chapter - 04

22 8 7
                                    

Flashback

Di ruang uji coba, terdapat seorang gadis yang seluruh badan nya terkunci oleh besi di bangku yang ia duduki. Gadis itu terlihat pasrah, ia memang pasien uji coba yang sering diperiksa.

"Tolong lepas ikatannya." Ujar salah satu dokter.

"Tidak bisa! Itu berbahaya!" Balasnya

"Benar, aku tidak bisa memeriksa kalau dia dekat! Tekanan darah dan kondisi tubuhnya nggak bisa diukur dengan akurat." Sahut yang lain.

"Tenang saja. Dia tak akan mengamuk tanpa alasan." Kata dokter yang tadi untuk meyakinkan dan memastikan dokter lainnya.

"Tapi..." Dokter lain masih sedikit ragu dengan apa yang di katakannya.

"Kalian keluar lah. Biar aku yang memeriksanya." Suruhnya, akhirnya, dokter lain keluar dari ruangan satu persatu.

"Bagaimana perasaanmu?" Tanya sang dokter.

"Baiklah, pertama-tama tolong perlihatkan tanganmu." Katanya sambil mencopot sarung tanya yang ia kenakan dan menyondorkan tangannya.

'Orang ini... Tanpa sarung tangan.'

Gadis itu langsung menjulurkan tangannya.

"Sakit?" Tanya dokter sambil memegang dan menekan jari-jari nya.

"Nggak."

"Oh, begitu... Ajaib, ya... Padahal ototmu kutekan sekuat ini." Ternyata ia menekan otot-otot jadi dan sendi yang jika orang biasa rasakan, akan terasa sedikit nyeri.

"Maaf, ya... Aku gak bisa berbuat apa-apa." Ujar dokter sambil meremas kedua tangannya yang mengurung jas miliknya.

Waktu itu. Perasaan ingin berteriak dan amarahnya, mulai meluap sampai tenggorokan.

'Jangan minta maaf! Tidak akan ada gunanya! Semua sudah terlanjur...' Pikirnya.

Tapi, saat sang gadis melihat sosoknya yang seolah berusaha keras menahan sesuatu. Membuatnya merasa bahwa dokter itu berbeda, dengan yang lain.

Kembali ke-keadaan sebelumnya

Gadis itu telah menceritakan apa yang terjadi dan apa yang dia rasakan saat itu. Pertemuan yang cukup tak terduga dan membuatnya sedikit tercengang.

"Padahal aku sudah berfikir bahwa tak lama lagi aku akan mati dalam kondisi seperti ini. Padahal aku sudah menyerah. Tapi, kau telah mengulurkan tanganmu kepadaku." Ujarnya dengan senyuman dan rasa bersyukur.

Perkataan itu membuatnya menyerinyit dan termenung berfikir.

'Ah... Begitu ya, sebelum hilang ingatan, aku ingin menyelamatkan nya. Dan mempersiapkan rencana pelarian dari tempat ini. Jadi, pasti telah terjadi sesuatu.' Pikirnya.

"Tak baik berlama-lama disini, kita harus pindah." Kata gadis itu bangkit dari duduknya.

"Baik..."

Saat mereka berdua telah berdiri dan hendak menghadap kebelakang, tiba-tiba sekelompok orang dengan jumlah empat, datang dengan memakai topeng masker dan... Pistol? Bentuknya sama. Sepertinya itu petugas keamanan.

"Jangan terlalu dekat. Bidik dari jauh, dan tangkap dengan hati-hati." Suruh salah satu orang dari petugas keamanan, sembari memasukkan sutikan ke dalam pistolnya.

Tanpa berlama-lama. Mereka mulai mengarahkan benda yang mereka pegang kearah dua orang tersebut.

Dor.

Satu suntikan telah meluncur. Mengarah ke sang gadis dan nyaris mengenainya, suntikan itu hanya sampai kehelaian rambutnya.

Dor Dor

The Blue PhobiaTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang