—⑆❀⑆—
"Gi," panggil Tante Asti malam itu, "nanti kalo udah mandi, temuin Mama ya di meja makan."
Malam itu Regi baru pulang mengantar Shena ke bandara. Sesuai dengan apa yang mereka bicarakan minggu lalu bahwa weekend ini Shena akan pulang ke Semarang karena sudah rindu pada kedua orang tuanya.
Tanpa bertanya apa-apa, Regi hanya menganggukkan kepalanya sebelum dia mulai menaiki tangga ke kamarnya di lantai 2. Si lucu Ghibran ada di ruang keluarga, tengah menonton kartun di televisi dan sejenak melupakan kalau untuk beberapa hari ke depan dia ditinggal oleh Tante Shena-nya.
Tadi pagi, Shena sudah berpamitan pada Tante Asti dan juga Ghibran.
Respon yang diberikan Ghibran terlihat biasa saja karena dia tidak paham betul kalau Shena akan pulang ke Semarang. Dia pikir, Shena akan pergi bekerja seperti biasa.
Sebelum masuk ke kamar mandi, Regi mengecek ponselnya. Sekadar ingin tahu apakah Shena mengirim pesan padanya atau tidak. Senyum pria itu terbit sangat tipis saat ada nama Shena di notifikasi ponselnya.
Shenina F
○Makasih yaa mas udah nganterin😆Regi Rayanza
○Sama-sama
○Kabarin kalo udah sampe surabaya
○Salam buat keluargaMungkin Shena sudah mematikan mobile data ponselnya. Karena pesan yang Regi kirim hanya ceklis satu.
Pria itu kembali menaruh ponsel dan melangkah masuk ke kamar mandi untuk membersihkan dirinya.
Regi merasa nyaman berada di samping Shena. Selain karena baik, gadis itu juga memiliki pembawaan yang otomatis membuat siapapun betah bersama dirinya. Dia tidak banyak bicara jika tidak diminta. Hatinya selembut kapas, dan Regi bisa merasakan ketulusan yang memancar dari dalam diri Shena sehingga dirinya suka bersama dengan gadis manis yang usianya lebih muda itu.
Regi suka ketika Shena percaya pada dirinya. Regi senang kalau Shena menyadari kehadirannya. Seperti kejadian di mall beberapa waktu lalu—saat mereka makan berdua sepulang dari kantor. Saat itu, seseorang memanggil nama Shena dan menyapa dengan ramah—pada Regi juga. Namun Regi jelas bisa menyadari gestur Shena yang merasa tidak nyaman dengan kehadiran laki-laki tinggi berkemeja biru dongker itu. Regi tidak tahu dia siapa. Namun langsung paham saat Shena menyenggol lengannya.
"Sama siapa, Shena?" Tanya laki-laki itu, masih dengan senyum merekah sehingga wajahnya terlihat semakin tampan.
"Mas, kenalin ini Brian, seniorku waktu kuliah dulu."
Bukannya mengenalkan Regi pada laki-laki itu, Shena malah berkata sebaliknya.
Regi tersenyum tipis lalu menyapa dengan anggukkan ramah, "hai."
"Saya Brian," laki-laki itu memberi jeda sebentar, "saya..., kakak tingkatnya Shena waktu kuliah."
"Regi," balas Regi singkat, sambil membalas sodoran tangan Brian. Dia sama sekali tidak tahu harus menambahkan kalimat apa.
Saya Regi, kakaknya Shena.
Bukan. Dia bukan kakaknya Shena.
Saya Regi, pacarnya Shena.
Apalagi itu? Dia bukan pacar Shena.
![](https://img.wattpad.com/cover/295906967-288-k168136.jpg)
KAMU SEDANG MEMBACA
Another Name for Love is Blue
ChickLitBerawal dari patah hati, Shenina Febriani memutuskan untuk resign dan mencari pekerjaan baru di Ibu Kota. Waktu itu, yang dia pikirkan hanyalah pergi meninggalkan kota kelahirannya. Dengan harapan bahwa lukanya akan sembuh seiring dengan perginya Sh...