Tbl 2

349 34 1
                                    

*••*

Jisoo rasanya ingin mengumpat,mengutuk bahkan ingin sekali mengucapkan sumpah serapah pada kendaraan beroda empat berwarna hitam yang telah menabraknya.

Sial. Hari ini adalah hari tersial nya lihat lah kakinya yang hampir dilindas ban mobil untung saja sang ayah dengan cepat menginjak rem kalau tidak? yaap ... ayahnya lah yang sudah menabrak jisoo yang entah dari mana berasal namun sangat kebetulan sekali muncul membelok memasuki pekarangan rumah dengan laju tinggi sehingga dikit banyak nya telah membuat jisoo terpental dan tak hanya itu sang ayah malah menancap gas kembali ingin melindasnya jika saja semua orang disana tak berteriak.

Ayahnya yang bajingan pasti sengaja ingin membunuhnya apalgi kalau bukan untuk menyingkirkan si beban keluarga batin jisoo,lalu kenapa tak mati saja sekalian ia tadi.

"Au.. sshh sakit kak pelan Napa!" lirih nya sembari melirik tajam pada sang kakak yang sedang memberi obat merah pada lututnya.

"Aaakkk .... Saaakiit .. sakit duh kenapa malah diteken sih,  apa seisi rumah ini pada ngerencanain pembunuhan ya buat aku" Irene mendengus kesal mendengar itu, ia pun masih kesal sebenarnya karena ulah jisoo anaknya jadi menangis.

"Kok masih idup si?, udah ditumbur mobil juga..  Ayah juga kenapa ga gas yang kenceng aja"

"Huus Irene ga boleh ngomong gitu" bela sang ibu.

Sang ayah yang memperhatikan sejak tadi membuka suara. "Diancem apa nih anak kok pulang kerumah,  tapi untung lah tadinya pikir ayah sehabis mandi mau nyariin nih anak eh taunya udah dirumah syukurlah ga pusing lagi deh"

Seolah menulikan pendengaran nya jisoo tak merespon apapun dan hanya meniup pelan pada luka yang lumayan parah pada kaki kanan nya serta sikut dilengan kanan nya pun terluka karena jisoo tersungkur menghadap kanan.

Irene yang memang tak bisa telaten mengurusi adiknya kini mengobati dengan setengah hati,  lagian siapa suruh berlari seperti orang gila seperti itu untung saja ada benda keras yang menghantam nya. diurusi agar hidupnya tertata rapi tapi lagaknya seperti disiksa dan dicambuki. Merepotkan.

"Habis ini mandi sabunan,sampoan,gosok gigi kamu yang behelan itu terus abis itu pake dres yang udah ibu siapin, awas kamu sampe ga dipake malah make kaos oblong sama celana sobek kek begini" cecar sang ibu dengan tangan yang menarik celana jeans yang terdapat sobekan dikedua lutut sampai pada paha nya. penampilan bak preman yaa itu lah jisoo.

"Rene nanti dandani ya adikmu minimal pakein lipstik sama bedak lah biar keliatan kalo abis mandi"

Seolah tak terima jisoo pun kembali membuka mulutnya. "Apa? Hah mau protes? Emang kenyataan nya butek begitu kok, coba ibu tanya kapan terakhir kali kamu mandi?"

Jisoo pun kembali mengatupkan bibirnya dan kembali membersihkan lukanya, "aku mandi nya elap-elap aja ya, kan ada luka pedih kalo kena air"

Tak..

Satu jitakan mendarat pada kepala jisoo hadiah dari Irene atas prestasi gelar betapa jorok adiknya ini, haruskah Irene melingkar kan karangan bunga dilehernya.

"Alasan!,  Kamu jadi perempuan jorok banget si jis ? Nanti malem itu kamu bakal ketemu sama calon suami sama calon mertua kamu  jangan malu-maluin dengan bau badan kamu yaa" tunjuk Irene tepat dimuka pias sang adik.

"Oh apa kamu mau kakak yang mandiin kamu kalo perlu ibu juga" ancam nya.

Semakin terpojok membuat jisoo kehabisan kata-kata,jika sudah begini tamat lah riwayatnya apa kata teman-teman seperkumpulan jisoo jika dirinya ketahuan dimandikan oleh ibu beserta kakaknya, apalagi jika mereka tahu kalau jisoo terlibat perjodohan konyol yang dibuat ayahnya.

TerbelengguTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang