"Bro, gimana kabar lo?"
Kai yang bertanya lebih dulu saat Angkasa tiba di sana. Raut wajah pria itu tidak ramah sama sekali, yang ada hanya netra gelap menampakan kekhawatiran teramat sangat.
Tanpa sengaja Calla lagi-lagi menjadi pengamat handal seorang Angkasa Pranadipta. Mantan sahabat dan mantan calon tunangan yang ia tolak mentah-mentah waktu itu.
Biasanya, jika sudah berkumpul seperti ini mereka akan mengobroli hal-hal random, celotehan garing dan kerap kali menimbulkan keributan jika Jake dan Kai sudah beradu mulut.
Calla dan Nayla yang sibuk membicarakan menu baru di bittersweet by najla. Angkasa dan Jay si pewaris tahta tertinggi di perusahaan orang tuanya akan sibuk membahas harga saham dan kondisi pasar yang menjadi target perusahaan.
Persahabatan mereka selalu mengundang rasa iri dari teman-teman yang lain, Sky Squad yang peling famous di Sekolah diisi oleh anak-anak pintar dan kaya raya.
Hingga semuanya berubah ketika Angkasa, Calla dan Nayla merasa canggung satu-sama lain akibat konflik perjodohan waktu itu.
"Nayla gimana?" tanya Angkasa alih-alih menjawab pertanyaan dari Kai.
Sedangkan Jake dan Jay kompak menepuk pundak Angkasa dalam upaya menenangkan. "Nayla koma, Sa."
Bruk..
Tubuh gagah milik Angkasa meluruh ke lantai, kehilangan tenaga walau hanya untuk berdiri. Sebelumnya Calla juga hampir terjatuh ketika mendengar dokter yang menangani Nayla berujar dengan wajah kecewa kepada Bunda Nayla di depan ruangan ICU.
"Sa, Nayla masih punya banyak kesempatan buat sehat lagi, lo yang sabar ya."
"Seharusnya gue bawa Nayla ke Berlin bareng gue, Jay," Angkasa menjatuhkan air matanya, Calla melihat itu. "Ngga ada yang bisa jagain dia selain gue."
"Justru sama lo, Nayla bisa lebih bahaya, Sa. Keluarga lo ngga akan suka sama Nayla," Calla membatin. Gadis itu tetap pada posisinya. Sekuat hati Calla menahan hasrat untuk mendekati Angkasa, dia sadar Angkasa tidak akan suka jika Calla bersikap peduli pada pria itu.
Kai merangkul pundak Angkasa dan membawanya ke tempat duduk, "Kita semua udah berusaha jagain Nayla, Sa. Sorry kalau akhirnya tetap kecolongan."
Angkasa tidak bergeming, ia beranjak dan mengintip kondisi Nayla melalui celah kaca di pintu ruang inap. Pria itu tidak sanggup jika harus masuk dan melihat langsung keadaan Nayla yang babak belur karena ulah Ayah tiri gadis itu.
Klik klok..
Ponsel Calla berbunyi karena sebuah panggilan whatsapp dari Maminya.
"Hallo mam?"
"Sayang, pulang dulu, sudah malam."
"Tapi, Nayla belum sadar juga, Mam."
"Iya sayang. Tapi kamu juga butuh istirahat. Besok mau sekolah, kan?!"
Ya, Maminya akan memaksa meskipun beribu alasan Calla lontarkan agar ia masih bisa tetap di sana bersama teman-temannya yang lain.
"Okay, Calla pulang 10 menit lagi ya, mi."
"Okay, hati-hati ya sayang."
"Hm, Calla tutup telponnya."
Calla memutus panggilan, sekali lagi ia menghela nafas kasar sembari menatap punggung Angkasa yang sejak tadi tidak melihatnya meski sedetik.
"Jay, Jake, Kai, gue pulang dulu ya. Kabarin gue kalau Nayla udah sadar."
Jay dan Kai tersenyum mengiyakan. "Hati-hati, Cal," ujar Jay

KAMU SEDANG MEMBACA
Lily Terakhir Untuk Calla
Novela JuvenilCalla lily; bunga yang dianggap sebagai simbol kepercayaan dan kesetiaan. Seperti Calla yang percaya dan setia menunggu Angkasa kembali. Atau seperti Angkasa yang percaya dan setia menunggu Nayla terjaga dari koma. . On going.