kabur, ya?"
"Kakak memang cerewet! Jelas-jelas kak Axel sudah bersedia membantumu, tapi di tolak dan malah aku yang tetap jadi sasarannya. Apa kakak gugup jika berduaan dengan kak Axel saja?"
Aira seketika memelototi adiknya itu yang sudah bicara sembarangan. Dari mana adiknya dapat pemikiran seperti itu? Bahkan Aira sendiri tidak pernah menikirkan hal itu. Axel terkekeh mendengar seruan Aezar. Rasanya dia ingin menggoda Aira lagi dan lagi, di tambah sekarang ada adiknya Aira.
"Ekhem... Apa benar kakak mu adalah type orang yang seperti itu? Mau berdekatan tapi tidak berani menungkapkannya?"
"Nah, benar sekali itu kak Axel. Makanya sampai sekarang dia masih tidak punya pacar."
Wajah Aira mulai memanas karena malu juga kesal terhadap dua makhluk di depannya ini. Dia melirik Axel dengan tajam. Dia tahu kalau pria itu sengaja ikutan menggodanya, apa lagi ada Aezar yang membantunya.
"J-jangan sembarangan kalau bicara, ya! Mana mungkin aku seperti itu! Kalau aku mau, aku bisa saja langsung mendapatkan tiga orang pria untuk menjadi pacarku sekaligus, sayangnya aku tidak mau membebani diriku dengan hal yang tidak berfaedah seperti itu!"
"Wow, nona Aira. Kamu berniat pacaran atau mau mendirikan asrama? Kalau iya, boleh aku bergabung menjadi salah satu pria mu?"
Aira tidak bisa berbicara apa-apa. Panas di wajahnya sudah merambat ke dalam hatinya. Gadis itu langsung meninggalkan meja makan tanpa pamit atau berbicara lagi kepada mereka berdua. Aezar dan Axel saling berpandangan, dan keduanya langsung menertawakan tingkah Aira.
Ada apa dengan mereka berdua sebenarnya?! Doyan sekali mereka menggodaku seperti itu! Apa mereka tidak tahu bagaimana kondisi jantungku saat ini?! Lain kali sepertinya aku harus pergi saat mereka berdua berkumpul seperti tadi itu, ini demi keselamatan jantungku!

KAMU SEDANG MEMBACA
My Alpha And His Soul Mate
Manusia SerigalaAira, gadis manusia yang terjebak hubungan cinta dengan seorang makhluk immortal, makhluk abadi yang berjenis Werewolf. Berawal dari pertemuan malam itu yang membuat hubungan cinta mereka terbentuk dan mulai terjalin. Axel, seorang Alpha terkuat ya...