Berbagi cerita

11 5 3
                                    


🍓🍓🍓

"Gue tuh pengen bantu dia bangkit dari masalah dia Sky... Sebagai sahabat gue nggak bisa diem aja liat dia putus asa gitu ngadepin hidup!" cetus Jenny dengan sorot mata yang tampak putus asa, dia juga tampak menyisir rambutnya ke belakang dengan gusar.

'Oh sahabat toh...' batinku.

Ternyata dugaanku salah tentang hubungan mereka berdua. Aku jadi semakin penasaran sebenarnya Kai itu punya masalah apa? Aku merasa tidak enak juga kalau langsung bertanya pada Jenny secara aku baru saja bergabung dengan komunitas ini, jadi aku lebih memilih untuk menunggu mereka sendiri yang bercerita kepadaku.

"Sabar yah Jen, mungkin Kai butuh waktu buat sendiri dulu sampe dia bisa setuju sama kamu..." aku mencoba menenangkan Jenny dengan perkataan itu, semoga saja aku tidak salah berbicara. Jenny langsung memberikan anggukan dengan ekspresi berbinar sambil memberikan senyuman di wajah ayu nya itu.

"Guys bikin plan aja yuk buat kegiatan selanjutnya!" Akmal tiba-tiba saja menyambar.

"Nah cocok tuh Kak, tapi kegiatan nya yang deket-deket dulu ya soalnya kan gue lagi mulai ngajuin proposal skripsi." sahut Milly sambil menggosok-gosok meja dengan tisu padahal meja tidak terlihat kotor sama sekali.

Bicara soal kuliah, aku sendiri merupakan lulusan Sastra Jepang dari salah satu Universitas negeri di Yogyakarta tepatnya lima tahun yang lalu. Banyak sekali kenangan di kota gudeg itu, baik kenangan menyenangkan maupun menyedihkan. Semua itu masih tergambar jelas di kepalaku.

Sebelum aku fokus menjadi penulis novel online, aku sempat bekerja di salah satu Travel Agent Jepang di Jakarta. Dari sana aku mendapat banyak sekali pengalaman bolak-balik ke Jakarta-Jepang. Namun setelah aku ditinggalkan di hari pernikahanku, aku memutuskan untuk resign dari pekerjaan itu. Aku terpuruk, aku malu dan marah saat itu. Kalau aku boleh memilih sebuah keajaiban, aku hanya ingin mengulang waktu dan tidak ingin dipertemukan dengan Raka. Aku masih membencinya hingga saat ini!

"Gini aja deh guys, gimana kalo weekend minggu depan kita camping aja ke Bandung?" cetus Lola membuyarkan lamunanku.

"Wah ide bagus tuh, gue bakal bujuk Kai biar dia mau ikut deh!" sahut Akmal sedangkan Jenny hanya memajukan bibirnya seolah sudah pasrah dengan Kai yang sangat sulit di kompromi.

"Lo gimana Sky? Ini trip pertama lo setelah gabung, jadi lo bisa kan?" tanya Lola sambil menatap mataku, begitu juga dengan yang lain yang seolah menunggu jawaban dariku.

"Umm ya why not," jawabku yang langsung disambut sorakan dari yang lain. Aku jadi tertawa melihat keriuhan mereka. Ternyata momen seperti ini memang sangat ku butuhkan untuk kesembuhan mentalku.

Tak terasa kami sudah mengobrol selama tiga jam dan kini kami memutuskan untuk pulang ke rumah masing-masing. Selama tiga jam itu, aku sudah bertukar kontak dengan mereka dan mendengarkan berbagai cerita dari mereka, bahkan Jenny juga menceritakan tentang permasalahan yang dialami Kai kepadaku. Ternyata tebakanku benar, Kai memiliki trauma tentang masalah keluarganya. Dia menemukan Mama dan Papanya bunuh diri bersama lima tahun lalu. Semua kejadian itu akhirnya merubah kepribadian Kai menjadi sangat tertutup dan seperti tidak memiliki semangat hidup. Kai sampai mau bergabung dengan komunitas ini saja membuat Jenny sangat bersykur, minimal Kai tidak selalu sendirian.

Setelah mendengar masa lalu mereka, aku jadi merasa sedikit bangkit karena ternyata bukan hanya aku makhluk yang paling menyedihkan di dunia ini. Jika dibandingkan dengan masalah mereka, masalahku menjadi tidak ada apa-apanya. Lola merupakan korban bullying yang nyaris kehilangan nyawa, tapi saat ini dia sudah berhasil bangkit dan melawan rasa takut itu walau belum sepenuhnya. Kemudian Jenny dia ternyata pernah dilecehkan oleh pamannya sendiri, aku benar-benar ingin menangis mendengarnya. Pasti itu sangat berat untuk Jenny. Jika aku menjadi Jenny mungkin saja aku tidak akan bisa tersenyum seumur hidupku, sungguh memilukan hati.

Selanjutnya adalah Akmal, dia memiliki gangguan eating disorder  cukup parah. Saat sendirian dia akan memasukan banyak makanan ke mulutnya sampai muntah meskipun dia tidak merasa lapar, makanya dia paling semangat untuk melakukan banyak kegiatan agar tidak selalu menyendiri. Aku menjadi bersyukur karena aku tidak sampai mengalami eating disorder ketika aku dalam masa terpuruk saat itu. Kemudian Milly, dia ternyata memiliki masalah dissociative disorder. Dia dibesarkan oleh ibu tiri yang selalu menyuruhnya membersihkan rumah, jika ketahuan ada yang kotor maka dia akan dipukuli habis-habisan. Semua itu menyisakan trauma berat bagi Milly, sehingga tanpa sadar dia selalu bersih-bersih walau tidak ada yang kotor sekalipun. Aku merasa kasihan sekaligus lucu, karena aku perhatikan memang dia itu selalu terlihat membersihkan apapun walau tidak kotor.

Aku berjalan menuju apartemenku dengan langkah pelan menikmati angin sore Jakarta. Udara disini memang tidak terlalu bersih, tapi ketika aku menghirupnya dalam-dalam aku tetap mendapatkan ketenangan. Aku baru saja teringat sesuatu.

"Aku belum menyelesaikan tulisanku!" gumamku.

Aku berlari cukup kencang agar aku bisa segera tiba di apartemenku. Ketika aku sudah sampai di lobby apartemen ada sesuatu yang menabrak tubuhku hingga aku terjatuh ke belakang dengan posisi terduduk.

"Aw sakit!" gerutuku.

"Sorry, kamu nggak papa?" Aku seperti mengenali suara itu, dengan cepat aku mendongak agar bisa melihat wajahnya.

"Loh kamu?"

🍓🍓🍓





Healing Trip Community Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang