Nicolo mencekik Pak Braus dengan kuat, tiba-tiba ujung matanya teralihkan kepada sebuah benda mengkilat di atas meja. Tanpa basa-basi lagi Pak Braus segera mengambilnya dan menusuk pundak Nicolo dengan cuter .
"Arghhhh..." Nicolo melepaskan cekikannya dan memegang pundaknya yang berdarah.
Sambil terbatuk-batuk Pak Braus berniat untuk menusuk Nicolo untuk yang kedua kalinya.
"Jangan coba-coba mendekati putriku!!"
Merasa nyawanya terancam, Nicolo memikirkan cara agar bisa menghabisi pria tua di hadapannya. Sampai akhirnya ia menemukan senjata miliknya yang terlempar akibat perkelahian tadi.
Dengan cepat Nicolo mengambilnya, dan..
Dorr!!
Satu suara tembakan menggema. Pak Braus tersungkur karena muntahan timah panas yang ditujukan kepadanya. Tembakan Nicolo tepat mengenai leher membuat kepalanya hampit terlepas dari badannya.
Sasha tersentak. Ia berharap tembakan itu adalah tembakan dari ayahnya kepada Nicolo. Namun entah kenapa feeling-nya seperti berkata lain.
Air mata nya berderai. Sasha takut. Kenapa suasana menjadi hening dan ayahnya belum juga muncul?
Tiba-tiba seutas tangan menjambak rambutnya dan menarik paksa Sasha keluar dari kolong tempat tidur.
"Arrghhh..." teriak Sasha
Nicolo melempar tubuh Sasha tanpa ampun hingga menghantam kaca dan pecah berkeping-keping.
"Hentikan Nicolo! Memangnya apa salahku?"
"Apa salahmu? Kau bercanda? Kau hanya menganggapku sebagai koki pribadimu, kau ingat? Aku sudah lama menyukaimu tapi disaat aku mengungkapkan perasaan kau malah bilang bahwa aku tak pantas sama sekali bersanding denganmu"
"Dengar Nicolo, itu sudah lumayan lama, kenapa kau masih saja mengungkit hal itu?"
"Hah? Coba ulangi sekali lagi!!" ledek Nicolo, "aku tidak peduli apa katamu, yang jelas kau sudah menyakiti perasaanku, wanita brengsek sepertimu pantas mati menyusul ayahmu ke neraka. Go to hell b*tch!"
Nicolo menyodongkan senjata ke wajah Sasha. Tetapi mata Sasha terus tertuju kepada seseorang yang berdiri di belakang Nicolo. Merasa ada yang aneh, Nicolo menoleh mengikuti atensi Sasha.
Bugh!!
Satu pukulan telak berhasil mendarat di wajah Nicolo. Sasha tahu siapa orang yang memukul Nicolo, manik hijau dibalik topeng dan rambut kecoklatan. Terlihat familiar. Tidak salah lagi, pria itu adalah teman sekampusnya.
"Eren?!"
"Ayo pergi, cepat!!"
"Tapi, ayahku..." Sasha menatap sedih jasad ayahnya yang tergeletak tak bernyawa.
"Sasha, cepat!"
Sasha dan Eren berlari keluar apartemen mencari tempat yang sekiranya aman, meski itu mustahil karena ini adalah malam The Purge. Tapi itu lebih baik ketimbang melawan orang yang memiliki dendam kesumat.
Sepertinya rencana mereka gagal karena Nicolo sudah berada di depan mereka yang muncul tiba-tiba dari balik tembok.
"Nicolo, bagaimana bisa?"
"Kau pikir aku orang bodoh"
Sasha pasrah. Ia terima apapun yang akan dilakukan Nicolo. Sasha mulai menutup mata ketika Nicolo menyodongkan senjata di depan wajah mereka berdua.
Namun ternyata Tuhan masih ingin mereka menghirup udara dan menikmati cahaya matahari. Buktinya, wanita berambut legam hitam dengan tatapan horor menahan lengan Nicolo dan memuntirnya ke belakang.
KAMU SEDANG MEMBACA
𝗔𝗡𝗔𝗥𝗖𝗛𝗬 (Slow Up)
Fanfiction"𝗢𝗻𝗲 𝗻𝗶𝗴𝗵𝘁 𝗶𝗻 𝗮 𝘆𝗲𝗮𝗿, 𝗮𝗹𝗹 𝗰𝗿𝗶𝗺𝗲 𝗶𝘀 𝗹𝗲𝗴𝗮𝗹" Satu kali dalam setahun tepatnya tanggal 21 maret, tradisi tahunan itu dilaksanakan. Pemerintah Amerika menyebutnya The Purge atau 'Hari Pembersihan'. Hari dimana semua kejahata...