06. Lukisan dan Senyuman Jarvis

1.7K 362 20
                                    

Selamat membaca

Paviliun Melati, Kediaman Selir Sleya.

Delvina memicingkan mata pada Sleya yang menuangkan teh hijau pada cangkir kecil putihnya.

"Dengan kehamilan palsu ini, aku akan membuat Maharaja menjauhi Maharani."

Sleya yang telah menuangkan teh langsung mengerjapkan mata berkali-kali.

"Apa yang akan kau lakukan jika Maharaja mencurigai kehamilanmu itu?"

"Tentu itu tidak akan terjadi. Jikapun terjadi, maka aku akan melakukan hal yang sama sehingga Maharani diusir dari istana ini!"

"Kau benar-benar gila. Lagi pula, Maharaja tidak akan mengusirnya terlebih lagi hubungan Maharani dengan Yang Mulia Agung sangat erat."

"Itu akan terjadi. Jika dia kujebak dengan hal yang sama, apa yang akan terjadi? Sebutan pembunuh akan semakin melekat pada dirinya dan dia akan dibenci oleh rakyat bahkan Maharaja sekalipun!"

Sleya dan Delvina memiliki hubungan yang sangat baik, keduanya merupakan putri dari keluarga kaya yang berada jauh dari kerajaan. Pernikahan mereka dengan Galen hanya untuk kepentingan politik saja.

"Permainanku akan dimulai besok. Aku akan terus menyerang Maharani!" jelas Delvina

****

Aria mengepalkan tangannya dengan raut wajah murka pada Galen yang tengah duduk dengan santainya di ruang kerja.

"Ada apa datang sepagi ini?" tanya Galen.

"Sepertinya kau sudah tidak menghormatiku sebagai Maharani kerajaan ini!"

"Ada masalah apa?"

"Kau berniat melakukan pesta besar untuk merayakan kehamilan Selir Kehormatan tanpa persetujuanku!"

"Aku tidak membutuhkan hal itu, lagi pula aku membuat pesta ini khusus untuknya."

"Untuk merayakan pesta semeriah itu, kau tahu berapa dana yang kita keluarkan? Kau harus mengutamakan mana yang jauh lebih penting dari pada yang penting."

"Apakah kau iri dengan Selir Kehormatan?"

Ikira mengembuskan napasnya.

"Berbicara denganmu sama saja sia-sia," ungkap Aria kemudian hendak berbalik.

"Jika kau iri, bukankah mudah mengikutinya. Kau bisa memiliki anak denganku, jika kita melakukannya."

Aria menghentikan langkahnya kemudian berbalik dan menatap Galen dengan sarkas.

"Kau benar-benar menggemaskan, Maharaja," tekan Aria dan segera berlalu.

Pesta itu telah dipersiapkan sejak pagi dan akan dilaksanakan besok malam. Aria tidak iri sama sekali hanya saja, ini terlalu mewah hanya untuk menyambut kehamilan bukankah lebih baik sederhana saja sehingga dana bisa digunakan untuk hal lain seperti membantu rakyat miskin di luar sana.

"Selamat pagi, Maharani."

Sudah setengah perjalanan menuju kediamannya, Aria justru bertemu dengan Delvina di ruas jalan taman berbatu. Seperti biasa, Mioko datang bersama kepala pelayan kesayangannya.

"Pagi."

"Saya baru saja dari kediaman Anda," kata Delvina.

Aria hanya diam dengan raut wajah malas.

"Tidakkah Anda ingin memberiku selamat atas kehamilan ini?" tanya Delvina.

"Minggir dari jalanku, membuat muak saja," desis Aria.

Aria dan Buku Kosong✔️Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang