24: Ending

2.3K 302 26
                                    

Selamat membaca

Delvina menangis sejadi-jadinya dalam sel lalu meraungkan nama Galen berkali-kali.

"Galen! Kumohon beri aku kesempatan lagi!"

Galen berdiri di luar sel Delvina dengan pandang datar, tidak terlihat iba. Hal apa yang sangat disesalinya? Tentu saja, kehilangan Aria karena dia terus mempercayai Delvina.

"Seharusnya kau bersyukur bahwa aku tidak memberimu eksekusi mati."

Seketika Delvina terlihat syok mendengar penuturan Galen, tidak pernah menyangka bahwa kata-kata kejam itu akan keluar dari mulut Galen.

"Jika kau tidak mengabaikanku mungkin semua ini tidak terjadi! aku hanya ingin perhatianmu!"

Galen terdiam, ini sepenuhnya memang bukan salah Delvina, tetapi yang dilakukan Delvina sangat kejam.

"Biark kutanya satu hal," ucap Galen.

"Apa itu?" Delvina mencengkeram tiang sel.

"Apa saat jatuh dari tangga dan keguguran, kau sengaja melakukannya?"

Pertanyaan tersebut membuat Delvina membelalakkan mata, cengkeramannya pada tiang sel mengendur ditambah pergerakan mata tak menentu. Mendapati respon tersebut, Galen menunjukkan ekspresi jauh lebih dingin.

"Jadi benar ya, kau sengaja melakukannya?"

Delvina beringsut mundur seraya menutup telinga lalu berteriak. "Tidak!"

"Padahal anak itu tidak bersalah. Semua itu kau lakukan hanya untuk keegoisanmu?"

"Hentikan!"

"Aku tidak akan membebaskanmu begitu saja, Delvina." Kemudian Galen meninggalkan Delvina seorang diri.

Delvina melebarkan mata, mengemis untuk pengampunan tetapi Galen tidak meladeninya dan memilih semakin jauh.

Ini terasa de javu, dimana hal yang sama pernah dirasakan Aria. Delvina menyadari kesalahannya, jika dia tidak merencanakan jatuh dari tangga saat itu, mungkin Galen akan melihat dirinya serta anaknya tetapi Delvina terlalu dibutakan oleh cinta dan membuatnya menjadi serakah dan jahat.

***

"Ini dia kementerian sihir," tunjuk Jarvis.

Mata Aria membelalak ketika Jarvis membawanya melakukan teleportasi dan berakhir di Ugra, tepatnya di kementerian sihir.

"Selamat datang, Master," sapa orang-orang berjubah putih dengan ukiran keemasan pada bagian bawah jubahnya.

Jarvis membalas sapaan mereka kemudian membawa Aria berkeliling, berhenti tepat di depan menara yang menjulang begitu tinggi.

"Dan ini adalah tempatku tinggal, menara sihir kerajaan Ughar," ungkap Jarvis seraya memandang Aria.

Kilauan pada mata indah Aria membuat Jarvis tertegun.

"Kau menyukainya?" tanya Jarvis.

Aria menoleh. "Menaranya terlihat seperti dirimu."

Wajah Jarvis mendadak merah. "A-aku?"

Aria mengangguk. "Terlihat gagah dan... menakjubkan."

Jarvis menunduk, menutup wajahnya yang benar-benar tersipu. Bagaimana bisa Aria mengatakannya tanpa tahu efek yang akan diterima olehnya.

"Ada apa, Jarvis?" Aria menyentuh pundak Jarvis.

"Ak-"

"Ah, jadi ini calon adik iparku?"

Aria dan Buku Kosong✔️Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang