[4]

68 6 23
                                    

"WUAHHH"

"Ow em jih"

"Astaga megah banget!"

Decak kagum tak henti-hentinya Davina lontarkan dengan kedua mata bulat kecilnya yang manis bergulir ke sana ke mari.

Tau gini kan dari kemarin aja keliling cuci mata. Furniturenya klasik, kalo di duniaku sih udah pasti dijadiin tempat wisata.

Mewah banget lurrr!

Jangan salahkan dirinya yang dalam dunianya akan berujung dikatakan 'alay' karena saat ini ia sedang menikmati suasana yang berbeda dari dunianya.

Dunia yang ia tempati ini sangat sayang untuk tidak diabadikan. Ingin memotret? Davina yakin saat ini belum tahun yang dimana Joseph Nicephore Niepce membuat benda bersejarah bernama Obscura, kamera pertama yang menghasilkan sebuah foto atap berwarna hitam putih yang buram sebagai testimoninya.

Tapi, ia juga tak yakin jika Niepce si ilmuwan fotografi itu juga akan hidup di dunia yang sulit dipercaya kebenarannya ini.

"Umm, Nona.. saya mohon maaf sebelumnya. Tapi akan lebih baik jika Nona bisa meredam ekspresi Nona saat ini," ucap Sonya sedikit berbisik, takutnya ada pelayan lain yang mendengarnya menegur seorang atasan.

Bahkan sudah beberapa kali pelayan yang berpapasan dengannya menatap aneh ke arah Davina karena seperti anak kecil yang di ajak ke pasar malam untuk menikmati suasana pernak pernik yang ada di sekelilingnya.

"Aahh Nona Daviena memang sangat cantik! Lihat model rambutnya Ann!"

"Aku baru melihat model rambut seperti itu."

"Kau benar, aku belum pernah melihatnya di manapun jika pergi ke pasar asal kau tahu."

"Pakaiannya juga menambah kesan elegan untuknya bukan?"

"Tapi Nona Daviena kenapa?"

"Ah iya. Dia bertingkah aneh hari ini."

"Benar, seperti tak pernah melihat rumahnya saja padahal baru beberapa hari di Kerajaan."

"Sepertinya Nona mabuk air danau Kerajaan hihihi."

"Hei, jaga ucapanmu. Jangan sampai Tuan Arben atau Nona Daviena sendiri yang mendengarnya."

Sahut-sahutan itu terdengar Sonya. Ia berharap Nonanya yang sedang digunjing ini tidak mendengarnya.

"Nona.."

Panggilan Sonya kali kembali menyentak kesadaran Davina. Kemudian ia menetralkan ekspresinya dan berdehem seolah ingin memulai lakonnya sebagai Daviena Laurenzy Demani dengan sebaik mungkin.

Davina lupa hal itu. Untung saja ia di ingatkan Sonya akan ucapannya sebelum keluar dari kamarnya menuju ruang makan untuk sarapan bersama kedua kakaknya.

Flashback on

"Nona, Anda benar-benar lupa ingatan?" Tanya Sonya sembari menyisir rambut panjang Nonanya yang sedari tadi senyum-senyum mesem ke arah cermin rias itu.

Dia menjadi narsis saat ini. Ia baru menyadari jika wajah yang di huni olehnya jauh lebih cantik dari dirinya yang sebenarnya.

Kontur wajahnya sih sama, tetapi wajah Daviena Laurenzy ini jauh lebih halus, lembut, dan bersih. Dibandingkan dirinya yang sudah bermandikan skincare pun tetap saja ada jerawat yang muncul dan bekasnya akan sangat-sangat menjengkelkan.

"Nona?" Panggil Sonya ketika tak digubris oleh Davina.

Davina sempat terhenyak akan panggilan kedua Sonya, namun sedetik kemudian menyadari bahwa pelayannya ini sedang mempertanyakan sesuatu.

Kamu telah mencapai bab terakhir yang dipublikasikan.

⏰ Terakhir diperbarui: Oct 24, 2022 ⏰

Tambahkan cerita ini ke Perpustakaan untuk mendapatkan notifikasi saat ada bab baru!

The Quandary PrincessTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang