Only Human

13 2 0
                                    

Hari terus berganti, sudah seminggu berlalu. Namun, Jaerim masih saja terkurung dikamar mewah yang sama.

Tak seorangpun menemaninya. Bahkan upacara pemakaman ibunya pun belum dilaksanakan dengan benar.

Beberapa hari ini hanya ada beberapa pelayan datang silih berganti untuk melayani seluruh kebutuhannya.

Jika pun ditanya, para maid itu sekan sudah terlatih untuk bungkam. Sama sekali tak mengatakan sepatah katapun.
Bahkan bersuarapun tidak.

Sangat aneh dan lagi, semua mate  wanita itu tampak berkulit sangat pucat , entah apakah mereka mengidap anemia atau mungkin karena terlalu lelah mengurusi rumah sebesar istana ini, Jaerim sungguh tak berani menembaknya.

Bahkan Pria dingin itu pun tak pernah menampakkan batang hidungnya lagi sejak malam itu.

Seperti hari hari sebelumnya. Jaerim hanya bisa melihat keadaan sekitar melalui jendela besar di kamar itu.

Pemandangan sore yang indah. Sunset yang tampak begitu menawan adalah teman sepinya beberapa hari ini.

Bisa dikatakan sejak seminggu yang lalu, kamar megah ini telah menjadi rumah baginya.

Jaerim kembali menatap langit biru yang perlahan berubah jingga.

Jaerim duduk disofa dekat jendela kemudian memejamkan mata menikmati sinar senja yang memudar dan perlahan hilang ditelan gelap malam

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Jaerim duduk disofa dekat jendela kemudian memejamkan mata menikmati sinar senja yang memudar dan perlahan hilang ditelan gelap malam.

Tanpa Jaerim sadari, ia pun tertidur.

Jaerim perlahan membuka mata saat merasakan kehadiran seseorang dihadapannya.

"Luna..."  sapaan lembut itu membuat Jaerim tersadar.

Jaerim menatap penuh pada seorang  pria yang kini duduk dihadapannya. sembari merapikan helaian anak  rambutnya yang tertiup angin.

"Luna,, Bukankah sudah ku katakan, jangan melepas cincin mu, jika aku sedang tidak ada disisi mu?" Tegur pria itu lembut.

Jaerim melirik jemarinya dan baru menyadari ia lupa mengenakan kembali cincin peninggalan ibunya seusai mandi.

"A..Aku lupa memakainya kembali setelah mandi..." jawab Jaerim kaku.

Jujur saja berada pada jarak sedekat ini dengan seorang pria membuat jantungnya tak bisa berhenti berdebar.

Jaerim berdiri dan bergerak menjauhi pria asing yang untuk kedua kalinya memanggil dirinya dengan sapaan Luna itu.

Namun pria itu justru menahan pergerakan badan Jaerim dan memeluk tubuh Jaerim dari belakang.

Pria itu mendekatkan wajahnya kearah telinga Jaerim. Kemudian menghirup pelan aroma yang terkuar dari badan Jaerim. Wajah pria itu berubah pucat, dan gigi-gigi taringnya muncul disetiap sisinya.

 Wajah pria itu berubah pucat, dan gigi-gigi taringnya muncul disetiap sisinya

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.
LUNATempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang