chapter - 02

27 9 0
                                    

-VERY SORRY FOR THE LATE UPDATE, ENJOY!-

Setelah mendengar perbincangan dari dua dokter tadi, dan melihat keadaan sekitar, mereka pun langsung menyelinap pergi untuk menjauh dari keberadaan para dokter.

'Ini.. tempat apa, ya?' Bingung pria itu karena dari tadi mereka berjalan dengan tempo yang sedikit cepat dan tanpa tujuan. Ditambah, mereka melewati ruang-ruang dengan angka angka aneh yang terpasang di setiap atas pintu.

"Anu.. kita mau kemana?" Tanya si pria sambil melambatkan langkah kaki dan berujung bersandar pada dinding.

Tanpa jawaban, gadis itu hanya terus melanjutkan langkahnya tanpa menggubris pertanyaan dari orang yang membuntutinya dari tadi.

'Apa lebih aman kalau mengikuti nya? Ditambah.. ugh.. tenagaku... Tubuhku seperti terbuat dari timah. Tubuhku.. berat'

Syut- Brugh!

Gadis itu dengan sigap menoleh dan berlari menghampiri pria itu.

"Kai! Kau nggak apa-apa!?"

"Kai.. pegang tanganku" Sembari mengulurkan tangannya untuk pria itu, yang ada. Pria itu malah berteriak dan menjauh, mungkin karna tangan wanita itu berwarna biru dan ia masih belum terbiasa dengan pemandangan yang seperti itu.

"Hah!? Bukan! Ah.. itu... Maaf.." gagapnya karena merasa bersalah dan kaget sendiri.

"Ng?"

Mereka berdua sontak kaget dan reflek menoleh kearah barat. Terdapat dokter yang tadi beserta rekan-rekan lainnya.

"Hoi... Itu subjek penelitian yang barusan dilaporkan, kan?"

Salah satu dokter pun berlari, mengejar untuk menangkap mereka berdua. Namun gadis itu tidak tinggal diam. Dengan tangannya yang mengeras dan berwarna biru itu, tanpa enggan dia melawan dan menangkis serangan yang di lempar oleh sang dokter.

"Ugh! Sial!!" Kesal dokter yang tulang keringnya ditendang oleh sang gadis.

Tanpa berlama, dia langsung berlari kearah dokter lain yang berada tak jauh di depannya. Lalu ia menarik tangan dokter tersebut dan memilin, lalu memukul wajahnya dengan sangat keras hingga serpihan kacamata yang pecah masuk ke dalam bola matanya.

Craats

"Aaaaargh!"

Dengan mata yang terbelalak, pria yang menunggunya hingga tadi teriak dan menyeletuk.

"Tu-tunggu sebentar! Ini sudah berlebihan... Apapun yang telah mereka lakukan, tetap saja ini berlebihan! Tidak perlu sampai seperti-" Kalimatnya terputus

"Berlebihan? Kalau begitu, apa yang sebaiknya kulakukan? Mereka telah melakukan bermacam hal padaku. Dan aku.. masih ingin hidup.." Potong gadis itu sembari berjalan kearah pria yang hanya berdiri termenung.

Dia langsung pergi tanpa menggubris atau menatap mata pria yang telah di lewatinya, dan tetap berjalan mengikuti arah lorong yang rumit, mungkin dia hafal denahnya. Pria yang dibelakangnya langsung membuntuti arah langkah gadis itu yang entah dimana tujuannya.

Mereka berhenti di suatu ruangan berpintu yang tidak terkunci.

"Ini tujuanmu?" Tanya nya.

The Blue PhobiaTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang