Sick

6K 508 572
                                    

DILARANG KERAS MEMPLAGIAT /MENGIKUTI ISI, ALUR, DAN SELURUH ADEGAN 🔞 DI KARYAKARSA‼️ BAIK DI WATTPAD, TIKTOK, ATAU PLATFORM LAINNYA]_____________________________________________

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

DILARANG KERAS MEMPLAGIAT /MENGIKUTI ISI, ALUR, DAN SELURUH ADEGAN 🔞 DI KARYAKARSA‼️
BAIK DI WATTPAD, TIKTOK, ATAU PLATFORM LAINNYA]
_____________________________________________

Seoul, 30 Januari 2022

Bela Pov

Aku masih terlelap tidur saat mendengar suara rintihan yang terasa begitu dekat. Awalnya, aku kira suara itu adalah mimpi, dimana muncul tiba-tiba secara acak dan tidak ada arti apapun. Jadi, alam bawah sadarku mengisyaratkan untuk tetap terpejam tanpa menghiraukannya.

Suara rintihan itu makin kuat, tidurku semakin gusar, namun mataku tidak bisa membuka karna baru saja terlelap sekitar 2 jam yang lalu setelah berbincang banyak dengan Jimin, dan mendengarkan keluh kesahnya seharian ini.

"Sayang..." Rintihan itu kini terdengar memanggil, membuatku mengenali suaranya. "Sayang..." Rintihnya sekali lagi. Kini, suara itu berhasil membuat dua mataku terbuka, dan bukan hanya segaris namun membulat besar saat mendapati Jimin yang tengah berguling kesakitan memegang perutnya.

"SAYANG?! KENAPA?!!" Pekikku seraya terduduk diranjang, melihatnya yang terus kesakitan memegang satu titik di perut sebelah kanannya. "Sakit?! Yang mana yang sakit? Yang ini?!"

"Sayang..." Hanya itu kata-kata yang keluar dari mulutnya, namun kali ini tubuhnya berbalik dengan satu teriakan. "ARHH!!" Rintihnya kesakitan.

Aku panik, tanganku dingin, aku tidak tau apa yang harus aku lakukan lebih dulu.

Berpikir, Bela! Ayo berpikir.

"Sakit!!" Pekik Jimin sekali lagi dengan menenggelamkan wajahnya pada bantal tanpa melepas tangannya yang memegangi perut. "Aku tidak kuat lagi!" Rintihnya kesakitan.

Aku mencari ponselku dengan panik, tanganku gemetar melihatnya yang begitu kesakitan, sedangkan ini masih jam 3 pagi. Aku berharap ada seseorang yang mau bangun saat aku menelfonnya.

Calling - Manager Sejin

Nada sambung pertama...

Nada sambung kedua...

"Sayang, sakit sekali" Rintih Jimin, tubuhnya masih bergerak ke kanan dan kekiri dengan keningnya yang mengernyit karna kesakitan.

"Iya, sayang tunggu aku...tunggu aku telpon Manager Sejin, tapi- tidak diangkat"

Haruskah aku langsung membawanya ke rumah sakit? Menyatir sendiri? Aku sudah lama tidak membawa mobil sejak terakhir kali mempelajarinya, namun-

"ARH!!!!!!!" Pekik Jimin, tubuhnya terduduk diatas ranjang, lalu kembali menghempas kebelakang. "Tolong, siapapun...aku mohon"

Mendengar itu, aku tidak menunggu lagi. Tanganku dengan sigap mengambil tas, memasukkan dompetku, dompet Jimin, ponsel, lalu yang terakhir kunci mobil sebelum akhirnya menghampiri Jimin dan membantunya untuk berdiri.

Bemine | JIMINTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang