Spice Bazaar

398 71 0
                                    

"Kamu nggak mabuk laut, kan?" tanya Nataya sambil menoleh ke Arga yang berjalan di belakangnya

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

"Kamu nggak mabuk laut, kan?" tanya Nataya sambil menoleh ke Arga yang berjalan di belakangnya.

Hari ini mereka berdua sengaja bertemu di waktu yang lebih siang, mengingat Nataya tidak mau kejadian telat bangunnya terulang lagi. Toh, Nataya juga ingin menjalani hari liburannya di Turki ini dengan santai, tidak ada rencana konkrit baginya —lebih tepatnya, kali ini dia pasrah saja karena kertas perjalanannya raib dibawa si copet— jadi dia tidak memaksakan harus kesana kesini selama ada di Istanbul. Yang pasti baginya adalah dia harus berangkat ke Cappadocia besok malam, tentu aja ditemani oleh Arga.

"Nggak, sih. Aku beberapa kali berlayar sama ayahku waktu ikut perjalanan bisnisnya ke Kalimantan, dan sejauh ini nggak pernah muntah."

Nataya bergidik geli sambil menjulurkan lidahnya begitu mendengar kata muntah, tapi sehabis itu kembali berjalan sambil melihat-lihat makanan-makanan yang dipajang di sisi kanan dan kirinya.

"Bagus, kalau gitu nanti aman." serunya, Arga hanya mengangguk.

"Nataya, maaf kalau aku besok siang nggak bisa menemanimu. Aku baru ingat—"

"Nggak apa. Yang penting besok sore kamu temani aku nonton Tari Sema, kemudian kita bisa berangkat ke stasiun bus bareng-bareng." senyum Nataya lebar, memaklumi kesibukan Arga.

Arga baru ingat bahwa meskipun besok adalah hari minggu, dia sudah membuat janji dengan teman-teman perkuliahannya untuk makan siang bersama. Itu artinya dia tidak bisa menemani Nataya seharian besoknya. Tapi tidak masalah buat Nataya, karena dia juga ingin menggunakan waktu pagi dan siangnya untuk mengemas koper dan barang-barangnya serta beristirahat sebentar sebelum berangkat menonton Tari Sema.

"Sekarang, kita kesini mau ngapain?" tanya Arga penasaran.

Keduanya kini sedang ada di Spice Bazaar. Pasar tradisional yang sangat besar itu terkenal dengan kelengkapan berbagai bumbu dapur dan rempah-rempah eksotis yang ada di seluruh dunia. Tidak hanya itu, di pasar itu juga dijual berbagai manisan dan buah-buah yang kemungkinan besar, Nataya belum pernah coba sebelumnya.

Arga hanya menerka-nerka, kemungkinan Nataya kesini mau beli—

"Beli saffron, buat ibuku." dan dugaan Arga benar. Ia langsung tersenyum.

"Saffron disini beda dengan saffron Iran." begitu perjelas Arga.

"Aku tau. Kalau bisa nemu saffron dari Iran lebih bagus lagi." Nataya terkekeh.

Saffron Iran padahal mahal sekali harganya, tapi mungkin bagi Nataya, harganya tidak semahal itu.

"Serius, buat ukuran orang yang habis kecopetan kamu bener-bener nggak keliatan kayak habis kecopetan." canda Arga, yang disambut dengan dengus Nataya.

Akhirnya, mereka berdua berhenti di salah satu kedai yang menjual berbagai rempah-rempah yang cukup lengkap. Mata Nataya tertuju pada tumpukan bunga saffron di sebelah tumpukan bubuk cabai dan bubuk kuning yang Nataya tidak tau itu apa. Matanya langsung berbinar begitu dia menemukan apa yang dicarinya.

CAPPADOCIA ; hoonki ✔Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang