"Mas Jim hari ini tumben di rumah aja. Ndak jalan-jalan apa, Mas?" tanya Yunggi pada Jimmy yang sejak pagi hanya rebahan di sofa sambil ngemil.
"Yun, kau ke Jakarta karena nyari duit ya?"
"Nggih, Mas."
"Tidak ada alasan lain apa?"
"Ya, ada. Kan saya punya D3 Ilmu Komputer to, Mas. Lha ndak ada lowongan buat jurusan itu. Ya, ada sih nek mau ke Jogja kota. Tapi jujur yo, Mas, bayarane lebih kecil kalau dibanding sini."
Yunggi yang tengah membersihkan debu lemari dengan kemoceng pun berhenti.
"Mas Jimmy kenapa nanya begitu tiba-tiba?"
Jimmy bangkit dan duduk.
"Sini, Yun. Berhenti dulu kerjanya, aku mau cerita."
Yunggi menuruti permintaan Jimmy dan duduk di sofa kecil di sebelah kiri Jimmy.
"Kau tidak kepingin tanya kenapa aku pindah ke Jakarta?"
"Hmm...ndak juga sih, Mas. Soale kan niat saya kerja. Yang ndak ada hubungan sama kerjaan, ya saya lupain aja."
Jimmy mengangguk-angguk.
"Jadi, aku itu kabur dari Medan."
"Welah dalah."
"Tapi aku punya alasan. Mamak sama Bapak maunya aku kawin sama kakek-kakek yang umurnya saja sama macam opung aku di kampung." Jimmy menghela nafas berat. "Macam mana aku bahagia kalau pilih calon sendiri saja tak boleh?"
Yunggi merasa iba pada Jimmy. Walaupun keluarganya tidak kaya seperti keluarga Jimmy, ada banyak kebebasan yang diberikan oleh orang tuanya termasuk memilih sendiri siapa yang disukai.
"Aku kabur dari rumah waktu Mamak sama Bapak di toko. Aku bawa lari motor pembantu. Pas mereka tahu, kartu kredit dan tabungan langsung diblokir. Untungnya aku punya tabungan lain yang mereka tak tahu. Jadi masih ada pegangan. Kalau tidak, nang ada hepeng (nggak ada duit)."
"Mas Jimmy tabungannya bisa buat nyewa rumah sama beli mobil? Uedyan!"
"Aku tuh punya usaha sendiri, Yun. Kau kira aku piara tuyul?"
"Hehehe...siapa tahu, Mas."
"Aku tuh suka main saham terus investasi di cryptocurrency."
"Kripto apa, Mas? Kripton kayak yang di Superman itu ya?"
Jimmy bersedekap.
"Cryptocurrency. Bitcoin, tahu?"
Yunggi menggeleng.
"Sama kayak duit tapi digital terus 1 koinnya setara beberapa ratus juta tergantung naik turunnya."
"Kalo mau jajan gimana, Mas? Emang di warung kaki lima bisa dipake?"
"Ya nggak. Di beberapa tempat khusus saja."
Yunggi merenung.
"Gunanya nggak ada dong, Mas. Kan kalau pas perlu garem, ke warung bisa langsung beli pake duit biasa. Nek sing ngoten niku kan mboten saged kangge tumbas garem (Kalau yang seperti itu kan tidak bisa dipakai beli garem)."
"Kau ini ngomong apa? Udah ah. Oh ya, habis ini ikut aku ya. Mau belanja ke supermarket."
"Ndak besok aja saya ke pasar, Mas?"
"Ada yang mau kucari juga sekalian. Ganti baju sana."
"Ya, Mas."
---
KAMU SEDANG MEMBACA
Dek, Gue Tresno Karo Elu
Roman d'amourTeddy Junaedi, seorang perwira polisi yang merupakan putra pertama pasangan Junaedi, asli orang Betawi, dan Susilo yang berasal dari Semarang. Teddy adalah orang yang sangat serius dalam semua hal dan hampir tidak pernah tersenyum. Yunggi Santoso...