Satu

6.7K 327 23
                                    

Ketika pintu yang didorongnya terbuka, Aya mendengus kasar. "Sorry," ucapnya seraya menutup kembali pintu dengan membantingnya keras.

"Dasar, playboy murahan! Berbuat mesum di sembarangan tempat," umpat Aya terus berjalan menuju parkiran. "Kok bisa-bisanya gue punya sahabat kayak gitu. Mata gue jadi ternoda hari ini.

Yang dilihat Aya barusan adalah sahabat yang tengah dicarinya sedang bertukar saliva dengan seorang perempuan di dalam kelas. Perempuan itu duduk di atas meja dengan kaki yang melingkar di pinggang sahabat Aya yang bernama Yoga tersebut. Aya bisa melihat bagaimana rok hitam yang digunakan perempuan itu sehabis sidang, terangkat ke atas memperlihatkan pahanya yang putih mulus. Walau hanya sekilas matanya mengarah ke sana, Aya melihat beberapa kancing teratas kemeja putih yang digunakan perempuan itu telah terbuka dengan tangan Yoga yang sudah bergerilya ke mana-mana.

"Ck... cocok benar mereka berdua. Sama-sama murahan!" Aya terus saja nyerocos sepanjang perjalanan. "Di kelas berani-beraninya mereka kayak gitu. Untung cuma gue yang lihat. Coba kalau dosen, mampus tuh orang berdua! Apa lagi kalau ada mahasiswa lain yang lihat terus iseng videoin, disebar. Bisa malu sampe ke ubun-ubun pastinya. Heran gue, si Yoga oon banget asal nyosorin anak orang aja."

Sahabat Aya yang menjadi berbuat hal tidak senonoh di dalam kelas tadi, segera menjauhkan diri dari perempuan di depannya setelah tercyduk oleh Aya. Nafsunya ingin menggerangi lekuk tubuh perempuan di depannya sirna seketika. Perempuan cantik di hadapannya yang termasuk dalam kategori cewek hits di kampusnya, menggerutu kesal sambil mengancingi kemejanya.

"Gue harus pergi," ucap Yoga sambil merapihkan kembali penampilannya.

"Ke mana?"

"Balik ke kosan."

"Aku ikut!" Perempuan itu turun dari meja dan bergelayut manja di lengan Yoga. "Kita bisa melanjutkan yang barusan ketunda di kosan kamu."

Yoga tersenyum miring. Perempuan di dekatnya ini cantik, tapi murahan sekali. Yoga jadi semakin tak berminat buat menjalin hubungan serius dengannya. Tak lama lagi, perempuan ini pasti akan dia tinggalkan begitu saja. Lagian, sampai saat ini, Yoga sama sekali belum menyatakan perasaannya. Usai sidang tadi, Yoga ditarik oleh perempuan itu menuju salah satu kelas untuk berbicara. Siapa sangka, dia malah disosor duluan ketika pembicaraan mereka belum selesai. Namanya juga lelaki normal, Yoga merespon apa yang dilakukan perempuan itu.

Pesona seorang Yoga memang bisa melemahkan perempuan mana saja. Banyak perempuan yang rela melemparkan diri mereka begitu saja kepada Yoga. Namun, mereka harus gigit jari karena seorang Yoga yang notabene-nya pemilih. Dia tak mau bermain dengan perempuan sembarangan. Dalam kisah asmara pun, dia tak mau asal memilih pacar. Dari SMA hingga sekarang, hanya 2 orang pernah diseriusinya. Selebihnya, hanya menjadi mainannya. Toh bukan Yoga juga yang menarik perempuan-perempuan tersebut untuk jatuh ke dalam pelukannya. Mereka sendiri yang datang kepada Yoga.

Di kampus, walau bukan yang menjadi idola nomor satu, tapi Yoga cukup digandrungi banyak perempuan di sana. Yang pertama, tentunya ada Fero, sahabat Yoga dan Aya yang terjebak friendzone dengan Maudy Ayninda, masih sahabat mereka juga. Yoga tahu persis kalau kedua sahabatnya itu saling suka, hanya saja tak menyadari satu sama lain. Atau, ada salah satu yang sadar, tapi lebih memilih untuk memendamnya? (Baca: Bukan Pacar Pura-Pura)

Yoga bersahabat dengan Aya, Fero dan Maudy sejak semester awal perkuliahan. Kebetulan, mereka sama-sama kuliah dan mengambil Fakultas Hukum. Pada semester tiga, bertambah satu orang lagi sahabat mereka, yaitu Dikta. Dan sampai sekarang, di saat semuanya selesai sidang, persahabatan mereka berlima masih terjalin.

Yoga melepas tangan perempuan bernama Cindy yang bergelayut di lengannya. "Sorry, Cin, kosan gue nggak bebas."

"Oh. Tapi nggak apa-apa. Aku mau mampir sebentar doang ke kosan kamu kalau gitu. Boleh 'kan kalau nggak lama?"

Playboy vs Cewek Manja (TAMAT) Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang