—⑆❀⑆—
"Untuk sementara, Shena tinggal sama Tante Asti dulu ya sampai ketemu apartemen atau kost yang cocok," kata perempuan berusia lima puluhan sambil menebar senyum semanis madu pada Shenina Febriani atau yang lebih akrab disapa Shena.
Shena menganggukkan kepalanya seraya balas memberi senyum yang hangat dan ramah. Kemudian dia berterima kasih pada Tante Asti yang dengan baik hatinya memberikan tumpangan tempat tinggal untuk Shena selama beberapa bulan ke depan sampai dia menemukan apartemen yang cocok dan dekat dengan tempat kerjanya yang baru.
Satu minggu yang lalu, Shena mendapat kabar dari perusahaan yang menginterviewnya secara online kemarin kalau dia diterima bergabung dengan perusahaan tersebut. Sebetulnya, dia juga sedikit nekat untuk melamar pada perusahaan di Ibu kota. Karena dia tinggal jauh sekali dari ibu kota dan kebetulan saat itu dia harus menunggui Ayahnya di rumah sakit, semua persiapannya terasa mepet. Termasuk kegagalannya menemukan tempat tinggal sehingga dia harus numpang di kediaman Tante Asti untuk sementara.
Shena harap, secepatnya dia bisa dapat tempat tinggal yang pas sehingga dia tidak terlalu lama numpang tinggal di kediaman mewah namun sepi itu. Meskipun Tante Asti yang menawari, tetap saja dia merasa tidak enak karena dia pasti akan merepotkan.
"Nggak kerasa ya, Shena udah besar. Dulu terakhir Tante ketemu waktu Shena baru masuk SMA, betul nggak?" Tanya beliau.
"Iya, Tante. Waktu liburan ke Bali, ya," kata Shena menjawab.
Tante Asti mengangguk, "masih inget aja."
Shena terkekeh. Tante Asti merupakan kerabat dekat keluarganya. Beliau akrab sekali dengan Tante Shena atau adiknya Papa. Dan ketika kemarin Shena mulai ke Jakarta untuk mencari tempat tinggal, Tante Asti yang mendapat kabar dari Tantenya Shena segera menawari agar sementara Shena tinggal di rumahnya. Katanya, rumah Tante Asti sepi. Beliau hanya punya satu anak dan itupun sudah menikah hampir empat tahun yang lalu.
"Tante sendirian di rumah?" Tanya Shena.
Tante Asti menggeleng, "ada Mbak yang nemenin kok. Ada 3 orang Mbak, cucu Tante juga ada disini. Tinggal di lantai atas. Kalo Shena sama Tante aja yaa di bawah," balasnya.
Shena mengangguk.
"Temenin Tante ya, soalnya Tante suka kesepian."
Shena tahu bahwa suami Tante Asti sudah meninggal dunia karena sakit yang dideritanya. Gadis berusia 26 tahun itu paham betul betapa perempuan cantik di hadapannya merasa sangat kesepian tinggal di rumah sebesar ini. Tidak ada teman untuk mengobrol, tidak ada teman untuk berbagi kisah.
"Iya, Tante."
Shena diantar masuk ke dalam kamar yang akan ditempatinya mulai hari ini. Dia diminta untuk istirahat sebentar karena sore nanti Tante Asti akan mengajaknya pergi ke luar untuk berbelanja kebutuhan gadis cantik berambut sebahu itu. Meskipun sebetulnya Shena berani untuk pergi belanja sendirian—karena dia bisa membaca maps dan bisa memesan kendaraan online, tapi Tante Asti sudah menawarinya dengan senang hati. Shena tidak mungkin bisa menolak.
Sambil merebahkan diri di atas ranjang, Shena tiba-tiba teringat beberapa hal yang membawanya kesini.
Patah hati. Berhenti dari pekerjaannya yang lama. Nekat melamar di perusahaan yang jauh dari kota tempat tinggalnya. Dan disinilah ia sekarang...
Shena memejamkan matanya, berharap hari-hari yang akan ia lalui akan selalu dihiasi oleh hal-hal yang baik.
—⑆❀⑆—
Shena terbangun dari tidurnya sore itu karena mendengar suara ribut anak kecil yang berteriak sambil tertawa dari luar ruangan. Gadis itupun mengubah posisinya menjadi duduk lantas mengecek ponsel untuk melihat jam.
KAMU SEDANG MEMBACA
Another Name for Love is Blue
أدب نسائيBerawal dari patah hati, Shenina Febriani memutuskan untuk resign dan mencari pekerjaan baru di Ibu Kota. Waktu itu, yang dia pikirkan hanyalah pergi meninggalkan kota kelahirannya. Dengan harapan bahwa lukanya akan sembuh seiring dengan perginya Sh...