One : Keputusan raja

453 29 0
                                    

Tiga pangeran muda terlihat melangkahkan kakinya dengan tegas, menuju salah satu bagian dari kerajaan. Beberapa saat yang lalu, salah satu pelayan pribadi mereka menyampaikan pesan bahwa sang raja meminta ketiganya yang sedang berlatih panah, untuk datang ke kamar sang raja.

Namun, langkah ketiganya terhenti kala mendengar suara teriakan sang raja yang menggema setelah pintu kamar dibukakan oleh salah satu prajurit yang berjaga disana.

"SEORANG PANGERAN HARUS BISA MEMPELAJARI SELURUH ILMU YANG ADA DIDUNIA INI!"

"Atas dasar apa yang mulia? Seorang pangeran juga adalah manusia, dia tentu tidak sempurna. Kesempurnaan hanya dimiliki oleh dewa yang maha agung." Sang ratu menangis, lalu terkejut kala melihat ketiga putranya berdiri diambang pintu besar bercorak emas itu. Berlari kecil, guna menghampiri putra-putranya. Meninggalkan sang raja yang nampak tak kalah terkejutnya mendapati ketiga putranya berdiam diri mematung dengan tatapan tertuju padanya.

Menghela nafas kasar, sang raja berjalan meninggalkan anak dan istrinya yang hanya memandang sendu punggung tegap milik sang raja. Kini sang ratu beralih pada ketiga putranya, "Mari, ikuti ibu nak." Ketiganya lalu berjalan perlahan mengikuti sang ratu yang duduk dipinggiran ranjang.

"Jung Minhyung, Jung Jeno, Jung Sungchan ...." Sang ratu terlihat menunduk. berusaha menahan tangisannya. Terdengar dari suaranya yang bergetar dan sesekali menormalkan nafasnya yang tersendat-sendat.

Yang lebih tua diantara ketiganya langsung duduk disamping kanan sang ibu, memeluk hangat sosok yang telah melahirkannya dan kedua adiknya dari samping menggunakan tangan kirinya, lalu menarik pelan bahu sang ibu untuk ia sandarkan pada pundaknya.

Sedangkan kedua pangeran yang masih berdiri dihadapan sang ratu, kini mulai mengikuti jejak sang kakak. Dengan pangeran kedua yang duduk menempati sisi ranjang sebelah kiri sang ratu. Jeno, mengesampingkan duduknya hingga kini menghadap sang ibu sepenuhnya. Kedua tangannya meraih tangan kiri sang ibu, menggenggamnya erat namun lembut seakan sang ibu akan pergi jika ia melepaskan genggamannya.

Yang termuda, pangeran Sungchan kini bersimpuh dihadapan sang ratu. Menangkup tangan kanan sang ibu, mengelusnya dengan ibu jari lalu memandangi wajah wanita yang tetap terlihat cantik walau sudah dimakan usia.

"Ibu, kami mengerti apa yang dimaksud ayah. Tolong jangan salahkan dirimu sendiri bu ...." Itu Minhyung yang bersuara. Berusaha menenangkan hati sang ibu yang mungkin diselimuti rasa bersalah karena tak mampu menahan keinginan sang raja.

"Maafkan ibu, anak-anakku ...." Sang ratu berbicara dengan suara yang lirih, nyaris tidak terdengar.

"Jangan salahkan dirimu bu, kami bertiga mengerti dengan baik." Jeno ikut menenangkan sang ibu, karena ia tahu betul kalau ibunya akan lelah jika terlalu banyak berfikir.

"Maafkan ayahmu Jeno, jangan benci dia."

"Bu, bagaimana bisa kami membenci ayah kami sendiri? karena tanpanya dan dewa, kami pasti tak akan hadir disini bukan?"

"Apa yang dikatakan Sungchan benar bu, tolong jangan difikiran lagi. Kami khawatir kesehatan ibu akan melemah jika seperti ini terus ...." Minhyung, sebagai yang tertua berusaha membuat sang ibu yakin akan ucapan adik-adiknya.

"Tidurlah bu, kami akan membicarakan ini dengan sang raja." Sungchan bangkit, bersiap menggendong ala bridal style sang ibu untuk ditidurkan di atas ranjang.

Setelah merebahkan tubuh ibunya, Sungchan mengecup kening sang ibu lalu mundur untuk memberi tempat bagi kedua kakaknya.

"Kami menyayangimu bu ...." Minhyung tersenyum lembut pada sang ibu setelah mengecup pipi kirinya. Lalu mundur, sembari menunggu adik keduanya; Jeno untuk memberikan salam pengantar tidur pada sang ibu.

"Aku, kak Minhyung, dan Sungchan sangat menyayangimu bu." Setelah memberikan kecupan dipunggung tangan kanan sang ibu, pangeran kedua itu pun lekas mundur dan berdiri sejajar tepat ditengah-tengah, antara kakak dan adiknya.

Membungkuk guna memberi salam hormat, ketiga pangeran itupun bergegas keluar dari kamar sang raja dan sang ratu.

To be continue

Always love you {Markren}Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang