Pohon

1.3K 138 6
                                    

"Siapa yang beli alat sama bahan?" Jeno bertanya kepada Minnie yang menonton Ningning yang sedang melukis sketsa di tembok belakang kelas mereka, Asahi bertugas untuk bagian tembok depan— tempat di mana Papan tulis berada.

"Ajun, Yeji sama Hyunjin." balas Minnie.

Jeno mengangguk dan berjalan menuju bangku Giselle, "Gi. Jadwal kebersihan kelas udah jadi?"

Giselle menoleh, "Iya, ini udah mau pergi print sama Karina."

"Oke, duitnya ada?"

"Udah di kasih sama bunda Minnie tadi.." balas Karina yang mencopot flashdisk dari laptop Ningning.

Jeno mengernyit, merasa tidak asing dengan flashdisk itu. "Itu punya Lo, Gi?" Tanya Jeno.

Giselle yang sedang bersiap-siap mengangguk, "Iya."

Jeno meringis melihat flashdisk yang pernah ia pinjam pada Yuta— Seniornya yang sekaligus kakak kandung Giselle. Flashdisk itu ternyata milik Giselle. Benda yang membuatnya putus dari mantannya.

"Ayo, Rin." Ajak Giselle, Karina mengangguk dan menggandeng Giselle keluar kelas.

"GUNTING GUE MANA!? GUNTING YANG GUE BAWAAAAA!?" Teriakan Ryujin menggema di ruangan itu

Jeno menoleh ke arah meja Ryujin dan melihat Isa, Yena, Yuqi, Minju dan Ryujin yang sedang menggunting jadwal mata pelajaran dan struktur kelas untuk di tempelkan di karton Manila.

Tadi pagi, Minnie baru sadar kalau mereka hanya membuat struktur kelas dan jadwal mata pelajaran, tanpa membuat jadwal kebersihan kelas.

Membuat Jeno langsung menyuruh Giselle membuatnya pagi itu juga, tanpa ada diskusi, ia menyerahkan semuanya kepada Giselle— karena Ningning yang selaku sekretaris sudah sibuk membuat rancangan untuk ia cat pada tembok belakang.

Giselle di bantu oleh Winda dan Karina menyusun jadwal kebersihan kelas yang dimana mereka sendiri yang menentukan jadwal piket, semau mereka— ingin menempatkan namanya di hari apa.

Jeno sengaja menyuruh Giselle membuatnya tanpa diskusi lebih dahulu, karena ia takut diskusi mereka akan memakan waktu satu hari full— seperti kemarin.

Minnie berdiri di tengah meja, memperhatikan sketsa yang di gambar Ningning, "Ning. itu agak miring dikit.." ucapnya setelah melihat sketsa bagian kiri dan sketsa bagian kanan yang tidak simetris.

Ningning segera memperbaiki itu, "Gimana udah sama?"

"Nah mantap. Btw itu mau di taroh hewan-hewan di sekelilingnya?"

"Iya kayak yang gue bilang tadi, tapi biar gue selesaiin dulu ranting-rantingnya.."

Ningning sengaja memilih menggambar pohon. Dengan beberapa hewan yang akan ia gambar pada setiap ranting dan dahan di pohon tersebut, seperti; burung, kupu-kupu, dan Kuala.

Ia sengaja memilih itu— karena ia ingin teman sekelasnya tahu, bahwa kemanapun mereka pergi, ia harap kelas mereka adalah tempat pulang.

"Ketika sebuah pohon kehilangan semua buahnya dan burung-burung pergi darinya, pasti, ada seekor burung lainnya yang mau membuat sarang di sana dan dengan setia menunggu buah selanjutnya. Burung itu akan terus memberi kehidupan di pohon tersebut, memperindah pohon tersebut dengan kicauannya walaupun ada buah atau tidak di rantingnya."

SEBELAS IPA SATUTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang