Suatu Saat Nanti

15 1 1
                                    

Karya : Cipu

Sebuah mobil berwarna merah melaju di jalanan malam itu. Di dalam mobil itu ada enam orang yang saling sibuk dengan urusan masing-masing.

"Jadi benerkan, lu udah nemuin tempat buat kita nginep, Cip?" tanya seorang wanita yang duduk di kursi depan samping supir. Wanita itu bernama Lani.

"Udah, mak." Seorang pria yang duduk di kursi paling belakang menyahuti. Pria itu bernama Cipu.

"Biasanya aneh sih kalau Cipu yang milih tempat." Seorang gadis yang duduk di kursi tengah menimpali Cipu. Dia adalah Nyimas.

"Ho'oh, gue juga jadi kagak yakin." Wanita di sebelah Nyimas menyahuti. Dia bernama Oka.

"Jangan gitu dong saudari yang bijaksani." Seorang pria yang duduk di sebelah Cipu mencoba membela. Dia adalah Dan.

"Bijaksana, bang!" ucap Cipu mengoreksi ucapan Dan.

"Kan buat cewek, Cip. Ada saudara, ada saudari. Ada bijaksana, ada bijaksani." Dan mengelak walau sebenarnya dia memang salah ucap tadi.

"Serah lu dah, bang."

"Bang Hilman diem mulu dari tadi," ucap Oka kepada pria bernama Hilman yang sedang fokus pada jalanan.

"Lah memang mau ngapain? Teriak-teriak?" Sahut Hilman. Dia adalah suami dari Lani.

"Bang Abdul biasanya nyanyi, bang." Abdul adalah julukan yang Cipu berikan pada Hilman seenak jidatnya sendiri.

Hilman hanya diam dan perjalanan masih berlanjut. Mereka mulai sibuk dengan HP mereka kembali. Setelah cukup lama berkendara, Mereka sampai dan berhenti pada sebuah persimpangan di kaki bukit.

"Di maps yang di tandain Cipu, harusnya belok kanan nih." Hilman mengecek maps yang memang jelas menunjukkan arah kanan.

"Tapi kok jalannya sempit gitu, beneran ngga nih, Cip?" tanya Lani.

"Cip!" Oka dan Nyimas juga memanggil Cipu yang dari tadi tak merespon.

"Hoy." Dan menyenggol Cipu.

"Hah? Apa?" tanya Cipu yang baru sadar dari lamunannya.

"Aelah malah ngelamun dari tadi," ucap Nyimas.

"Belok kanan nih, bener kagak?" tanya Lani.

"Oh, iya belok kanan. Tapi kok jalannya sempit yah?" tanya Cipu yang keheranan sendiri.

"Lah kan lu yang pesen tempat, gimana sih?" ucap Oka.

"Ada orang tuh," ucap Dan.

Lani pun turun dari mobil diikuti Hilman. "Permisi pak," ucap Lani pada seseorang yang sedang mendorong gerobak itu.

"Iya," sahut bapak itu.

"Jalan ini, apa masih dipakai?" tanya Lani sambil menunjuk arah jalan yang dia maksud.

"Masih, Neng. Jam segini mah memang sepi."

"Apa di sana ada sebuah penginapan?" tanya Hilman.

"Banyak, mas. Di atas juga ada wisata bukit Cerama."

"Cemara?" tanya Hilman.

"Cerama. Ce-ra-ma."

"Oh, okeh."

"Kalo siang mah rame. Ini mas ama rombongan dateng malem ya sepi."

"Iya, soalnya temen kita sudah pesen satu penginapan," ucap Lani. "Jadi kita dateng malem biar besok bisa langsung aktifitas."

Sedangkan di dalam mobil, Nyimas dan Oka sedang asik mengobrol. Dan sedang bermain game di HP nya. Sedangkan Cipu ...,

"Pu!"

Antologi Keenam  (thriller) Kloter PertamaTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang