4. Tak sesuai ekspetasi

10 3 18
                                    

Happy reading



Pieris berlari menuju sebuah ruangan. Tangannya menggenggam kertas mini putih. Suara sepatu menggema sangat spesial di sepanjang koridor.

"Apa aku terlambat?" tanyanya.

"No. Beri aku kertasnya." Seseorang dengan rambut merah kehitaman mengambil kertas itu dengan cepat.

"Kamu sudah janji untuk hal ini, tidak ingar bukan?" ujarnya memastikan.

"Hahaha, untuk apa aku ingkar jika kita melakukan simbiosis mutualisme," jawabnya sambil terkekeh.

"Kita sudah melakukannya sejak lama. Jadi, cukup bukan buat membuktikan yang sebenarnya?"

Pieris menatap cowok di depannya tajam. Rahangnya mengeras begitu saja. Ingin memukul dengan sangat kencang, tetapi ia masih ingat bahwa statusnya berada di bawah cowok itu.

Andai, ia punya sedikit kekuasaan maka hidupnya akan bebas.

🐣🐣🐣

Zoeya menuruni tangga dengan setengah berlari. Tas sekolah ia sampirkan dipundak dengan tote bag. Tidak lupa tangan kiri juga memegang sepatu hitam.

Jam sudah menunjukkan pukul 06.15 WITA. Seharusnya sekarang Zoeya dalam perjalanan menuju sekolah. Namun, ia terlambat terbangun karena menonton drakor semalaman. Terlebih lagi ia juga membaca beberapa chapter wattpad.

"Pupu, Zoeya terlambat!" teriaknya begitu kencang sampai membuat beberapa pelayan terkejut.

Pupu adalah panggilannya untuk sang ayah. Pria paruh baya itu tersedak saat meminum kopi di meja makan membuat jas kerjanya kotor karena tumpahan kopi.

Ia menarik tisu lalu menatap putrinya jengkel. Pagi-pagi bukannya ngopi sambil baca koran dengan tenang, ini malah tersedak. Ingin menjitak kepala sang pelaku, tetapi terlalu sayang.

"Ada apa sih?" tanyanya kesal.

"Zoeya terlambat Pupu. Ayo antarin sekarang," rengek Zoeya. Ia memakai sepatu dan merapihkan pakaiannya di meja makan.

"Sarapan!" Perintah Pupu.

"No, ini urgent. Pwisss,"

Pupu menggeleng tegas tanda menolak permintaan Zoeya. Jarak ke sekolah dari rumah sekitar 10 menit lalu apel pagi mulai sekitar jam 07.15. Bukankah itu masih lama?

Sekolah ini memang mengadakan upacara di hari Senin dan apel pagi dari hari Selasa sampai Jumat.  Bagi siswa-siswi yang terlambat mereka tidak akan masuk hingga bel istirahat pertama berbunyi. Sekolah memiliki keamanan dan kedispilinan yang tinggi.

"Sekarang ambil roti dan makan sarapanmu, tidak sarapan tidak sekolah." Perintah Pupu.

Zoeya mengangguk. Ia mengambil beberapa helai roti yang sudah dioles selai bluberry. Ia juga menuang susu hangat coklat dari teko kaca di meja. Sebagai pecinta bluberry, maka sarapan pagi ini adalah hal terindah. Apalagi tidak ada suara omelan Bubu. Eh, Bubu?

"Kemana Bubu?" Zoeya menatap Pupunya bingung.

Pupu mengabaikan pertanyaan putrinya, ia lanjut membaca koran.

"Bubu where?" tanyanya lagi.

"Where my Bubuuuuuu."

"Pupu, dimana Bubu?"

"Apa Bubu ke pasar hari ini?"

"Bubuuuuuu." Zoeya menyudahi acara makan. Ia berjalan ke kamar orang tuanya.

Segitiga SamarTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang