Tiga

4.1K 274 13
                                    

Jgn lupa vote & komen. It means a lot. Thank you 😊

"Mau foto bareng gue nggak, lo?" tanya Yoga kepada Aya. Dia baru saja selesai berfoto dengan para penggemarnya yang dari tadi berganti meminta foto bersamanya. Pesona Yoga memang membuat beberapa perempuan kadang menjadi bodoh karena mau-mau saja dekat dengan lelaki itu tanpa adanya status yang jelas. Yoga membenarkan letak toganya yang sedikit miring karena barusan ada perempuan yang mepet sekali padanya. Hufft, gini lah resikonya jadi orang ganteng.

Aya sengaja berdiri tak jauh dari Yoga sembari menunggu sahabat mereka yang lain. Orang tua Aya sudah pulang terlebih dahulu. Begitu juga dengan orang tua Yoga yang super sibuk. Datang sebentar ke acara perayaan wisuda anak kedua mereka, setelah itu kembali lagi ke Surabaya. Karena hari ini mereka memiliki acara yang lain juga.

Hari ini adalah hari wisuda mereka. Yoga senang, dia dan para sahabatnya bisa wisuda bersamaan. Nakal boleh, tapi wisuda kuliah jangan sampai terabaikan. Harus lulus tepat waktu agar bisa membuat orang tua tak perlu mengeluarkan banyak uang lagi. Walau berasal dari keluarga yang cukup berada, Yoga tak menyia-nyiakan masa kuliah. Main perempuan tetap berjalan, namun kuliah tetap lancar.

"Foto sama lo, buat apaan? Nggak penting banget," jawab Aya tak berminat. Mending dia foto berdua dengan Fero deh!

"Buat kenang-kenangan lah! Kapan lagi lo bisa foto wisuda bareng top five cowok tertampan di kampus?"

Aya mual mendengarnya. Top five, katanya? Mana ada. Aya rasa, banyak yang lebih tampan dari Yoga di kampus ini. Mungkin kurang terekspos saja.

"Buruan, Ay! Entar cewek-cewek pada nyamperin gue lagi loh, minta foto bareng. Ngantri nanti kalau lo pengen juga. Nah, sekarang mumpung gue sendiri berbaik hati nawarin buat lo. Buru, ah!" Yoga menarik tangan Aya untuk mendekat.

Aya menghempas tangan lelaki itu dan memukul bahunya. "Batu banget, dibilang jangan panggil gue, Ay!"

Yoga cengengesan. "Sorry... kebiasaan, sih."

Aya memutar bola matanya.

"Maudy! Sini!" Yoga melihat Maudy bersama orang tuanya yang baru saja selesai berfoto di depan salah satu booth.

"Iya, Ga?" Maudy sudah berada di dekat Yoga dan Aya. Maudy meminta orang tuanya menunggu sebentar karena dia baru ingat mau foto bersama para sahabatnya.

Yoga mengulurkan ponselnya kepada Maudy. "Fotoin gue sama Aya, Dy. Dari tadi ini anak ngebet pengen foto sama gue. Nggak mau kalah sama fans gue yang lainnya."

Aya melotot yang dibalas cengiran oleh Yoga. Dengan gemasnya dia mencubit lengan lelaki itu kuat-kuat. "Kenapa lo jadi muter balikin fakta?"

Yoga meringis. Lengannya terasa sakit kena cubitin kecil Aya yang sangat kuat. Dilihatnya kuku tangan perempuan itu panjang-panjang. Apa jangan-jangan lengannya jadi membiru?

"Terus ngapain lo dari tadi dekat-dekat gue kalau bukan karena antri pengen foto juga sama gue?"

"Gue nungguin Maudy, Fero dan Dikta di sini. Mau foto bareng mereka semua, bukan sama elo doang."

"Ngeles aja lo."

Maudy terkadang suka sakit kepala mendengar Yoga dan Aya yang jarang sekali akur ketika bertemu. Seperti saat ini contohnya.

Maudy berdehem. "Jadi mau difotoin, nggak?"

"Jadi."

"Enggak!"

"Tuh kan, keliatan kalau lo yang ngebet pengen foto sama gue." Aya tersenyum mengejek kepada Yoga.

"Gue?" Yoga menunjuk dirinya sendiri. "Apa untungnya bagi gue foto berduaan sama cewek kayak lo? Nggak pantes di-posting di instagram apa lagi dalam album kenangan masa-masa kuliah gue."

Playboy vs Cewek Manja (TAMAT) Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang