3. Misi dan Ancaman

14 5 10
                                    

Selamat membaca~



Zoeya masuk ke dalam rumah dengan wajah yang suram. Kejadian sial pagi tadi masih menghantuinya. Ia takut, jika target selanjutnya adalah Kara. Dilihat dari polanya bisa saja besok adalah giliran Kara.

Sungguh, teka-teki ini tidak pernah terselesaikan. Dulu, saat angkatan 7 kelas unggulan yang bernama Aeleister hilang tanpa jejak. Tidak ada siswa yang lulus dalam acara wisuda. Bahkan sekolah bungkam, saat orang-orang bertanya mengapa kelas Aleave yang menjadi kelas unggulan. Bukan Aeleister sang juara. Kelas itu seperti tidak pernah ada.

"Assalamualaikum," ucap Zoeya.

"Waalaikumsallam, kok lesu mukanya sih?"

Mendengar pertanyaan ibunya membuat Zoeya semakin muram. Hatinya tidak tenang. Ia meletakkan tas sekolah di gantungan sebelah pintu. Kemudian duduk di sofa ruang keluarga.

"Ada tugas sekolah banyak sekali heheheh," jawabnya.

Zyrly, Ibu dari Zoeya ini menghela napas berat kala anaknya ini sering sekali berbohong. Meski tahu tentang privasi, tetap saja seorang ibu ingin anaknya lebih terbuka.

"Bubu membesarkanmu tidak sebentar. Apa kamu pikir Bubu ini bodoh dan tidak bisa menyelesaikan masalah?"

Zoeya menggelengkan kepalanya cepat. Tangannya segera mengalungi leher sang Bubu. Bubunya itu tidak bodoh sama sekali. Wanita paruh baya yang terkenal sebagai primadona sejak kecil.

"Ada masalah di sekolah. Aku takut Bubu masalah ini tidak bisa terselesaikan," ucapnya lirih. Zyrly memeluk dan mengusap punggung anaknya itu.

"Masalah hadir dengan penyelesaian. Bagaimana mungkin tidak bisa, hm?"

"Zoeya takut hiks kalau Kara jadi korban, Bubu." Tangisnya pecah begitu saja dan air mata meluruh tanpa diminta.

Salah satu kelemahannya adalah ditanya saat perasaan benar-benar gundah. Ia bisa menumpahkan tangisnya yang kencang begitu saja.

"Tidak mungkin soalnya dia punya Zoeya sebagai guardian." Ucap Bubu seraya terkekeh mengoda.

"Di masa depan. Kamu akan baik-baik saja."

🐣🐣🐣

Kara memandang sengit manusia di depannya ini. Beraninya laki-laki itu duduk bersebelahan dengan Zoeya. Muka yang tertutup masker sangat memancing ketidaksukaan Kara.

"Kalau jomblo jadi yang berkelas dong, masa rebut pacar orang," sindirnya sambil mengupas kulit kacang.

Laki-laki yang disindir hanya diam dan tetap melanjutkan pembicaraannya dengan Zoeya. Mengabaikan Kara yang terus berkicau seperti bangau.

"Sudah jomblo, jelek, hidup lagi," sindirnya lagi.

Melihat Zoeya yang tidak peka akan ulahnya membuat emosi Kara semakin meningkat. Astaga, pacarnya itu tau dia marah atau tidak?

"Zoeyaaaaaaaaa," rengek Kara. Tangannya bergerak menjauhi kursi pacarnya.

"Apa sih?"

Perempuan dengan rambut sebahu itu mengelus dada. Ia ikut merasa kesel dengan Kara yang berlebihan. Ia duduk ditengah antara Kara dan lelaki itu. Sudah sangat adil.

Segitiga SamarTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang