02 : Interogasi

39.5K 1.4K 14
                                    

©pevpermint


“CLAIRE!”

Berjengit kaget, Claire nyaris menjatuhkan buku dalam gendongannya. Bukan main nyaring pekikan kompak itu, bahkan sukses merebut atensi para pengunjung kantin universitas. Pekikan dari tiga perempuan, yang merupakan sahabatnya.

“Kau—kami mencari mu ke mana-mana!”

Claire mundur selangkah, sesaat salah satu dari mereka menggebu-gebu menghampiri. Ngeri, seolah ada tanduk yang mengacung garang.

“Nomor mu tidak aktif! Kami juga ke apartemen mu tapi-”

“El,” sela Claire seraya menatap tak enak sekitar akibat kebisingan yang tercipta. “Lihat sekeliling mu.”

“Who cares?!”

Elmira Ciel, dua puluh satu tahun. Sahabatnya paling cerewet, paling emosian. Mereka sebaya, Claire mengenalnya sejak mengecap pendidikan di universitas ini.

“Jawab aku! Bagaimana bisa kau menghilang ‘huh?!”

“Duduk dulu.” Claire memegang lengan berisi itu, menggiringnya menuju dua perempuan lain yang mematri mereka dengan posisi berdiri. Selain memekik, ketiganya juga menggebrak meja tadi.

“Kau baik-baik saja?”

Beralih, pada perempuan paling pintar di antara mereka. Claire mengangguk, lalu menarik kursi untuk duduk di sebelah Elmira.

Mereka saling berhadapan, Claire merapikan barang bawaannya seolah tak menyadari sorot penuh selidik yang terlontar.

“Kau yakin baik-baik saja?”

“Kalian sudah pesan?” Mengubah topik, kini Claire menatap sahabatnya yang paling tinggi, paling dewasa pula meski mereka juga sebaya; Ralina Bernard. “Kalau belum, pesankan aku.”

Elmira mendengus, bersedekap dada sembari memicing. “Pikirmu bisa menghindar, heh?”

“Aku baik-baik saja,” balas Claire. “As you see.”

“Kau membuat kami khawatir.”

Lagi, sahabatnya yang paling pintar bersuara. Fanny Halbert. Berkacamata, tapi tidak kutu buku. Masih wajar, bahkan masih sempat menggemari beberapa pelakon dunia hiburan Prancis. Claire pribadi sampai geleng-geleng jika perempuan itu sedang berfangirl ria. “Sorry, aku hanya kelelahan dan ingin segera pulang.”

“Apa salahnya mengabari?”

“Ponsel ku habis daya.”

“Apa salahnya di-charge?” pungkas Elmira, bertubi-tubi.

Claire diam, bersamaan itu datang pelayan kantin.

“Pesanan kalian.”

“Thank you.” Fanny menyahuti, sedikit membantu wanita paruh baya itu menata makanan mereka ke atas meja.

Setelah beres, Elmira kembali menuntut penjelasan Claire. “Kau mabuk, kami kalang kabut tidak menemukan mu. Mencari ke sana-kemari, hingga mengecek CCTV club.”

EX Sugar Baby?Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang