chapter 13

98 18 27
                                    

"Gabi, Falco, kenapa kalian tidak tidur? Lihatlah jam berapa sekarang?!" Reiner mendekati dua bocah yang asyik bergurau dari semenjak The Purge berlangsung

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.


"Gabi, Falco, kenapa kalian tidak tidur? Lihatlah jam berapa sekarang?!" Reiner mendekati dua bocah yang asyik bergurau dari semenjak The Purge berlangsung. Salah satu dari mereka yakni bocah perempuan berambut coklat melihat ke arah Reiner sembari menyilangkan tangan di dada.

"The Purge sudah hampir berakhir, Reiner" ucapnya santai.

"Gabi benar. Kau tak perlu khawatir" tambah bocah laki-laki disampingnya, Falco.

Reiner menghela nafas, "bukan itu maksudku. Aku bertanya... Kenapa kalian tidak tidur sejak sirine The Purge dibunyikan? Apa kepala kalian tidak pusing?"

Gabi dan Falco saling berpandangan. Kemudian Gabi terkekeh pelan, "kami sengaja tidak tidur karena kami sangat berharap ada penjahat yang datang kesini. Disaat seperti itu kami akan bersiap siaga menyerang mereka"

"Sebenarnya bukan kami, tapi itu hanya keinginan Gabi. Aku tidak ikutan"

Gabi mendelik sambil menyikut bocah laki-laki disebelahnya, "dasar kau lemah! Kau laki-laki tapi tidak punya keberanian sama sekali" ledeknya.

"Terserah apa katamu, Gabi. Aku tidak akan hidup kembali jika aku mati nanti, karena aku tidak punya immortal"

Mendengar jawaban mantap Falco, Reiner tertawa renyah. Bocah pirang itu selalu memiliki jawaban nyeleneh di otaknya. Itulah kenapa Reiner lebih menyukai Falco ketimbang Gabi. Falco mempunyai cara berpikirnya tersendiri daripada Gabi yang notabene tidak sabaran dan selalu bertindak buru-buru tanpa mengetahui jelas apa maksudnya terlebih dahulu.

"Hahahaha.. Kau tidak bisa respawn kalau mati.." Reiner menyahut.

"Ya, itu benar!"

"Reiner, minumlah dulu" suara lembut seorang wanita masuk kedalam pendengaran mereka. Wanita tersebut adalah Ibu dari Reiner, Karina Braun, dan Pieck Finger yang membawa nampan berisi tiga cangkir coklat hangat.

"The Purge akan berakhir beberapa jam lagi" ucap Pieck, memberikan satu cangkir coklat hangat buatannya kepada Reiner.

"Terima kasih, Pieck" Reiner meneguk cairan hitam tersebut.

"Dimana ayahmu?"

Reiner mendecak lidah sebelum menjawab pertanyaan Pieck, "aku tidak tahu, mungkin ada di kamarnya"

Mengerti akan ekspresi tak suka dari wajah Reiner, Pieck menepuk pelan pundak tegap pria itu "kau belum berubah ternyata"

"Aku tidak pernah menyukai ayahku sendiri sejak dulu, sampai sekarang pun tidak akan pernah!" tegas Reiner penuh penekanan.

"Kau tahu, Pieck? Ayahku adalah seorang pemuja The Purge. Dia bilang kalau The Purge adalah utusan dari Tuhan. Ayahku berpikir jika melenyapkan nyawa orang-orang tak berdosa adalah cara tepat untuk menstabilkan negara ini. Benar-benar gila! Aku tidak mengerti jalan pikirannya"

𝗔𝗡𝗔𝗥𝗖𝗛𝗬 (Slow Up)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang