Sharing

1.1K 34 0
                                    

Mile - 20 tahun
Kinn - 20 tahun
Apo - 20 tahun

---

"Kembaranmu itu menyebalkan."
Ujar Apo yang tengah berada di kamar Mile. Ia duduk bersandar pada bagian bawah sofa. Di sampingnya Mile hanya diam sambil mendengarkan Apo dengan seksama.

"Jujur aku lelah Mile. Bisa tidak sih kamu kasih tau Kinn biar dia gak balapan liar terus? Mau gimana nanti kalau dia kenapa-kenapa?" Ucap Apo lagi, kali ini raut wajahnya menahan tangis.

"Aku gak janji bakal mempan. Kau tau sendiri dia kan orangnya keras kepala." Ucap Mile.

Apo menghela nafas pasrah, ia tahu memang tidak ada gunanya juga memberi nasihat pada Kinn. Jika Apo dikenal sebagai orang keras kepala, maka Kinn berlipat lipat kali lebih keras kepala darinya.

Mile memberikan sekaleng bir pada Apo dan mengajaknya bersulang.

"Kau tidak usah banyak memikirkannya, maksudku... Biarkan saja dia, nanti juga sadar sendiri." Ucap Mile.

Apo meneguk sekaleng bir itu dengan cepat, meninggalkan Mile yang dibuat takjub karenanya.

"Ngomong-ngomong Mile, apa menurutmu aku jelek?" Ucap Apo lagi, kali ini ia menatap Mile dengan tatapan sendu. Mile tidak tahan melihat itu, ayolah bagaimana bisa kembarannya itu menyia nyiakan manusia indah seperti Apo ini? Batin Mile.

"Kau bercanda? Kau itu manis dan juga tampan, bahkan kau juga cantik." Ucap Mile dengan nada serius.

"Haha benarkah..."

"Apa Kinn yang mengatakannya padamu?"

"Tidak, itu cuman... Perasaan insecureku saja mungkin."

Apo menghela nafasnya sebelum ia melanjutkan perkataannya lagi.

"Sejujurnya kami agak merenggang, dia sibuk dengan dunianya dan kadang kami bertengkar kecil. Belum lagi kami sibuk dengan jurusan masing-masing." Ucap Apo sambil menatap Mile.

Deg

Mile yang ditatap begitu hanya bisa meneguk ludahnya. Selama ini ia hanya bisa memendam perasaannya sendiri. Namun melihat Apo kini di depannya membuat pertahanannya goyah, apalagi dengan tatapan yang dalam dari kedua manik yang indah itu.

Entahlah, mungkin kali ini self controlnya ia buang jauh jauh karena sekarang ia sudah mendaratkan bibirnya di bibir halus milik Apo.

Bibir manis yang membuat ego Mile semakin menjadi. Perlahan kecupan itu berubah menjadi lumatan. Di sisi lain Apo mulai membalas lumatan Mile.

Jika saja mereka tidak butuh pasokan oksigen, mungkin saja pergulatan tadi masih berlanjut. Mereka melepaskan tautannya, dan saling menatap menyelami pikiran masing-masing.

"Maaf tidak seharusnya aku melakukan itu. Kau pacar Kinn- hmphh"

Apo membungkam bibir Mile dan melumatnya dengan tergesa.

"Hmm hah, Mile... Aku baru sadar bahwa aku menginginkanmu."

Sial, jangan tatapan itu lagi, batin Mile. Karena kali ini ia tidak akan menahan diri lagi.

Steamy MileApoTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang