3. Si penggoda

16 4 10
                                    

Aira terbangun ketika waktu menunjukkan masih pukul dua siang. Ibunya biasa pulang kerja jam lima sore, dan Aezar jelas lagi sibuk bermain dengan teman-temannya mengingat sekarang adalah liburan sekolah. Aira sendiri sudah lulus sekolah beberapa bulan lalu, dan sekarang gadis itu belum ada niatan untuk mencari pekerjaan. Alasannya, karena dia ingin mengistirahatkan otaknya setelah lama ia gunakan untuk berfikir saat masih sekolah dulu.

Aira menguap dan mengucek kedua matanya. Lalu ia menatap kandang kucing yang masih kosong itu dengan raut wajah sedih. Apakah kucingnya benar-benar tidak akan kembali pulang? Apakah selama ini mereka merasa tersiksa tinggal bersamanya? Tapi Aira yakin sudah cukup memenuhi kebutuhan dua hewan itu.

Aira bangkit dari ranjang untuk menuju kamar mandi yang letaknya di sebelah dapur, ia akan mandi sebentar untuk menyegarkan tubuhnya. Dengan langkah sempoyongan dan nyawa yang belum terkumpul sepenuhnya, gadis itu tanpa mengetuk atau bertanya dulu apakah ada seseorang di dalam kamar mandi, langsung masuk begitu saja.

Aira masih tidak sadar jika ada seseorang yang sedang terkejut dengan kehadirannya yang tiba-tiba di dalam kamar mandi. Axel yang posisinya sedang bertelanjang bulat dan menyadari kalau Aira belum menyadari kehadirannya di sini, langsung menyahut handuk di dekatnya dan memakainya sebatas pinggul sampai atas lutut.

Axel tidak habis pikir, bagaimana gadis ini bisa sembarangan masuk kamar mandi yang masih ia gunakan? Axel terus memperhatikan kegiatan yang di lakukan Aira. Di mulai dari Aira melepas baju atasanya dan kini ia hanya mengenakan tanktop. Saat tangan gadis itu hendak melepaskan celananya, buru-buru Axel menghentikan kegiatan Aira.

Aira sendiri juga terkejut dan reflek menoleh ke seseorang yang ada di belakang tubuhnya. Tubuh Aira menegang seketika dan wajahnya memerah sampai ke telinganya.

"KYAAAA!!!" Aira reflek menutupi bagian atas tubuhnya dengan kedua tangannya, matanya ia tutup rapat tidak berani melihat Axel yang sedang bertelanjang dada.

"J-jangan berteriak, Aira! Kamu bisa membuat telingaku berdarah!"

"DASAR MESUM! BAGAIMANA KAU BISA MASUK KE KAMAR MANDI YANG SEDANG DIGUNAKAN SEORANG GADIS! APA KAU TIDAK TAHU MALU?!"

"Aku tidak tahu malu? Hey, nona! Aku yang terlebih dahulu menggunakan kamar mandi ini, kamu yang seenaknya langsung masuk saja tanpa melihat dulu apakah ada seseorang yang sedang menggunakan kamar mandi juga!"

"Ap-apa?"

"Iya, aku dulu yang masuk ke sini. Lalu kamu tanpa sadar membuka pakaianmu di hadapanku, apa kamu bermaksud menggodaku?"

"Ha?! Siapa yang kamu maksud mau menggodamu, hah?!"

Axel mendapatkan ide, sebuah ide licik untuk menjahili gadis di depannya ini. Dia melangkah perlahan mendekati gadis itu yang masih menutup matanya, lalu menyudutkan gadis itu ke dinding dan mengurungnya dengan kedua tangannya. Aira terkejut atas perlakuan tiba-tiba Axel, dan mencoba memberontak.

"Jangan mendekat! Tolong jauhkan tubuhmu dariku! Apa mau mu sebenarnya!?"

"Aku? Kamu mau tahu apa yang aku inginkan?"

Axel mendekatkan mulutnya ke telingan kiri gadis itu. Aira merasakan deruan nafas hangat Axel di telinganya, tangannya mencengkeram erat celananya. Seringai tercipta ketika dia tahu Aira sangat gugup dan malu sekarang. Ia pun semakin gencar menggoda gadis itu.

"Kamu. Aku mau kamu, Aira. Apa boleh?" Bisiknya sensual di telinga Aira. Jantung gadis itu sepertinya sudah lupa caranya untuk berdetak dengan normal, berkat pria yang terus-terusan menggodanya ini.

"Apa jawabanmu, Aira? Aku menunggumu."

Aira tidak bisa berkata-kata. Pria di depannya ini sungguh bisa membuatnya mati muda jika terus-terusan seperti ini. Tangannya mencoba mendorong pelan dada pria itu.

My Alpha And His Soul MateTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang