Malam sudah menjelang pagi. Aira mulai terbangun dari mimpi indahnya. Mimpi indah yang sangat Aira sukai, yaitu dirinya sedang di peluk oleh seorang pangeran yang tampannya tidak manusiawi.
Aira mengucek matanya untuk memperjelas penglihatannya yang masih buram, dan hendak bangkit dari ranjang. Tapi, pergerakannya seperti ditahan oleh sesuatu yang melingkari perutnya. Lalu Aira menatap sesuatu itu yang mirip lengan seorang pria, lengan yang sangat berotot. Aira mengelus lembut lengan itu sampai...
"Oh, kamu sudah bangun? Hoammm~... Aku mengantuk sekali sampai ketiduran di kamarmu."
Aira terkejut saat itu juga, buru-buru tangannya ia singkirkan dari lengan pria itu. Aira memasang wajah marah yang di mata Axel begitu menggemaskan. Aira berangsur menjauhi Axel yang berbaring miring dengan tangan yang menyangga kepalanya, menghadap kearahnya. Jangan lupakan juga senyum nakal yang ia tujukan kepada Aira.
"Apa-apaan dengan senyummu itu, tuan Axel! Cepat pergi dari kamarku sekarang juga!"
"Jangan galak-galak, nanti aku bisa kabur. Apakah jika aku tersenyum adalah sesuatu yang melanggar hukum?"
"B-bukan itu maksudku, tapi senyumanmu itu membuatku merinding! Sudah, aku tidak mau meladenimu lagi! Cepat keluar dari kamarku, ihhhh..."
"Tidak."
"Apa maksudmu tidak, hah?! Cepat pergi, kalau tidak aku akan berteriak! TOLO-"
Ucapan Aira terpotong oleh bibir yang tiba-tiba mengecupnya, tentu Axel lah pelakunya. Pria itu tanpa merasa bersalah karena telah menodai bibir suci gadis itu, langsung berlari ke luar dari kamar Aira sebelum pemilik kamar tersebut tersadar atas tindakan yang barusan ia lakukan.
"AXEL, SIALAN! KAU TELAH MENODAI BIBIR SUCIKU! AKU AKAN MEMBALASMU, LIHAT SAJA NANTI!"
Pagi-pagi sudah sarapan kemarahannya Aira, Axel merasa dirinya sangat beruntung. Dia melihat sekitar rumah yang sudah sepi. Ibunya Aira pasti sudah berangkat bekerja, dan adiknya? Entahlah, Axel tidak tahu.
Bibirnya lembut dan manis sekali, aku jadi mengiginkannya lagi. Tapi, jika aku memintanya kepada Aira, akankah dia mau memberikannya? Atau secara tiba-tiba seperti tadi saja, ya? He he.
Axel kembali ke kamarnya setelah satu malam tidak ia tinggali. Lalu dia teringat kalau betanya itu belum memberitahu nomer ponsel Andrean. Mungkin betanya itu lupa atau masih sibuk dengan pekerjaan pack yang semuanya ia tangani seorang diri? Sepertinya Axel ketika pulang ke packnya nanti harus mengucapkan terima kasih dengan cara mentraktir pria itu makan di restoran paling mewah di packnya.
'Beta Mark, mana nomer ponsel Andrean yang aku minta tadi malam?' -Axel.
Axel mengernyit, betanya itu tidak membalas mindlinknya. Ini adalah sesuatu yang langkah, biasanya betanya itu selalu stand by di mana pun dan kapanpun untuknya. Tapi kenapa betanya tidak membalas mindlinknya? Apa dia terlalu pagi untuk menghubungi pria itu yang mungkin saja masih tertidur? Tapi ini sudah jam delapan, tidak mungkin bagi betanya masih tidur di jam segini.
Axel mencoba beberapa kali memindlink betanya itu. Hatinya mulai khawatir akan keadaan sahabat kecilnya itu juga packnya. Dia tidak akan mengampuni siapapun yang berani mengusik keduanya.
'Mark, tolong jawab aku!' -Axel.
'E-eh, i-iya Alpha. Maaf saya baru saja sadar.' -Mark.
'Memangnya kau habis ngapain?' -Axel.
'Sebenarnya sekitar jam tiga pagi, beberapa rumah warga di hancurkan oleh kawanan Rogue yang di pimpin oleh Alpha mereka, Zack.' -Mark.

KAMU SEDANG MEMBACA
My Alpha And His Soul Mate
WerewolfAira, gadis manusia yang terjebak hubungan cinta dengan seorang makhluk immortal, makhluk abadi yang berjenis Werewolf. Berawal dari pertemuan malam itu yang membuat hubungan cinta mereka terbentuk dan mulai terjalin. Axel, seorang Alpha terkuat ya...