02.

59 9 0
                                    

Sebuah mobil hitam kini tengah berparkir di sebuah lahan tanah yang cukup luas.

   “Waah selamat datang, keponakanku yang manis,” sambut seorang pria yang berumur sekitar tiga puluh tahun tersebut.

Yang di sambut kehadirannya hanya diam tanpa berniat membalas sapaan tersebut.

   “Hei, aku yakin kamu akan menyukai tempat ini, oh iya terima kasih paman Choi telah mengantar keponakanku ini,”

   “Sama-sama tuan Seokjin, ini Koper tuan Yoongi,” paman Choi menyerahkan sebuah koper berwarna hitam tersebut ke tangan Seokjin.

Tak menunggu lama akhirnya Seokjin pun menghampiri keponakannya yang sedang duduk di ruang tamu tersebut.

   “Hei, ayahmu sudah menceritakan semuanya padaku, tenang kamu akan menyukainya. Dan aaahh ayo ikut denganku,” ajak Seokjin yang membuat Yoongi mau tak mau mengikuti pamannya tersebut.

Sesampai di lantai dua Seokjin membuka salah satu pintu kamar dan memperlihatkan kepada Yoongi, kamar dengan nuansa pusing bercampur dengan biru muda yang sangat soft.

Dari kamar tersebut dapat langsung melihat sebuah pegunungan dengan ladang strawberry, cuaca di desa tersebut pun juga terbilang sejuk jadi sebenarnya membuat Yoongi lumayan menikmatinya.

   “Jadi ini kamarmu, dan kamar paman ada di bawah. Aku buat sengaja berjarak karena yaa kamu tahu sendiri pamanmu ini kan sudah menikah jadi kamu tak ingin mendengar suara-suara yang menggangguku saat malam kan?” ucap Seokjin sambil ngedipkan matanya sedangkan Yoongi yang mendengar hal tersebut pun langsung tersipu malu.

  “Siapa juga yang ingin dekat-dekat dengan paman,” respon Yoongi membuat Seokjin tertawa kegirangan.

   “Baiklah paman akan meninggalkan mu, mungkin kamu ingin beristirahat dahulu atau membereskan koperku ini,” Seokjin pun segera keluar dari kamar tersebut.

Sedangkan Yoongi segera membaringkan tubuhnya di atas kasur mencoba untuk memejamkan matanya.

Tak terasa hari sudah sore, Yoongi pun terbangun dari tidurnya. Sejenak ia melihat ponsel yang berisi pesan dari Ayahnya.

   “Ayah melakukan hal ini karena ayah sayang kepadamu, Aku harap kamu mengerti.”

Tak ada niat membalasnya pesannya Yoongi pun turun kebawah untuk melihat pamannya.

   “Oh Yoongi kamu sudah bangun, tunggu sebentar ya pamanmu sedang di dapur menyiapkan makan malamnya.”

  “Oh iya, terimakasih. Paman Namjoon aku izin keluar mencari udara segar boleh?” ijin Yoongi.

   “Oh iya tentu saja boleh, tapi jangan terlalu malam ya,” jawab Namjoon.

   “Tentu saja paman,” Yoongi pun segera keluar sambil mengambil jaketnya yang berwarna hitam.

Sore itu angin cukup terasa sangat dingin meskipun Yoongi telah mengenakan jaketnya.

Ia pun menelusuri kebun strawberry yang terhampar sangat luas membentang, di sepanjang jalan ia kembali teringat oleh ucapan Jungkook kepadanya.

Jujur sebenarnya Yoongi pun juga menyimpan perasaan yang sama bahkan jauh sebelum Jimin mengenal Jungkook.

Namun ia tak bisa mendapatkan cintanya tersebut karena sahabatnya juga mencintai pria yang sama terlebih lagi ketika Jungkook menerima cinta Jimin.

   “Bodoh apa yang aku pikirkan,” ucap Yoongi.

Lalu ada sesuatu yang menarik perhatiannya, “Wah strawberry disini besar-besar ya, kalau aku ambil satu tidak akan masalahkan,” Yoongi pun mencoba untuk mengambil satu buah Strawberry yang menarik perhatiannya.

Namun saat dirinya akan mengambil buah tersebut tiba-tiba lengannya di berhentikan oleh sesuatu.

   “awwhh, sakit,” pekik Yoongi. .

   “Dasar pencuri,” ucap pria yang bersuara Barito tersebut.

   “Siapa yang kau sebut pencuri?”

   “Siapa lagi, ya tentu saja dirimu,” ucap pria tersebut.

   “Enak saja, aku ini bukan pencuri tahu,” ucap Yoongi tak terima

   “Kamu ini mau mengambil strawberry ini kan,”

   “Kalau iya memangnya kenapa?” tanya Yoongi dengan nada suaranya yang tidak suka.

   “Ya berarti kamu itu pencuri, kamu mengambil nya tanpa izin. Di tambah cara mengambil mu itu tidak benar yang nanti akan menyebabkan kerusakan pada pohonya,” terang pria tersebut.

   “Terserah saja, aku mau pulang,” ucap Yoongi yang segera pergi dari tempat itu.

Namun langkah nya segera dihentikan oleh pria itu, sepasang mata kucing Yoongi yang hitam tersebut langsung bertemu dengan mata coklat hazelnut pria itu.

Dengan suara beratnya ia berucap, “Setidaknya kamu harus meminta maaf dulu sebelum pergi,”

Jarak tubuh mereka yang begitu dekat membuat Yoongi sedikit tidak nyaman di buatnya.

“Ihk lepaskan, genggaman mu itu menyakiti lenganku,” ucap Yoongi yang tidak nyaman.

Pria itu pun segera melepaskan pegangannya di Yoongi. Dari kejauhan terlihat Seokjin tengah mencari-cari sosok keponakannya.

  “Ahk itu dia, Yooongiiii….” teriak Seokjin sambil menghampiri keponakannya, “Kamu ini paman cari-cari kemana-mana juga rupanya disini, loh ada Taehyung juga disini,” sapa Seokjin ramah.

  “Oh, selamat sore paman,” sapa Taehyung balik.

  “Wah kebetulan banget kalian berdua ada disini, Taehyung perkenalkan ini Yoongi keponakanku. Mulai hari ini dia akan tinggal disini, lalu Yoongi ini Taehyung dia yang akan mengajarkan kamu untuk merawat dan memperkenalkan kebun ini padamu, jadi mulai besok kamu akan kerja disini bersama dengannya,” terang Seokjin.

Mendengar penjelasan dari Seokjin mereka berdua sangat terkejut.

  “Maksud paman?” tanya mereka berdua secara bersamaan.

  “Wah kalian terlihat sangat cocok sekali,” goda Seokjin.

   “Paman jangan bercanda, maksudnya mulai bekerja itu apa?” tanya Yoongi.

   “Uhm itu perintah ayahmu, tanyakan saja langsung ke dia. Dan setelah kupikir-pikir lebih baik kamu diawasi oleh Taehyung. Dia anak yang cukup disiplin,” ucap Seokjin.

Mendengar hal itu Yoongi pun segera melangkah kaki pergi duluan meninggalkan mereka berdua.

   “Taehyung, aku mohon bantuanmu ya, sebenarnya Yoongi itu anak yang manis namun semenjak ibunya meninggal dan ayahnya sibuk dalam kerja ia jadi kurang perhatian,” pinta Seokjin yang hanya diberi anggukkan oleh Taehyung, Setelah itu Seokjin pun pamit ke Taehyung untuk pulang duluan.

   “Jadi namanya itu Yoongi,” ucap Taehyung



.

TBC

.

sweet and sour. ✅Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang