Apa sedang terjadi gempa? Kenapa tubuhku terasa bergoyang-goyang? Lalu seperti ada yang teriak memanggil namaku.
Apa ini? Basah. Air.
Aku mengerjap-ngerjapkan mataku, membiasakan pada penerangan kamarku.
"Apaan sih kamu Bil? orang masih ngantuk juga." gerutuku setelah nyawaku benar-benar terkumpul pada tubuhku. Kulihat Bila duduk disampingku sambil terkekeh karna sikapku barusan.
"Makanya bangun. Dari tadi di bangunin gak juga bangun, kebo amat sih Nal. Noh liat udah jam berapa? Subuhan dulu. Buruan bangun, kita jama'ah."
"Nggak bisa apa banguninnya dengan lebih romantis. Dicium gitu kek misalnya." sungutku sambil mencoba duduk.
Seketika itu juga aku meringis kesakitan karna lemparan guling yang mengenai wajahku. "Huh, maumu! Udah buruan wudhu sana! Aku siapin koko sama sajadahnya dulu."
Aku tertawa kecil mendengar tanggapan Bila. "Iya iya tungguin yah." dengan segera aku masuk ke kamar mandi, cuci muka, gosok gigi lanjut berwudhu.
Kembalinya dari kamar mandi dan sudah mengganti baju tidur dengan baju koko serta sarung tak lupa peci terpasang rapi di kepalaku. Aku melihat Bila sudah siap dengan mukenanya.
Adem. Itulah yang kurasakan saat tersaji pemandangan indah di depan mataku kini.
Ini bukan pertama kalinya aku mengimami orang lain dalam sholat. Tapi entah mengapa rasanya begitu berbeda ketika aku mengimami wanita yang tak lain adalah istriku sendiri.
Istri? Rasanya aku masih belum mempercayai ini. Menikah dengan sahabatmu sendiri? Itu hal yang sama sekali tak pernah terlintas di kepalaku. Meskipun nyatanya aku begitu sangat menyayangi sahabatku ini. Ya kurasa ini hanya rasa sayang bukan cinta.
Selesai sholat Bila mencium tanganku dengan khidmat. Aku tersentuh. Dengan sedikit bergetar tanganku mengelus lembut kepalanya.
Aneh. Ada apa denganku sebenarnya? Mengelus kepala Bila sudah sangat biasa untukku. Tapi nggak tau kenapa ini kedua kalinya -setelah yang pertama ketika selesai ijab kabul- aku merasa hatiku begitu tentram melihat Bila mencium hormat tanganku tanda ia menghargaiku sebagai suaminya.
"Hari ini kamu ke rumah sakit, Nal?" tanya Bila seraya merapikan mukena yang tadi dipakainya.
"Mommy memaksaku mengambil cuti selama 3 hari kedepan, ya aku bisa apa?". Bila hanya ber-oh-ria mendengar jawabanku.
"Sebenarnya mommy nyuruh aku ambil cuti seminggu buat honeymoon, tapi aku nggak bisa, minggu ini aku ada jadwal operasi."
"Terus apa rencana kamu selama tiga hari cuti?" tanya Bila sambil mengikutiku duduk di pinggiran ranjang.
"Entahlah.. Mungkin istirahat aja di rumah." jawabku sekenanya.
"Ih, ga seru banget sih! Jalan-jalan kek?"
"Kamu mau kita honeymoon?"
"Hah... hmm.." kulihat dia tersipu malu karna pertanyaanku barusan. "Bukaaan honeymoon, cuma jalan-jalan doang kok. Kan kita lama nggak pergi bareng ke luar Jakarta."
"Ya, itu kan sama aja kali, Bil. Cuman ini bedanya kita udah beda status aja." aku tertawa melihat Bila memalingkan wajahnya malu.
"Ah udah ah, capek ngomong sama kamu, mending aku turun bantuin mommy buatin sarapan."
"Hah apanya yang capek, orang kita belum ngapa-ngapain juga." Bila mendesis kesal dan melemparku dengan bantal yang ada didekatnya. Aku hanya tertawa. Senang sekali menggoda Bila, karna ia pasti marah dan bertingkah konyol ketika kugoda.
KAMU SEDANG MEMBACA
Cinta Begini
RandomSampai kapan aku harus cinta begini? Harus selama apa lagi aku memendam perasaan ini? Apa sebaiknya aku pergi jauh, agar kubisa melupakan dirimu? Entahlah...